webnovel

Calon Istri Pilihan Latifah

Bu Rahima kembali duduk di sofa, lalu melanjutkan pembahasan yang belum tuntas itu. Walau sebenarnya Rafka tidak ingin membahasnya, tapi mau bagaimana lagi.

"Rafka, apa kamu sudah setuju dengan calon yang Latifah siapkan?" Tanya Rahima pada Rafka.

Rafka terdiam, lalu ia pun menghela nafas panjang dan menjawab pertanyaan sang ibu.

"Iya bu aku yakin dengan pilihan Latifah." Jawab Rafka dengan tegas.

Rahima tersenyum mendengar jawaban Rafka, begitu juga dengan Latifah yang memang menunggu jawaban Rafka yang tulus.

"Terima kasih mas, aku senang jika kau setuju dengan pilihanku." Ungkap latifah dengan senyumnya.

Rafka ikut tersenyum tipis melihat senyum Latifah, padahal ia tau jika dalam hatinya Latifah pasti sangat sedih dengan pembicaraan ini. Siapa yang tidak sedih jika suami tercintanya akan menikahi perempuan lain?

"Jadi, apakah calon istri kedua untuk rafka itu adalah Aisyah?" Tanya Rahima langsung pada Latifah.

Latifah dan Rafka menatap Rahima dengan tatapan yang berbeda, Latifah menatap Rahima dengan senyumnya. Sedangkan Rafka, dia menatap sang ibu dengan bingung.

"Aisyah? Gadis itu?" Gumam Rafka mempertanyakan.

Rahima tersenyum tipis, lalu ia melirik Latifah dan meminta Latifah untuk menjelaskan semuanya pada Rafka.

Latifah tersenyum tipis lalu menunduk sesaat, ia pun memantapkan hatinya untuk memilih. Dan setelah ia benar-benar yakin, Latifah langsung mengangkat wajahnya dan menjelaskan tentang pilihannya itu pada Rafka.

"Benar sekali mas, aku sudah memutuskan jika Aisyah yang akan menjadi istri kedua kamu. Ya itu pun jika ia setuju, aku tidak akan memaksanya." Jawab Latifah dengan yakin.

Rafka menatap Latifah tidak percaya, istrinya itu bahkan baru bertemu dengan gadis itu 2 minggu yang lalu. Tapi ia sudah memutuskan seolah-olah mereka sudah kenal tahunan, Rafka benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir istri dan juga ibunya itu yang sama-sama tidak masuk akal bagi Rafka.

"Kenapa dia? Kamu bahkan baru mengenalnya beberapa saat lalu." Tanya Rafka menuntut penjelasan.

"Mas, walaupun aku baru mengenalnya tapi aku yakin jika dia gadis yang baik. Aku yakin kamu sendiri juga merasakannya, Aisyah bukan seperti kebanyakan gadis yang bertingkah sembarangan. Insya Allah dia bisa jadi istri yang baik untukmu mas, dia bisa menjadi sosok yang sempurna untuk mendampingi kamu. Aku ikhlas jika istri kedua kamu adalah Aisyah, aku bahkan sangat mengharapkannya." Jelas Latifah dengan senyum lebarnya.

Rafka menatap Latifah dengan sendu, lagi-lagi ia merasa sakit dengan perkataan Latifah yang seolah pasrah dengan semua keadaan yang ada.

"Kamu yakin dengan pilihan kamu ini?" Tanya Rafka lagi memastikan.

"Aku sangat yakin mas, bahkan ibu juga merasakan hal yang sama denganku." Jawab Latifah langsung.

Rafka menatap Rahima meminta jawaban, lalu Rahima tersenyum dan mengangguk setuju.

"Ibu merasa Aisyah gadis yang baik, dia begitu menjungjung tinggi nilai agama dalam hidupnya. Ibu yakin, dia perempuan yang tepat untukmu Rafka." Jawab Rahima dengan tatapan penuh harapnya.

Rafka yang berdiri sendiri dan di dorong begitu jauh untuk menentukan pilihannya, ia tidak bisa lagi mempertahankan keteguhan hatinya untuk Latifah. Jika memang pilihannya ia harus menikah lagi, maka itu berarti ia harus bisa berdiri di tengah antara kedua istrinya nanti.

Keadilan untuk kedua istrinya harus sama, Rafka tidak bisa bertindak berat sebelah ke salah satu istrinya. Dalam hal apapun, Rafka harus adil dan bisa membuat mereka merasa sama-sama di kasihi.

Tapi Rafka tidak ada pilihan untuk menolak, mau tidak mau Rafka harus bisa berdiri dengan pilihan yang selalu di hindarinya itu.

"Baiklah, jika memang itu yang kalian inginkan. Maka aku akan menikahinya, aku akan menikahi Aisyah." Putus Rafka membuat pernyataan.

Rahima tersenyum lega mendengar pernyataan itu, akhirnya kesempatan untuknya memiliki seorang cucu bukan sebuah mimpi lagi. Rahima sangat berharap pada Rafka, karna dia tidak memiliki anak lain lagi selain Rafka.

Berbeda dari Rahima yang merasa lega, Latifah justru merasa sesak dalam hatinya. Pernyataan Rafka membuat rasa sesak yang sejak tadi di tahannya kini semakin terasa, jika saja ia sedang sendiri saat ini sudah pasti Latifah akan menangis dan menumpahkan semua rasa sesak yang mengisi hatinya itu.

"Syukurlah, akhirnya ibu bisa bernafas lega sekarang." Ungkap Rahima senang.

Rafka dan Latifah hanya tersenyum tipis mendengarnya, sedangkan mereka sama-sama merasakan sesak dan sakit dalam diri mereka. Seakan terikat oleh satu tubuh yang sama, Rafka dan Latifah bisa merasakan perasaan satu sama lain yang seakan menyatu.

Tapi mereka tidak bisa mengatakannya karna sang ibu masih berada di hadapan mereka, tapi Rafka tidak hentinya membelai punggung Latifah untuk memberi ketenangan dan kekuatan untuk yakin pada keputusan ini.

"Ya sudah, kalau begitu ibu pulang dulu. Jika nanti Rafka siap untuk melamarnya, maka ibu akan menemani kalian ke sana." Pamit Rahima dengan senyumnya.

Rafka dan Latifah sama-sama mengangguk, lalu mereka bangkit dan mengantar sang ibu sampai ke depan rumah.

"Ibu pulang dulu ya, kalian jangan lupa kabarin ibu kalau ada apa-apa ya?" Pamit Rahima lagi pada Rafka dan Latifah.

"Iya bu, kami akan selalu menghubungi ibu " jawab Rafka seadanya, sedangkan Latifah hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Ya sudah kalau begitu, assalamualaikum" ucap Rahima lalu melangkah menuju taksi yang sudah di pesan sebelumnya.

"Waalaikum sallam" jawab Rafka dan Latifah bersamaan, lalu mereka melambai pada taksi yang mulai melaju itu.

Setelah di rasa taksi itu sudah tidak terlihat lagi, Latifah pun tidak sanggup lagi menahan emosi kesedihannya itu. Ia memeluk Rafka dengan erat, lalu menangis di pelukan suami tercintanya itu.

Rafka yang mengerti perasaan Latifah pun ikut menitikkan air matanya, ia mendekap Latifah begitu erat. Tidak lupa Rafka membisikkan kata maaf pada Latifah, karna ia tau rasa sakit yang Latifah rasakan itu karna pernyataannya.

"Maaf, sungguh aku minta maaf." Gumam Rafka dengan air mata yang ikut menetes dari matanya.

Mendengar ungkapan penyesalan dari Rafka, Latifah semakin merasa sakit dalam hatinya. Ia pun semakin menangis dengan kencang, menumpahkan semua emosi yang menumpuk dalam hatinya.

Rafka dengan setia mendekap Latifah dalam pelukannya, ia membiarkan Latifah menangis sampai puas. Agar emosi yang terpendam dalam dirinya bisa keluar bersama dengan air mata, dan setelah itu Latifah akan kembali tenang seperti sebelumnya.

"Menangislah sayang, tumpahkan semua emosimu hari ini. Aku tidak akan menghentikannya, karna aku tau emosi itu akan sangat menyakitkan jika di simpan terlalu lama." Bisik Rafka pada Latifah.

Latifah mengangguk paham, ia juga tidak mungkin bisa menghentikan tangisnya yang sudah menjadi-jadi ini. Kesedihan dan rasa sesak semuanya ia tumpahkan dalam tangisnya, agar setelah ini ia bisa kembali menjadi Latifah yang tenang dan ceria.

Nächstes Kapitel