webnovel

Ibu Kandung Rafka

Mereka pun kini berkumpul di ruang makan, Rafka mulai memimpin doa. Lalu mereka makan bersama seperti sebelumnya, kali ini tidak ada obrolan panjang di antara mereka. Sampai akhirnya mereka selesai makan, barulah Latifah bertanya pada Aisyah.

"Kamu mau kerja sampai jam berapa, Aisyah?" Tanya Latifah pada Aisyah.

Aisyah menoleh sesaat, lalu ia menampilkan senyumnya dan menjawab pertanyaan itu.

"Saya ikut aturan mba saja, maaf saya permisi membersihkan piring-piring yang kotor dulu." balas Aisyah lembut, lalu melangkah meninggalkan meja makan.

Latifah tersenyum dan mengangguk, lalu ia menatap sang suami untuk meminta izin.

"Mas, Aisyah kerja sampai sore saja bagaimana? Soalnya, kasian ayahnya pasti sendirian di rumah mereka saat ini." Tanya Latifah pada Rafka.

"Aku terserah kamu saja, kamu kan yang mengatur semua urusan rumah. Aku akan izinkan, apapun keputusanmu." Jawab Rafka.

"Terima kasih mas" balas Latifah senang.

"Iya, ya sudah mas masuk kamar dulu ya?" Pamit Rafka pada Latifah.

"Iya mas, nanti aku nyusul." Balas Latifah santai.

Rafka mengangguk, lalu ia melangkah meninggalkan ruang makan menuju ke kamarnya.

Latifah tersenyum puas, lalu ia kembali menghampiri Aisyah yang sedang membersihkan piring kotor.

"Aisyah, kamu kerjanya sampai jam 5 sore saja." Ucap Latifah memberitahu.

Aisyah mencuci tangannya, lalu ia menatap Latifah dengan pertanyaan.

"Apa tidak apa-apa mba, saya kerja secepat ini?" Tanya Aisyah tidak enak.

"Tidak apa Aisyah, kan aku yang memintanya. Kamu hanya perlu datang pagi, sampai jam 5 sore. Tapi, selesaikan dulu semua pekerjaan dan juga makan sorenya." Jelas Latifah.

Aisyah mengangguk paham, lalu ia tersenyum senang mendengar penjelasan Latifah.

"Alhamdulillah, Insya Allah saya bisa mba. Terima kasih banyak mba, mba sudah banyak membantu saya." Ucap Aisyah terharu.

Latifah tersenyum, lalu ia menyentuh pundak Aisyah untuk menyalurkan kehangatan di antara mereka.

"Jangan sungkan seperti itu, sebagai sesama muslim memang harus saling membantu kan?" Balas Latifah santai.

"Sekali lagi terima kasih mba, aku sangat senang mendengarnya." Ucap Aisyah.

"Kita kan teman, sudah seharusnya seperti itu. Ya sudah, aku ke kamar dulu ya?" Pamit Latifah pada Aisyah.

Aisyah mengangguk pelan, lalu Latifah meninggalkan Aisyah dan masuk ke kamarnya. Sedangkan Aisyah kembali membersihkan sisa-sisa piring kotor, lalu merapikannya ke tempat semula.

Selesai merapikan alat makan, Aisyah mengelap meja. Lalu ia menyapu dan membersihkan dapur, tidak lupa Kisha mengepel untuk menghilangkan noda yang ada di lantai.

Setelah semua pekerjaannya itu selesai, Aisyah beristirahat sejenak di teras luar. Ia duduk sambil menikmati suasana komplek yang tenang, sampai tiba-tiba sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Latifah ini.

Seorang wanita paruh baya keluar dari mobil itu, lalu ia menghampiri Aisyah dengan wajah bingungnya.

"Assalamualaikum" ucap ibu itu bingung.

Aisyah yang hanya seorang diri di sana merasa tidak enak hati, namun ia tetap menjawab salam yang ibu itu ucapkan.

"Waalaikum sallam" jawab Aisyah dengan lembut.

Karna terbiasa, Aisyah pun maju dan mengulurkan tangannya. Dengan ragu ibu itu membalas, lalu Aisyah mencium tangan ibu itu dan tersenyum begitu manis.

"Maaf, kamu siapa ya? Sedang apa di rumah anak saya?" Tanya ibu itu pada Aisyah.

Aisyah menunduk, ia selalu menghormati orang yang lebih tua darinya.

"Iya bu, saya Aisyah. Saya asisten rumah tangga yang baru di sini, saya baru mulai bekerja hari ini." Jawab Aisyah dengan jelas.

Ibu itu tampak mengangguk pelan, lalu ia memperhatikan penampilan Aisyah dengan begitu detail.

"Kamu masih muda, kenapa bekerja?" Tanya ibu itu lagi.

"Ayah saya sakit bu, karna itulah saya bekerja untuk menggantikan ayah saya untuk menafkahi keluarga." Jawab Aisyah lagi masih dengan senyumnya.

"Wah, kamu anak yang berbakti yah? Oh iya, ibu ingin bertemu dengan anak ibu. Bisa kamu panggilkan?" Pinta ibu itu pada Aisyah.

"Tentu saja, silahkan bu ayo masuk!" Jawab Kisha langsung.

Ibu itu tersenyum, lalu Aisyah menuntun ibu itu masuk ke ruang tamu. Lalu ibu itu duduk di sofa, lalu Aisyah menanyakan keinginannya.

"Ibu ingin sesuatu? Biar Aisyah buatkan untuk ibu." Tanya Aisyah dengan lembut.

Ibu itu mengangguk pelan, lalu ia meminta Aisyah untuk membuatkan minuman.

"Tolong buatkan ibu teh manis hangat ya, tapi jangan terlalu manis juga." Pinta ibu itu pada Aisyah.

Aisyah mengangguk paham, lalu ia meminta izin untuk pergi ke dapur.

"Baik bu, Aisyah ke dapur dulu ya." Pamit Aisyah lalu ia melangkah ke dapur.

Ibu itu menatap Aisyah dengan senyumnya, baru kali ini ia melihat gadis yang begitu sempurna. Sebenarnya menantunya juga tidak jauh berbeda dengan Aisyah, hanya saja ia kurang dalam hal mengurus rumah tangga dan memberi keturunan.

'astagfirullah, apa yang aku pikirkan? Kenapa aku membandingkan Aisyah dengan menantuku Latifah? Ya Allah, maafkan aku.' batin ibu itu menyesal.

Aisyah membuatkan teh hangat sesuai pesanan ibu itu, ia juga menambahkan satu sendok gula saja ke dalam teh itu. Setelah di rasa siap, Aisyah langsung membawanya ke ruang tamu.

"Ibu, ini teh pesanan ibu. Maaf kalau tidak sesuai keinginan ibu, karna saya baru sekali ini membuatnya untuk ibu." Ucap Aisyah dengan lembut.

"Tidak apa nak, oh iya panggil saja ibu Rahima. Ibu adalah ibu kandung Rafka, salam kenal ya nak Aisyah." Balas ibu Rahima pada Aisyah.

Aisyah tersenyum, lalu ia kembali menunduk sambil sesekali melirik ibu Rahima.

"Iya bu, salam kenal juga." Jawab Aisyah lembut.

Ibu Rahima mencicipi teh buatan Aisyah, dan ia benar-benar merasa terkejut.

"Wah, teh buatanmu enak sekali. Aku menyukainya, terima kasih Aisyah." Ucap bu Rahima pada Aisyah.

Aisyah tersenyum senang, lalu ia mengucapkan puji pada yang kuasa karna tidak melakukan kesalahan.

"Alhamdulillah kalau ibu suka, Aisyah ikut senang." Balas Aisyah.

"Ah ya nak, tolong panggilkan Rafka dan Latifah. Ibu ingin bicara dengan mereka, bisa kan ibu minta tolong padamu untuk memanggil mereka ke sini?" Pinta bu Rahima pada Kisha.

"Astagfirullah, maaf bu saya lupa kalau ibu ingin bertemu anak mba Latifah dan mas Rafka. Baiklah bu, akan segera saya panggilkan. Aisyah pamit ya bu, permisi." Balas Aisyah langsung melangkah menuju kamar Latifah dan Rafka.

Sesampainya di depan kamar Latifah dan Rafka, Aisyah merasa ragu untuk mengetuk pintunya. Ia takut mengganggu kebersamaan suami istri itu, tapi jika tidak ibu Rahima yang akan menunggu lama.

'ya Allah, maafkan aku. Bukan maksud aku mengganggu mereka, tapi kasihan ibu Rahima jika menunggu terlalu lama.' batin Aisyah menyesal.

Akhirnya Aisyah pun mengetuk pintu kamar itu, sampai terdengar suara sahutan dari dalam kamar yang Aisyah yakini itu suara Latifah.

Nächstes Kapitel