webnovel

Tersusunnya Rencana Priska

Priska, Disty, dan Nika. Mereka bertiga duduk di bangku panjang yang disediakan tepat di masing-masing depan ruang kelas. Mereka menjadi pusat perhatian dengan ciri khas yang berbeda-beda, tidak perlu dijelaskan karena awal perkenalan pun sudah cukup menggambarkan bagaimana karakteristik dari mereka.

"Rencana lo apaan, Ka? Gue pikir lama-lama Nusa tuh makin ngelunjak deh, suer." Ini yang berbicara si Disty, ia menatap Priska yang berada di samping kirinya, ya si 'Ratu' duduk di tengah-tengah kedua anteknya.

Nika menganggukkan kepala, merasa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Disty. "Iya tuh, Ka. Lagian juga nih ya, tuh cewek baru kayak gak kapok banget sama kita."

"Nah bener tuh! Yang laen mah abis di bully langsung nurut sama kita, dia doang yang enggak, ngelunjak orangnya." sambar Disty lagi.

Terlihat Priska yang menampilkan senyuman, ia langsung menggenggam tangan Disty dan Nika secara berlangsungan. "Lo berdua tenang aja, gue selalu punya cara. Nanti gue kasih tau, rencananya dijalanin pas pulang sekolah."

Priska tentu tidak rela saat El mengatakan kalau cowok itu akan pergi berdua dengan Nusa, sedangkan tawarannya ditolak mentah-mentah. Ia yakin sih 100% kalau Nusa menggunakkan pelet untuk membuat El-nya menjadi seperti itu.

Hei, sejauh ini tidak ada cewek yang bisa berjalan bersisian dengan El bahkan tidak ada juga yang menyatakan rasa sukanya secara terang-terangan selain seorang Priska. Dan kini, malah muncul pesaing baru yang tiba-tiba lebih unggul?

Menarik kedua tangannya yang tadi menggenggam masing-masing tangan Disty dan Nika, sebelumnya ia menepuk-nepuk tangan kedua sahabatnya itu dengan heboh. "Psttt.. Nusa tuh Nusa!" bisiknya namun penuh dengan penekanan seolah-olah akan melakukan sesuatu yang hebat.

Disty dan Nika menolehkan kepala ke arah sumber pusat yang menjadikan Priska seperti ini.

"Pura-pura baik sama dia, ini demi rencana kita nanti saat pulang sekolah." bisik Priska lagi karena ia yakin kedua sahabatnya itu tidak mengerti kalau sebatas aba-aba gerakan saja.

Disty menganggukkan kepala, menampilkan sebuah senyuman miring. "Oh oke, kalau berpura-pura mah kita jagonya, iya gak Nik?" ucapnya sambil meminta persetujuan dari Nika dengan apa yang dirinya katakan.

Nika menganggukkan kepala, menajamkan pandangan pada sosok cewek yang berjalan ke arah mereka —berniat masuk ke kelas sih lebih tepatnya—. "Iya, itu mah gampang." gumamnya.

Nusa pun lewat, dan Priska langsung beranjak dari duduknya dan menghadang cewek itu agar tidak masuk ke dalam kelas terlebih dulu karena dirinya ingin mengatakan sesuatu. "Eh tunggu dulu dong, masa kamu lewatin kita gitu aja sih?" ucapnya dengan nada bicara yang dibuat se-lembut mungkin. Suaranya sangat jauh berbeda dari biasanya yang terdengar memang seperti devil.

Mendengar dan mendapati Priska yang menghadang jalannya, Nusa pun bergerak ke pinggir —karena dirinya dan Priska berada tepat di pintu ruang kelas, takut ada yang ingin masuk—. "E-eh? Iya, kenapa ya, Ka?" tanyanya dengan gugup. Bagaimana tidak gugup kalau dihadapannya saat ini adalah sekelompok cewek yang baru saja mem-bully dirinya sampai melakukan pembolosan sekolah?

Disty dan Nika ikut beranjak dari duduknya.

"Eh lo hari ini cantik banget sih, Sa? Lo.. make-up ya! Oh atau baru aja pulang perawatan?" Kali ini, yang berbicara adalah Disty. Cewek yang bisa mengubah kepribadian secara cepat, ya kalau jaman sekarang sih bisa di bilang muka dua.

Nika mendekati Nusa, menjulurkan tangan untuk meraih surai rambut cewek tersebut. "Rambut lo juga lembut banget, gue yakin sih lo baru pulang memanjakan diri di salon dan klinik kecantikan."

Nusa mendengar pujian itu malah terasa risih, takutnya malah nanti terjadi apa-apa pada dirinya. "Maaf ya, kayaknya aku harus masuk ke—"

"Eh tunggu dong, orang kita belum selesai bicaranya, iya gak girls?" ucap Priska yang buru-buru menahan pergelangan tangan Nusa.

Disty dan Nika memang sepertinya selalu kompak, terbukti mereka berdua yang menganggukkan kepala untuk menyetujui apa yang dikatakan oleh sang bos ketua genk ini.

Nusa menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan sebelah tangan yang terbebas —dalam artian satunya masih berada di dalam genggaman Priska—, lalu ia menghembuskan napas. "Memangnya apa yang ingin kalian bicarakan?" tanyanya pada akhirnya memilih untuk mendengarkan.

Dalam hati, Priska bersorak. Ia bisa menjalani peran sendirian mulai dari saat ini, ia memberikan aba-aba pada Disty dan Nika untuk menutup mulut dan jangan lagi berkata apapun.

Priska tersenyum sangat manis, padahal hanya keterpaksaan namun dibuat senatural mungkin. "Gini ya, Nusa. Lo kan anak baru ya di sekolah ini, dan tadi gue sama temen-temen gue tuh dapet hukuman gara-gara ketauan nyontek, lo liat kan tadi gimana ngamuknya tuh guru?"

Nusa menganggukkan kepala, masih belum mengerti dengan urusannya yang menjadi murid baru dengan Priska, Disty, dan Nika yang dihukum.

"Kita di suruh bersihin kolam renang sekolah..." ucap Priska lagi.

Mendengar itu, Nusa membulatkan kedua bola matanya, seperti terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Priska. "Hah, sekolah kita punya kolam renang?!" tanyanya dengan seruan.

Menganggukkan kepala, Priska membenarkan apa yanh ditanya Nusa. "Iya, ada. Tuh kan lo belum tau. Gue sebagai orang yang bully lo mau minta maaf buat perlakuan gue sama temen-temen gue yang kemarin, sorry. Dan sebagai gantinya, gue mau nunjukkin lo kolam renang itu sambil jelasin fasilitasnya ya karna besok ada kelas renang."

Nusa berdecak kagum. Dari dulu, ia palinh suka berenang. Ya kondisinya saja memiliki rumah tanpa fasilitas tersebut menjadikan dirinya kalau ingin berenang harus ke tempat wisata yang menyediakan water pool. "Kenapa gak ada yang kasih tau aku besok ada jadwal renang?"

"Ih ada kok, coba lo cek di grup kelas. Jadwalnya juga di jadiin poto profil grup kok,"

Nusa buru-buru langsung mengecek, dan benar saja jadwalnya sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Priska. "Ya udah kalau gitu aku mau ikut sama kamu, tapi aku bilang Bara dulu biar dia bisa nungguin aku sebentar."

Priska panik, masalahnya apapun yang berkaitan dengan dirinya, pasti El tidak akan pernah setuju. Ya karena memang hatinya ini sudah jahat, dan tiba-tiba mengajak Nusa untuk menjamin hal yang positif terdengar sangat mustahil.

"El gak usah! Lagian juga gue memperkenalkan itu gak lama-lama kok, bilang aja sama El suruh nunggu di parkiran terus lo bilang kalau lo ada jadwal piket kelas."

"Emangnya kenapa kalau izin Bara dulu?"

"Ya lo tau sendiri dia anti banget sama gue. Emangnya lo kenal siapa di sekolah ini kecuali El sama genk-nya, dan gue sama genk gua? Yang dalam artian, gak mungkin seorang El sama genk-nya mau jelasin ke lo, masuk akal kan?"

Untung otaknya pintar, Priska membanggakan diri sendiri di dalam hatinya.

Nusa menganggukkan kepala, merasa setuju juga dengan apa yang dikatakan oleh Priska. "Oh oke, itu aja kan ya percakapannya? Aku masuk ke kelas dulu ya,"

Setelah itu, Priska melihat Nusa yang berlalu. Nah, inilah di saat senyuman manisnya hilang berganti menjadi senyuman kemenangan. "Yes!" serunya dengan nada kecil takut Nusa mendengar. Membalikkan tubuh, lalu ber-tos-ria dengan Disty dan juga Nika.

"Kita berhasil!" ucap ketiganya dengan kompak.

"Minggir."

Kebahagiaan mereka langsung terhenti kala mendengar suara bariton, Priska membalikkan tubuhnya lagi dan langsung terlihat ada El. "Eh halo pacar, udah kelar nih istirahatnya? Udah makan, kan? Harus makan dong biar kesayangannya aku gak sakit,"

"Lo yang sakit."

Melihat El yang langsung berlalu begitu saja membuat Priska terkekeh kecil. "Liat aja nanti lo yang jalan sama gue, bukan sama Nusa."

...

Next chapter

Nächstes Kapitel