Bau anyir dari darah tercium dan menelusup masuk kedalam paru-paru setiap kali angin berhembus.
Niin dan si jubah hijau masih mematung di tempat mereka masing-masing.
Niin tenggelam dalam ingatan tentang Naara . {" ... bawalah aku bersamamu ...."} Itu yang ia katakan pada Naara saat mereka pertama bertemu. Walau kebersamaan mereka masih terbilang singkat, tapi Naara sudah memiliki tempat tersendiri di dalam hatinya.
Uap tipis nampak mengepul di sisi kanan Naara yang kemudian menjelma menjadi Jenderal Thougha. Beberapa detik ia menatap Naara dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum pada akhirnya senyum sinis bertengger di wajahnya. "Huh. Akhirnya mati juga."
Mendengar ucapan tersebut, Niin mengepalkan kedua tangan dengan sangat kuat, darahnya mendidih dan hatinya terbakar. "Apa sekarang kau senang?" tanyanya menahan marah.
"Biasa saja," jawab Jenderal Thougha bernada gamlang.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com