webnovel

Chapter 12

Aku berdiri di tengah kegelapan. Kegelapan ini membutakan mataku, aku bahkan tidak dapat melihat telapak tanganku sendiri. Tapi aku dapat mendengar suara-suara, ratapan orang-orang yang penuh kesedihan dan kekecewaan. Suara-suara itu kian mengeras, menggema memenuhi kegelapan, memekakkan telinga ku dan kemudian menghilang dalam sekejap, menenggelamkan ku kedalam sunyi nya kegelapan.

Hanya kebingungan dan rasa takut yang menemaniku saat itu, hingga sebuah cahaya muncul dari balik jendela di depan ku, cahaya bulan yang masuk melalui jendela seperti sebuah lampu sorot yang menyala redup, menerangi sebuah sosok patung di depan ku.

"Patung itu lagi, sebenarnya tempat apa ini?"

Pertanyaan itu yang muncul di benak ku. Aku hanya berdiri menatap patung itu, di dalam sunyi hanya aku dan patung itu, hingga suara-suara ratapan itu datang kembali, seakan memohon ampun atas apa yang mereka lakukan, penyesalan akan apa yang telah mereka jalani.

"Maafkan aku."

"Ampunilah aku tu…an,"

"Seharusnya aku tidak mendengarkan … itu."

" … adalah …lis."

"… menipu ku."

"… menjebak ..."

Suara-suara itu terdengar seperti beberapa pria dan wanita yang berbicara sekaligus, tapi aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas, ada bunyi gemerisik keras yang menutupi potongan kata mereka, seperti sebuah televisi tua yang bergemerisik karena sinyal yang lemah, dan kemudian suara itu kembali menghilang dalam sekejap, mengembalikan ku ke dalam sunyi bersama patung itu sekali lagi. Aku hanya bisa berdiri memandang patung itu, dengan rasa bingung dan takut memenuhi hati yang semakin menjadi-jadi. Aku tidak dapat melihat wajah patung itu yang tertutup bayangan tudungnya, tapi aku dapat merasakan bahwa patung itu menatap ku, seakan patung itu menjadi hidup dan menatapku dari balik bayangan, membuat rasa takut di dalam hatiku semakin besar dan menenggelamkan ku ke dalamnya.

Perlahan cahaya kian meredup, sebuah awan tebal menutupi bulan itu, dan menutupi patung itu dengan bayangannya, mengembalikan ku ke dalam kegelapan dengan perlahan, Tapi pandangan ku terpaku pada satu hal, ada sesuatu yang berdiri di balik patung itu, menatap ku dalam kegelapan, sebuah siluet hitam di dalam bayangan. Siluet hitam itu perlahan semakin jelas, beriringan dengan cahaya yang semakin meredup, seperti kegelapan di dalam gelap, kegelapan yang absolut.

Kini ketakutan ku sudah mencapai puncaknya, tubuh ku seakan menjadi batu, pikiran ku menjadi tidak beraturan, aku bahkan tidak dapat memikirkan apapun. Suara-suara ratapan itu kembali muncul, tapi aku tidak mendengarkan apa yang mereka katakan, aku hanya terpaku pada sosok hitam di balik patung itu, sosok itu bergerak, berjalan mendekatiku perlahan, seiring dengan suara ratapan yang terdengar semakin keras.

Rasa takut membuat seluruh tubuh dan pikiran ku menjadi batu, dan tanpa aku sadari sosok itu sudah berada tepat di depan ku, hanya berjarak beberapa senti dari wajah ku, begitu juga suara-suara ratapan yang sudah menggema sangat keras.

"Kau yang berikutnya!"

Aku terbangun karena terkejut, tubuh ku terguncang dan hampir terjatuh dari sofa. Aku melihat sekeliling ku, berusaha mencari sosok itu dengan penuh rasa takut dan panik, Tapi aku tidak menemukannya di manapun, butuh beberapa detik hingga aku menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi.

Aku kembali melihat sekeliling ku, ini ruangan yang sedikit asing bagi ku. Sebuah ruangan kamar tidur dengan ukuran sepuluh meter persegi, yang di desain ala mediterania yang sangat mewah, juga dilengkapi beragam fasilitas mewah. Sebuah kasur ukuran king size di letakan di tengah ruangan, menempel dengan salah satu sisi ruangan itu, lalu sebuah Tv 55 Inc di letakan di sisi ruangan yang lain, sehingga kau bisa melihat acara Tv sembari merebahkan dirimu di atas kasur. Juga ada sebuah perapian modern dengan desain kelasik di bawah Tv itu yang bisa di hidupkan menggunakan remot, mejamakan berukuran dua kali satu meter yang dihiasi beberapa lampu gantung di atasnya, serta area untuk bersantai yang menempel dengan jendela, akan membuatmu rileks dengan hanya duduk di sana sembari menikmati secangkir kopi dan sajian pemandangan kota Aylesbury, juga sebuah balkon yang cukup besar untuk bersantai bersama, tapi aku sama sekali tidak merekomendasikannya, bersantai di balkon di musim dingin seperti ini hanya akan membuatmu semakin stress.

Kamar ini juga memiliki kamar mandi di dalamnya, kamar mandi dengan bath up besar yang terkesan mewah dan kelasik, dihiasi dengan lilin aroma terapi yang memenuhi salah satu sudut bath up itu, lantainya terbuat dari marmer, dinding nya dilapisi dengan batuan alam berwarna krem dari bawah hingga ketengah dan dicat krem dari tengah hingga ke atas, lalu ada meja wastafel panjang yang terbuat dari kayu hitam di salah satu sisi kamar mandi itu, beserta wastafelnya yang terbuat dari keramik berwarna putih, di atas wastafel itu ada sebuah cermin yang di temple memanjang menutupi dinding, dihiasi beberapa lampu temple yang menyala redup dengan cahaya ke kuningan. Kamar mandi dengan disain mediterania yang mewah, akan membuatmu rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmatinya.

Aku menopang kepala ku dengan sebelah tangan ku, berusaha mengingat apa yang terjadi. Aku melakukan cek in hotel setelah menemu Harry. Rasa sakit di kepala ku sedikit membuat ku sulit untuk mengingat semuanya, tapi melihat laptop ku di atas meja dengan layar yang masih menyala sedikit membantu ku mengingatnya. Setelah cek in hotel aku langsung mencari semua data Harry yang memiliki kemungkinan menjadi petunjuk untuk para penyidik, jika aku ingin memenangkan kasus ini, maka aku harus tau apa yang para penyidik lakukan dan apa yang penyidik miliki untuk memberatkan kasus ini. Tapi aku tidak dapat mengingat apa yang aku lakukan setelah itu.

"Apa aku tertidur?" Pikirku.

Aku mengusap wajah ku dengan kedua telapak tangan ku yang sedingin es, entah mengapa seluruh tubuh ku terasa begitu letih, apa mungkin karena aku lupa menyalakan penghangat ruangannya. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya, lalu bangun dari kursi sofa mewah itu dan berjalan menuju wastafel kamar mandi. Aku memandang diri ku di depan cermin, wajah ku terlihat sangat letih, tubuh ku terasa begitu berat, entah karena aku tertidur di sofa dengan penghangat ruangan yang mati atau karena aku bermimpi dan terbangun dengan terkejut, yang jelas aku mengawali pagi ini dengan begitu buruk.

Aku menghela nafasku, lalu membasuh wajahku dengan air hangat di wastafel beberapa kali, mencairkan tangan dan kulit ku yang membeku, lalu kembali melihat diri ku di cermin, wajahku sudah lebih baik ketimbang sesaat lalu, tapi tetap terlihat sangat lelah, tubuhku juga masih terasa berat, aku menopang diri ku ke wastafel dengan kedua tangan ku, memejamkan mata ku lalu menarik nafas dalam dan menghembuskannya, terus mengulanginya beberapa kali hingga aku merasa sedikit lebih baik.

"Tenanglah Rein, semua akan berjalan sesuai rencana, selama kau mendengarkan ku, semua akan baik-baik saja, aku akan selalu bersama mu." Sahut suara di kepala ku.

Aku hanya menanggapi perkataan dengan gumam saja, entah sudah berapa kali dia mengatakan itu, tapi entah hanya perasaan ku saja atau memang iya, setiap kali dia mengatakan "Aku akan selalu bersama mu." dia menekankan nadanya sedikit.

Aku membuka mata ku, dan kembali melihat bayangan diri ku di cermin. Wajah ku sudah terlihat lebih baik, tubuh ku juga terasa sedikit lebih ringan, aku ingin membasuh wajahku sekali lagi, tapi tubuh ku terhenti saat aku melihat sebuah bercak merah kehitaman seukuran biji jagung di lengan kemeja ku.

"Aku tidak ingat kalau aku meminum wine semalam." Pikirku.

Sedikit bingung karena aku tidak mengingatnya sama sekali. Aku mundur satu langkah dari wastafel dan melihat sekujur tubuh ku, berusaha mencari jika ada bercak lainnya, dan memang ada , tapi bukan di kemeja ku, tapi di sepatu ku, aku hanya bisa melihatnya dengan samar karena warnanya yang gelap.

"Mungkin itu noda lumpur saat aku menemui Harry di jalan setapak itu semalam." Pikirku.

Tapi yang aneh adalah aku tidak mengingat noda wine itu. Ada sedikit perasaan aneh yang menjalar di punggung ku, seperti sebuah perasaan takut, tertekan, atau mungkin terancam, tapi aku tidak dapat mengerti perasaan apa itu.

Nächstes Kapitel