webnovel

3

....

Orang dalam gelap memainkan pedang. Seperti tarian kematian, dia bergerak untuk mengambil nyawa tiap-tiap orang. Gerakannya cepat, satu tebasan pedang, membuat orang langsung berhenti bergerak. Darah di mana-mana. Membasahi tanah, rumput bahkan wajahnya. Dia tidak peduli, dia tetap memainkan pedangnya. Menumbangkan satu-persatu bandit yang entah berapa jumlahnya.

Sementara itu, enam pria tak jauh darinya, berdiri dalam kekaguman. Mereka dengan teliti melihat setiap gerakan yang dia buat.

"Apakah kita hanya akan menonton?" Xiao Dejun bersuara. Sejak hampir lima menit yang lalu, dia sudah berdiri di sana.

"Ya, kita memang ditugaskan begitu. Hanya menonton."

"Coba lihat, gerakan Yukhei gege sungguh bagus." Liu Yangyang memuji.

"Itu memang bagus. Sejauh ini tidak ada yang bisa menandingi kemampuan dalam memainkan pedang." ucap Li Yong Qin.

"Kapan aku bisa seperti dia." Huang Guanheng  berkhayal. Dia dari dulu sangat menginginkan menjadi seperti Wong Yukhei, tapi itu sepertinya tidak mungkin. Wong Yukhei adalah makhluk berdarah campuran vampir-manusia jadi tidak heran jika dia memiliki kekuatan yang besar. Sedangkan dia hanya anak manusia biasa, jadi bagaimana bisa menjadi seperti Wong Yukhei.

"Jika kau berlatih, kau mungkin bisa seperti dia." ucap Qian Kun memberi semangat.

"Atau kalau tidak, kau tunggu dia mati. Dengan begitu, kau bisa melampaui dia."

"Ck. Kau ini, itu artinya sama saja."

"Hust. Jangan membicarakan hal buruk. Doakanlah Yang Mulia panjang umur, dengan begitu kita masih bisa hidup berdampingan." Qian Kun menegur. Dia berpikir, jika Wong Yukhei mati, kemungkinan besar bangsa vampir dan manusia kembali saling berselisih.

"Baiklah Kun ge. Aku akan mendoakan dia selalu panjang umur." Dong Sicheng merapatkan kedua telapak tangannya kemudian menutup mata.

"Ck. Dia benar-benar berdoa." Li Yong Qin menggeleng melihat tingkah Dong Sicheng.

"Saat kau mengatakannya, kau harus melakukannya." Dong Sicheng protes Li Yong Qin mengkritiknya. Dia mengatakan akan mendoakan Wong Yukhei jadi dia melakukannya.

"Baiklah. Baiklah." Li Yong Qin mengangguk-angguk.

Enam pria kembali fokus memerhatikan adegan di depan.

"Akh...." Terdengar teriakan yang begitu keras. Namun tak lama segera menghilang.

Wong Yukhei menyeka bibirnya. Dia baru saja menggigit salah satu bandit yang termasuk vampir. Itu korban terakhirnya. Setelahnya tidak ada lagi yang harus dia kalahkan. Semua telah tidak bernyawa.

"Mari pergi." Dia menghampiri enam temannya. Dia selalu begitu, setiap menghabisi para bandit, dia akan meninggalkannya begitu saja. Para bawahannyalah yang akan membereskannya.

"Ya ampun.... Ini terlalu cepat." Xiao Dejun mengeluh. Dia belum puas menonton. Melihat Wong Yukhei memainkan pedangnya adalah momen yang langka, jadi dia ingin menikmatinya lebih lama.

"Benar. Aku bahkan belum mengantuk." Liu Yangyang menyahut.

"Kau boleh tinggal di sini jika tidak mau pergi," Li Yong Qin berjalan meninggalkan teman-temannya.

"Enak saja." Liu Yangyang segera menyusul langkah Li Yong Qin.

Wong Yukhei hanya menggeleng melihat tingkah mereka. Dia kemudian berjalan mengekori Liu Yangyang.

"Tunggu sebentar." ucapan Qian Kun membuat langkah Wong Yukhei terhenti. Dia segera berbalik.

"Ada apa?"

"Ini," Qian Kun melihat seorang bandit. Matanya memicing. Dia kemudian menyingkap baju bagian belakang mayat pria yang telungkup itu. "Bukankah ini tanda yang sama seperti yang dimiliki penculik itu?"

"Ah, benar. Ini sama percis," ucap Huang Guanheng tampak terkejut.

Wong Yukhei mendekati mayat itu. Dia juga sama terkejutnya seperti Huang Guanheng. Bagaimana bisa itu sama percis? Kenapa dia tidak melihatnya tadi?

"Bandit-bandit ini pasti ada kaitannya dengan penculik itu." Dong Sicheng menebak.

"Jalan ini menuju daerah mana?" tanya Wong Yukhei.

"Kalau tidak salah, daerah Jihan," jawab Qian Kun.

"Ada kemungkinan mereka dari sana. Segera selidiki daerah Jihan. Kelompok penculik itu mungkin sedang menunggu kedatangan mereka."

"Baik."

Empat orang langsung pergi. Secepat kilat, mereka menghilang dari hadapan Wong Yukhei.

Melihat mayat yang memiliki tanda "V" di punggunya itu, Wong Yukhei berpikir, apa yang tengah direncakan sekelompok orang itu. Dia menduga, itu terkait dengan kekuasaannya. Seseorang pasti menginginkan dia meninggalkan jabatan kekaisaran.

....

Hari ini Li Shu tidak bekerja di restoran. Dia mengantar kakaknya untuk melihat pengambilan undian. Undian ini bukan tentang mendapat hadiah, melainkan mendapat kemalangan. Bagi gadis vampir yang namanya muncul dalam undian, dia harus pergi ke istana kekaisaran untuk secara sukarela memberikan darahnya untuk Kaisar. Hal ini terjadi sebulan sekali dan setiap daerah mendapat giliran.

Li Shu dan Yi Fei memang bersaudara, tapi Li Su tidak memiliki darah vampir seperti kakaknya, dia manusia biasa seperti ayahnya. Itulah sebabnya dia tidak ikut dalam undian karena hanya gadis vampir saja yang mengikuti undian.

"Tenang kak, semoga saja bukan namamu yang muncul." Li Shu mengusap tangan Kakaknya yang semakin dingin.

Yi Fei tidak mendengarkan perkataan adiknya. Dia masih merasa gelisah. Ini wajar. Kaisar Huang terkenal sangat kejam, jika nama dia yang muncul, mungkin saja ajalnya telah dekat karena tidak ada yang menjamin Kaisar Huang tidak akan menghisap darahnya hingga habis.

Kerumunan orang yang semula sedikit, kini kian membanyak. Mereka semua datang ke balai kota untuk melihat undian. Sebagian dari mereka terlihat cemas, bahkan ada yang terus berdoa, berharap namanya tidak muncul dalam undian.

Seorang pria naik ke atas panggung. Dia membawa guci dan meletakkannya di atas meja. Semua orang yang melihatnya semakin tegang. Pria itulah yang akan melakukan undian. Di dalam guci itu terdapat nama-nama gadis vampir yang sudah berusia 17-30 (belum yang menikah).

"Perhatian!" Pria itu berbicara. "Aku akan mengambil undian sekarang " Dia kemudian memasukkan tangannya ke dalam guci. Satu gulungan kecil kertas dia ambil.

Wajah-wajah para gadis vampir terlihat tegang. Mereka berkeringat dingin dan bergetar. Yi Fei memeluk adiknya untuk menekan rasa gugupnya.

"Dengarkan baik-baik." Pria itu membuka gulungan. "Kali ini gadis yang harus memberikan darahnya secara suka rela kepada Kaisar adalah.... Yuan Yi Fei."

Mendengarnya, tubuh Yi Fei langsung lemas. Li Shu sampai tidak bisa menahannya hingga akhirnya jatuh. Beberapa orang menyaksikan dan langsung membantu Li Shu mengangkat kakaknya.

"Apakah Anda baik-baik saja?"

Sebenarnya itu adalah pertanyaan bodoh. Bagaimana bisa seseorang baik-baik saja setelah tahu dia akan digigit Kaisar Huang yang kejam?

Yi Fei tak menjawab pertanyaan itu. Dia masih syok. Bagaimana mungkin itu dia? Kenapa harus dia?

"Kak, sebaiknya kita pulang." Li Shu masih menahan tubuh kakaknya.

Yi Fei hanya mengangguk. Dia merasa sangat pusing sekarang. Mendengar nama dia disebutkan, itu seperti mendapat sebuah pukulan di kepala.

Menyewa kereta kuda, mereka pulang ke rumah. Ketika sampai di rumah, baru beberapa langkah Yi Fei berjalan, dia langsung tumbang. Li Shu tidak sempat menangkapnya sehingga kepalanya terbentur tanah. Saat itu di rumah yang sekaligus merangkap restoran, dipenuhi banyak pengunjung. Beberapa orang yang melihat langsung menolong.

"Ada apa ini?" Ayah Li Shu, Tuan Yuan bertanya dengan ekspresi panik.

"Kakak terpilih dalam undian." Li Shu berucap lirih.

Tuan Yuan tampak kaget, dia kemudian menyuruh seseorang mengangkat anaknya menuju kamar.

Melihat anaknya tak sadarkan diri, Nyonya Yuan jelas panik. Dia membuntuti Li Shu dan Tuan Yuan menuju kamar Yi Fei.

"Ada apa ini? Kenapa dia pingsan?" Nyonya Yuan duduk di tepi tempat tidur sambil menatap anaknya dengan wajah panik.

"Dia terpilih dalam undian," jawab Tuan Yuan lirih.

"Apa?!" Nyonya Yuan menatap suaminya tak percaya, kemudian menatap anaknya yang masih tak sadarkan diri. "Ya ampun anakku.... Kenapa jadi seperti ini?" Dia mengusap dahi Yi Fei.

"Dia pasti syok. Biarkan istirahat." Tuan Yuan menenangkan istrinya. "Li Shu, ambilkan handuk dan air hangat." Suruhnya pada Li Shu.

"Baik ayah." Li Shu segera pergi.

"Sepertinya kita harus membicarakan hal ini nanti malam." Tuan Yuan berucap sambil menatap anaknya yang pucat.

....

Malam hari, setelah menutup restoran, Tuan Yuan memutuskan mengadakan rapat. Yi Fei masih belum sadar jadi dia tidak ikut dalam rapat.

Tuan Yuan membicarakan tentang undian itu. Karena ini menyangkut anaknya, dia jelas merasa khawatir. Yi Fei yang namanya muncul dalam undian, jelas harus pergi ke istana kekaisaran untuk menyerahkan darahnya, tapi sepertinya kondisi Yi Fei sedang tidak baik, jadi apa yang harus mereka lakukan?

"Kaisar Huang pasti marah jika Yi Fei tidak datang." Tuan Yuan sangat khawatir.

"Apa yang terjadi jika dia marah?" Li Shu penasaran. Dia tahu Kaisar Huang terkenal kejam, tapi seberapa kejam dia?

"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi jika dia marah, tapi sebaiknya jangan pernah membuatnya marah. Dia adalah vampir tingkat tinggi, sejauh ini tidak ada yang bisa mengalahkannya. Jadi, rakyat biasa seperti kita ini sebaiknya jangan sampai membuatnya marah." terang Tuan Yuan.

Hening. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebelum akhirnya Li Shu membuka suara.

"Apa yang terjadi saat seorang gadis vampir datang ke istana kekaisaran?" Dia penasaran. Sudah banyak gadis vampir yang pergi ke istana kekaisaran setiap bulannya, tapi dia tidak mengetahui keadaan mereka secara pasti setelah pulang.

"Itu... Sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Mereka hanya mendapat luka gigitan si leher. Selebihnya mereka baik-baik saja. Kecuali tentang ingatan mereka di istana, itu hilang. Tapi tetap saja, pergi ke sana sungguh mengkhawatirkan, ibu sebenarnya sedikit bersyukur Yi Fei tidak dalam keadaan baik. Mungkin saja dia bisa digantikan." Nyonya Yuan berkata penuh harap.

"Tapi sayangnya sejauh ini tidak pernah ada yang menggantikan seseorang dalam undian." Tuan Yuan berpikir, kemungkinan besar anaknya tidak bisa digantikan oleh seseorang.

"Tapi dia sakit. Seseorang harus menggantikannya. Lagipula, Kaisar mana mungkin meminum darah vampir yang sakit." Nyonya Yuan menyela.

"Sebaiknya kita beritahukan ini kepada wali kota. Mungkin dia bisa menggantikan Yi Fei dengan gadis lain." Tuan Yuan mengambil keputusan.

"Aku berharap begitu."

Li Shu hanya diam. Dia sebenarnya tengah memikirkan sesuatu.

....

Keesokan harinya, Yi Fei sadar tapi kondisinya lemah. Dia hanya bisa terbaring di kasur. Wajahnya terlihat pucat dan bibirnya mengering.

"Bagaimana hasilnya?" Nyonya Yuan bertanya pada suaminya. Tuan Yuan baru saja pulang dari rumah wali kota, jadi dia ingin mendengar hasilnya.

Tuan Yuan menggeleng lemah mendengar pertanyaan istrinya.

"Maksudmu?"

"Walikota belum pernah bertemu dengan kasus seperti ini, jadi dia tidak tahu harus bagaimana. Dia bilang, sebaiknya tanyakan langsung pada kaisar, karena dia tidak berani menanyakannya."

"Bagaimana mungkin kita sendiri yang harus menanyakannya. Bukankah dia bekerja untuk melayani kita? Memangnya apa susahnya menanyakan pada kaisar atau mengadakan undian ulang?" Nyonya Yuan tak habis pikir.

"Dia bilang, dia pernah hampir mati di tangan kaisar dan untuk undian ulang, sebagian gadis pasti tidak menyetujuinya."

"Jadi bagaimana ini?" Nyonya Yuan terduduk lemas sambil memegangi dahinya. Kepalanya berdenyut.

"Biar aku saja yang menggantikan."

Mendengar sebuah suara, Tuan dan Nyonya Yuan melihat ke arah pintu. Mereka terkejut melihat Li Shu berdiri di sana.

Nächstes Kapitel