webnovel

Pembelaan Kepada Orang Yang Salah

Hal yang begitu menyedihkan bagi kaum remaja memiliki perasaan kepada pasangannya. Namun, seseorang itu tidak mengerti apa yang kita rasakan. Bisa dibilang egois, hanya ingin dimengerti tapi tidak mengerti pasangan sendiri. Jika ada cinta kenapa harus ada luka? Luka yang begitu menyakitkan bagi Kayla.

Cewek itu menatap wajahnya di depan cermin. Wajah kusut, mata bengkak dan memerah karena ia menangis semalaman. Mengingat apa yang Gabriel katakan padanya, ia tidak mampu lagi menahan rasa sedihnya. Kenapa? Kenapa harus Kayla? Andai malam itu Haru tidak datang menemui Kayla, pasti tidak akan seperti ini.

Antara ingin sekolah atau bolos saja. Jika sekolah ia merasa tidak fit pagi ini. Tubuhnya lemas karena kurangnya tidur tadi malam. Kayla kembali berbaring di ranjang, tidak keluar kamar. Marcel pun hanya diam. Karena Kayla menempelkan tulisan dari kertas "Jangan ganggu Kayla dulu!" Kayla perlu menenangkan dirinya.

"Sekolah nggak ya? Masa enggak sekolah sih." baru saja bergumam, Kayla menguap kantuk lalu memejamkan matanya dan tidur. Matanya berat, sipit terlalu banyak menangis. Menangis memang bukan menyelesaikan masalah tapi kita bisa sedikit lega setelah meluapkannya.

Mendapat pesan dari "Girl grup" Heboh menanyakan Kayla tidak sekolah. Untuk kali ini Elina dan Azura mengerti. Mereka saja kesal, apalagi Kayla.

Di siang hari ini Kayla pergi ke taman dekat komplek rumahnya. Seraya menenangkan diri ketika galau seperti ini. Ketika akan keluar rumah, pergelangan tangannya ditarik oleh Aleta dengan kasar. Lalu membawa cewek itu ke dapur. "Mau kemana lo?" tanya Aleta dengan muka ganasnya, menatap penuh benci pada Kayla.

"Mau pergi sebentar ma,"

"Gue peringatin ya sama lo! Jangan pernah ikut dancer atau apalah dance itu. Ngabisin duit tau nggak!" cetusnya murka, tangannya menjundu kepala Kayla.

"Tapi ma, papa udah ngizinin."

"Lo masih mau ngelawan? Seharusnya lo udah terimakasih sama gue masukin ke sekolah mahal! Bego!" Aleta menjambak rambut Kayla sampai sedikit rontok, wanita itu membawa Kayla menghadap ke kulkas.

"Daripada keluyuran nggak jelas, mending lo masak nyiapin makan malam! Dasar anak nggak tau diri." Kayla merasakan kepalanya pening, luka yang waktu itu masih terasa sakit. Sekarang malah dijambak begitu kasar, Kayla hanya menahan air matanya.

Rapuh? Sudahlah, ini adalah makanan Kayla sehari-hari. Ia akan merasakan sakit sebelum mati. Kuat? Kayla terlalu kuat menyembunyikan luka nya dengan senyuman lebar nya. Tidak tahu betapa sengsara nya dia hidup di dunia ini.

****

Malam hari ini Gabriel berdiri di atas balkon kamarnya. Mengamati indahnya bintang yang bersinar di atas langit. Cowok itu masih dengan tatapan dingin, kekeh dengan keputusannya. Meminta pertunangan ini batal, ia ingin bebas dari Kayla yang telah membuat kecewa. Dia juga sama hanya manusia biasa. Punya hati dan perasaan, ia fikir Kayla hanya menyukai dirinya. Tapi, kenapa harus dengan Haru? Musuh bebuyutan yang tak akan rujuk.

"Ck, bangsat!" rahang Gabriel mengeras murka. Masih teringat jelas foto yang ia lihat. Memang nampak seperti akan ciuman. Tapi, memang ia sangat yakin kalau Kayla dan Haru telah berciuman. Hati mana yang tidak sakit.

Mendapatkan panggilan dari Kayla, berkali-kali diriject olehnya. Merasa terganggu sekali dengan deringan ponsel. Gabriel langsung melemparkannya ke dinding. Pecah menjadi keping. Emosinya masih menyelimuti dirinya.

Gabriel melangkah masuk mendekati ranjang, lalu merebahkan dirinya.

Apakah ini cemburu? Atau rasa kecewa yang berlebihan? Atau memang ia sangat egois karena tidak mendengarkan perkataan Kayla? Gabriel kau ini kenapa?!

"Arrggghhh," ia memukul kepalanya sendiri. Merasa bodoh dan entahlah. Ia ingin meluapkan emosinya lagi.

Dasar anak muda, bisanya emosian terus.

****

Pagi bertemu lagi dengan Kayla yang sudah rapi berbalut seragam sekolah. Namun, wajahnya seperti tidak bersemangat. Lesu sekali untuk pergi ke sekolah hari ini. Jika bertemu dengan Gabriel, Kayla harus apa? Sudahlah, Kayla bergegas keluar rumah setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya. Lebih memilih naik bus, Kayla langsung berlari menuju Halte.

Menaiki bus dan duduk paling belakang adalah hal yang mengasikkan baginya. Sedikit lebih tenang ketika duduk sendirian seperti ini. Melihat cowok berseragam sama sepertinya, Kayla mendongak kecil melihat wajah cowok itu . Ettt, tidak bisa karena agak sedikit jauh darinya.

"Siapa ya?" gumam Kayla,

Sesampainya di sekolah, Kayla perlu menegakkan bahunya kuat-kuat. Ia harus terlihat kuat di depan orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. Kayla tidak boleh lemah, meski ia adalah orang yang paling rapuh sebisa mungkin ia menyembunyikan semuanya. Kayla! Hwaiting! Menghirup udara segar begitu Kayla nikmati.

Menelusuri kooridor dan mampir ke lokernya untuk menaruh novel yang kemarin dibelikan oleh Gabriel. Sebenarnya Kayla belum membaca sampai selesai. Tapi, moody nya sedang turun. Ketika Kayla sibuk dengan loker, tiba-tiba ada beberapa cewek menghampirinya.

Menarik pundak Kayla agar berbalik ke arah mereka. Kayla menghela nafasnya jengah. Moody nya sedang tidak bagus, emosi juga tidak bisa dikendalikan. Malah cewek-cewek ini mengusiknya.

"Mau apa lagi?" tanya Kayla sembari memutarkan bola matanya malas. Cewek itu mulai bersidakep memandang Airin penuh kebencian.

"Mau ngetawain lo, makanya, nggak usah kegatelan sama kakak kelas! " sorak Airin, begitu senang melihat Kayla tersakiti. "Lo orang paling menyedihkan. Ck, murahan." hina Airin, tanpa peduli dengan perasaan Kayla. Tentu Kayla tidak terima dan langsung mengeraskan rahangnya.

"Apa bedanya sama lo... Jalang?!" balas Kayla.

Plakkk. Satu tamparan mengenai pipi mulus Kayla, emosinya sudah tidak bisa ditahan lagi. Kayla langsung membalas tamparan Airin dan mendorong cewek itu sampai jatuh tapi ditangkap oleh seseorang. Kayla melongo tak percaya saat Gabriel meraih tubuh Airin yang hampir tumbang mengenai lantai. Lalu membantu cewek itu berdiri.

"Gabriel?!" Kayla lirih, pemandangan paling menyakitkan, biasanya Gabriel tak pernah seperti padanya.

"Ternyata, aslinya lo kejam dan nggak punya hati ya?! Ck, ternyata nyokap sama bokap gue bener-bener tertutupi sama wajah polos dan sikap lo yang ke kanak-kanakan. Padahal aslinya lo kayak gini." lagi-lagi Gabriel meloloskan kata-kata yang begitu merontokkan hati Kayla. Cowok itu menatap emosi pada Kayla.

"Dia yang nampar aku duluan. Aku perlu membalas cewek bangsat kayak dia. Kamu nggak tau apa-apa Gabriel,"

"Alesan."

"Kenapa jadi belain Airin?" suara berat Kayla bertanya, rasa sesak dihatinya seakan meledak. Airin malah semakin menempel pada Gabriel.

"Terserah gua?!" bentak Gabriel, tak sudi lama-lama menatap Kayla yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Bawa Airin ke Uks. Biar gue yang urus cewek ini." ujar Maya lalu menyuruh Gabriel membawa Airin yang meringis memegangi pipinya,

Kayla ingin menahan Gabriel agar tidak membawa Airin, tapi ia hanya bisa pasrah. Lagi-lagi hatinya seperti tertusuk-tusuk. Rasanya, anjing banget!

Maya mendekatkan jaraknya pada Kayla yang masih menatap punggung Gabriel. "Heh, mending lo jauhin Gabriel. Kesempetan lo nggak ada secuil pun buat deket sama Gabriel. So, lo kalah sayang!" Maya mengeraskan suaranya, banyak murid yang berkumpul melihat kejadian yang luar biasa pagi ini.

"Heh maya, cewek udik nggak tau diri! Mulut lo nggak bersarang ya?" celetuk Elina murka, ia ingin sekali mencabik-cabik bibir Maya.

"Siapa lo?!"

"Maya. Ini berlebihan! Lo nggak malu diliatin sama anak murid lainnya? Malu gue suka sama lo." sahut Dimas, cowok itu datang untuk membubarkan, Maya begitu gugup saat sang pacar datang. Lalu membawa Kayla pergi begitu saja dari hadapannya. Nyesek? Dah pasti!

"Kayla ikut gue," Kayla menahan tangisannya di hadapan semua orang. Ia tak tahan jika terus seperti ini. Meminta Dimas membawa ke ruangan kosong tanpa siapapun. Akhirnya Dimas membawa Kayla ke perpustakaan karena sedang sepi. Bisa untuk menenangkan Kayla, memuaskan gadis itu menangis.

Masalah kemarin saja belum selesai, belum sembuh dari perkataan Gabriel sebelumnya. Lah ini? Kenapa menambah lagi. Kayla menangis seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tapi, Dimas menyuruhnya untuk lepas tangan itu. Biarkan air mengalir deras, jika di izinkan. Dimas ingin memeluk Kayla erat-erat. Luka itu pasti sangatlah dalam. Cinta, kenapa engkau mempersulit semuanya.

"Puasin, gue bakal nemenin lo di sini." ujar Dimas, tak lepas merangkul Kayla seraya menepukkan tangannya pelan pada pundak cewek itu. Seakan memberi kekuatan sedikitpun.

"Ke...napa Gabriel se..tega ini?" ucapannya terbata-bata, isakkan tangisnya benar-benar menguasai Kayla.

"Jangan pikirkan apapun, seenggaknya lo bisa merasa lebih tenang dulu. Jangan lo inget-inget perkataan Gabriel." Dimas menjelaskan, "Puasin nangisnya," lanjutnya lagi.

Tanpa mereka sadari. Gabriel tengah memandang mereka yang ada di dalam perpustakaan dari pintu kecil sedikit terbuka. Melihat Kayla menangis, ia seperti tertampar. Menangis karena dirinya perkataan spontan dari mulut yang tersulut emosi. Bodohnya, ia merasa tidak terima kalau Dimas merangkul Kayla. Meski sahabatnya, sama saja. Dimas manusia biasa, bisa menikung nya karena kesempatan kecil.

Bego! Gabriel bego!

****

Langkah Haru terhenti karena melihat Kayla sedang duduk sendiri di dalam kelas. Melirik tapi tak mau mendekati lagi. Sudah puas ia melihat Gabriel dan Kayla berpisah. Mereka tidak dekat seperti biasanya. Haru melanjutkan langkah kakinya menuju kantin. Tersenyum puas tanpa beban.

"Cowok bangsat nggak tau diri." Plaakkk, Elina baru saja datang dari kantin seraya membawa minumannya. Menampar Haru dengan kasar, lalu menyiram baju cowok itu dengan minuman miliknya. Rasain!

"Apa-apaan sih lo?!" bentak Haru, emosi tiba-tiba cewek aneh menampar dan menghujatnya begitu saja.

"Mau siapa gue, lo nggak perlu tau. Tapi lo udah ngehancurin semuanya, dasar manusia nggak punya hati!" cetus Elina, "Lo sama Gabriel, sama-sama BANGSAT!" lanjut Elina, kemudian mengeraskan suaranya, tidak takut dengan Haru atau teman-teman yang berada di belakang.

"Sinting ni cewek,"

Elina langsung menyenggol lengan Haru dengan kasar, menggibaskan rambut panjangnya. Tersenyum puas karena sudah menampar Haru. Sekarang, giliran Gabriel!

Team hujat, monggo!

Team Kayla Dimas atau Gabriel Kayla?

Kalau Haru karam aja🤣

Nächstes Kapitel