Serangan Pertama
Seorang gadis dengan baju latex ketat berwarna hitam mendatangi gunung kayangan seorang diri.
"Lapor disini prototipe 03… saya sudah sampai di kaki gunung kayangan dan bersiap memulai misi…"
"Laporan diterima… kau bisa segera memulai misinya prototipe 03…"
"Dimengerti…"
Gadis yang menggunakan baju latex ketat pun melompat dari satu batang pohon ke batang pohon lain dengan cepat. Matanya terus mengamati area sekitarnya dengan cepat agar tidak membuang waktu. Sementara itu di sisi lain gunung kayangan ada 3 orang petugas patroli dari kelompok revolusioner. Mereka sedang memastikan keamanan area sekitar gunung pancar dengan bermodalkan senjata berat dan seorang etranger.
"Patroli malam memang tugas paling membosankan ya… "
"Jangan bilang begitu rendi… kalau lengah bisa-bisa markas baru kita ini akan ketahuan oleh pihak pemerintah…"
"Yang dikatakan jifar benar… kita melakukan patroli untuk menghabisi mata-mata dan penyusup yang mendekati markas… kau pasti tahu seberapa kejamnya pasukan militer pemerintah..."
"Iya maafkan aku…"
Salah satu petugas patroli yang mengeluh pun langsung menyesal karena ia ingat betapa sadisnya pemerintah. Apalagi soal pasukan revolusioner yang membuat banyak rencana mereka gagal. Semenjak keberadaan etranger yang tidak bisa diatur oleh hukum, para politikus yang haus kekuasaan terus mencoba banyak hal. Mulai dari mengekang etranger dengan aturan yang berbelit sampai ancaman pada keluarga.
"Bagus kalau kau sudah sadar…kita ada untuk memperjuangkan hak etranger yang seharusnya menjadi penyelamat dan penyeimbang dunia… dimana campur tangan orang-orang kotor tidak bisa menjangkaunya..."
Mereka melanjutkan patroli malam ke area berikutnya sambil merenungi keadaan negara yang begitu rumit. Awal mulanya tercipta pasukan revolusioner adalah kelompok etranger yang menjadi pasukan pemusnah tersadar. Mereka sadar bahwa pekerjaan mereka sebagai anggota militer khusus hanya untuk membantai orang-orang tidak berdosa. Semua pembantaian yang luput dari mata orang banyak masih sering terjadi di era yang sudah sangat canggih ini.
Para unit pasukan pemusnah yang sadar akan kekejaman para penguasa berniat untuk memberontak. Niatan mereka semakin besar ketika melihat salah satu anggota keluarga rekannya dibantai. Anggota keluarganya disebut membahayakan persatuan bangsa dan membahayakan negara. Padahal keluarganya hanya pejuang suara para etranger dan rakyat yang tak sejalan dengan pemerintah.
"Oi tuan gatus… ada seorang wanita di sana…"
"Hah…?"
Gatus terkejut ketika melihat wanita yang menggunakan pakaian ketat berwarna hitam berjalan menghampiri mereka.
"Energinya… jifar… rendi… kalian mundur dan laporkan pada ketua cabang… pemerintah telah menemukan markas kita… aku akan menahannya…"
"Tapi tuan gatus… kami juga bisa bertarung…"
"Jangan bodoh…! Dia jauh lebih kuat dariku… mungkin setara etranger kelas 1… jadi kalian hanya akan jadi penghalang…! Ingat tujuan kita adalah revolusi…!!"
"Siap pak…!!"
"Tuan gatus semoga anda beruntung…"
Jafar memberikan ucapan selamat tinggalnya pada gatus sebelum pergi. Sebab ia tahu pertarungan tidak akan berhenti sampai salah satu dari mereka ada yang mati.
"Hahaha… lihat betapa tangguhnya bawahanku… sebagai atasan sudah tugasku untuk menahanmu…"
"Pencarian data selesai… Gatus Natusa… seorang etranger kelas 2… kriminal yang mengamuk di persidangan dan membunuh semua orang yang hadir…"
"Hahaha… jadi kacamatamu adalah teknologi canggih ya… dan jangan salah sangka… aku hanya membunuh para bajingan yang menjebakku dan membunuh 2 adik perempuanku…"
Gatus benar-benar terlihat marah dan tatapan matanya berubah menjadi dingin ketika mendengar perkataan wanita di depannya.
"Sudah dikonfirmasi… Gatus Natusa… kau dijatuhi hukuman mati… aku unit prototipe 03 akan jadi algojo yang melaksanakan eksekusinya… jadi aku peringatkan untuk menyerah…"
"Hahaha… kau menyuruhku untuk menyerah di depan orang yang ingin membunuhku…? Jangan benar saja… ayo segera mulai… aku tidak sabar untuk memotong kepalamu…"
*BOOM…*
Suara ledakan keras terdengar ketika gatus dan prototipe 03 memulai pertarungan mereka. Seluruh gunung bergema hebat hanya karena pertarungan dua orang pemilik kekuatan jiwa. Sementara di waktu yang sama, di area perkemahan gunung pancar yang damai tiba-tiba muncul sebuah retakan dimensi.
"Oi oi… yang benar saja… aku ingin liburanku tenang loh…"
Rigma merasa sakit kepala ketika melihat retakan dimensi yang muncul di tengah area perkemahan. Seolah dunia tidak ingin melihatnya bersantai dan menikmati liburan setelah banyak hal berat ia lalui.
"Rigma ini aneh… sedari tadi tidak ada sinyal dari mesin deteksi gelombang jiwa…"
"Apa kau bilang…!?"
Rigma tidak menyangka dini tetap membawa alat pelacak gelombang jiwa untuk menemukan potensi retakan dimensi. Tapi rigma juga sadar perkataan dini memang benar soal keanehan dari retakan dimensi di depannya.
'Ini aneh… aku juga sebenarnya kaget karena retakan dimensinya muncul secara tiba-tiba tanpa ada gelombang jiwa…'
'Oi bocah… apa kau percaya kaya aku bilang retakan dimensi ini tidak alami…'
'Maksudmu…?'
'Ada yang memicunya dengan sebuah alat misterius…'
'Apa hal itu bisa dilakukan…?'
'Tentu saja… selama ada orang berpengetahuan luas dan mengetahui banyak hal tentang retakan dimensi… membuat alat pemicu munculnya retakan dimensi bukanlah hal mustahil…'
Asrea maju mendekati retakan dimensi yang muncul di tengah area perkemahan ketika rigma sedang sibuk berpikir.
"ASREA…!! Jangan terlalu dekat…!"
Rigma tersadar ketika melihat asrea sudah hampir sampai di tengah area perkemahan, ia berlari dan menahan asrea.
"Tidak ada yang tahu monster dimensi seperti apa yang akan muncul dari retakan dimensi ini…"
"Rigma… apa kamu tidak melihatnya…?"
"Melihat apa…?"
Asrea pun menunjuk ke arah aliran energi jiwa yang tak kasat mata di sekitar retakan dimensi. Aliran energi jiwa tersebut mengalir dari suatu tempat dan masuk ke dalam retakan dimensi.
"Eh… kamu kenapa…!?"
Rakun yang berada di pelukan dini berontak dan berlari ke arah asrea ketika menyadari hal aneh.
"Tuan rakun maaf ya… padahal kita baru selesai menjalin kontrak… aku bahkan belum sempat menamaimu…"
Asrea meminta maaf sambil mengusap kepala sang rakun yang naik ke pundaknya. Saat asrea menoleh ke arah rigma, sudah tidak ada orang yang terlihat. Rigma sudah lebih dulu menyelidiki dari mana aliran energi jiwa aneh tersebut berasal. Hingga akhirnya rigma menemukan sebuah mesin aneh yang terlihat seperti generator listrik dan dua orang tentara.
"Di sini rupanya kalian…"
"Eh…!? Bagaimana bisa dia tahu tempat ini…!?"
Dua orang tentara yang berjaga sangat panik ketika melihat kedatangan rigma. Sebab biasanya tidak ada etranger yang bisa melihat aliran energi jiwa dari mesin mereka.
"Rupanya rumor soal mesin pembuat retakan dimensi memang benar... "
"JANGAN MENDEKAT…!! ATAU KAMI TEMBAK…!"
'Senjata energi teknologi terbaru…!?'
Rigma kaget ketika melihat senjata energi yang digunakan oleh para tentara penjaga mesin. Senjata energi teknologi terbaru dikabarkan bisa melukai etranger kelas 3 ke bawah.
"Jadi kalian dari pasukan militer khusus penanggulangan etranger… sekarang aku tahu orang-orang yang terkait dengan kalian…"
Rigma terlihat sangat kesal ketika mengetahui identitas para tentara yang menjaga mesin pembuat retakan dimensi.
"SIALAN…!!"
*bam bam bam…*
Tentara yang merasakan hawa membunuh dari rigma akhirnya mengeluarkan 3 tembakan. Rigma menggeser posisi sedikit hingga membuat peluru energi seolah meleset.
"Tadi itu jelas percobaan pembunuhan… kau mengarahkan tembakan barusan ke kepala, jantung dan paru-paru… jadi dengan kata lain aku boleh melawan balik…"
"Hiii…!!"
Senyuman rigma yang bercampur hawa membunuh benar-benar membuatnya terlihat mengerikan. Para tentara yang menjadi lawannya seolah melihat iblis pencabut nyawa sedang berada di depan mereka.
"Lindungi mesin RD sampai titik darah penghabisan…!!"
*sret…*
Sesaat ketika kedua tentara mengarahkan senjata energinya ke rigma, salah satu dari mereka tercabik.
"Lambat… bahkan gerakan azin dan siar jauh lebih cepat…"
"Dasar MONSTER…!!"
*bam bam…*
Suara tembakan peluru energi terdengar bergemuruh di area hutan hingga membuat beberapa burung terbang dari pepohonan. Namun rigma berhasil menghabisi kedua tentara penjaga mesin pemicu retakan dimensi.
"Sial… tanganku jadi kotor karena darah… aku harap semua ini membuahkan hasil yang bagus..."
Rigma pun mempelajari cara mengoperasikan mesin RD yang berhasil ia rebut dari tentara.
'Sistem pengoperasiannya cukup simpel… sekarang apa yang terjadi setelah aku menghentikan aliran energi jiwanya…?'
'Oi bocah… bisakah kau bawa mesin itu untuk dipelajari…?'
'Tentu memang itu niatku…'
Rigma pun memasukan mesin dimensi ke kotak penyimpanan ruang miliknya. Saat ia kembali ke area perkemahan, terlihat monster dimensi tipe humanoid sedang terkurung di sebuah bola air raksasa. Bola air yang mengurung monster dimensi tersebut masih terhubung dengan tangan asrea.
"Oi oi… sepertinya aku terlalu khawatir…"
"Rigma…! Akhirnya kamu kembali… cepat bantu aku memberikan serangan penghabisan..."
"Tentu dengan senang hati nona... DINI…!!"
Dini langsung berlari ke arah rigma ketika mendengar panggilan dengan suara keras. Rigma mengarahkan tangan kanannya ke atas dan dini pun melompat ke arah tangannya.
"Kapak besar…"
"Baik tuan…"
Dini merubah wujudnya menjadi kapak besar yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuh rigma.
*tap… DOOM…*
Tanah tempat rigma berpijak langsung retak karena berat kapak yang dipegang olehnya. Rigma dengan mudah mengayunkan kapak besar di tangannya dengan cepat dan menerjang ke arah monster dimensi.
*slash…!*
"Mati…"
Kapak besar rigma dengan mudah membelah tubuh sang monster dimensi menjadi dua bagian. Bola air yang mengurungnya juga terbelah menjadi dua bagian dengan sangat rapi.
Temuan Aneh
Saat organisasi palapa menyerang markas yang diduga menahan wakil ketua keduanya. Sebuah pemandangan aneh ditemukan oleh pasukan organisasi palapa. Separuh gunung kayangan hancur berantakan dan banyak mayat di sekitarnya. Namun yang paling mengenaskan adalah sosok wanita berbaju hitam latex. Tubuhnya yang sudah tak bernyawa diikat pada dahan pohon besar yang masih utuh.
"Ini mengerikan… apa yang sebenarnya terjadi…"
"Ketua…! Ada sebuah pesan di sini…"
Antonio pun menghampiri anggotanya dan melihat sebuah pesan yang ditulis dengan darah pada sebuah batu besar.
[REVOLUSI AKAN SEGERA DIMULAI DAN TIDAK ADA YANG DAPAT MENCEGAHNYA]
Pesan yang begitu lantang dan ditulis dengan huruf kapital hingga membuatnya terlihat makin mengerikan.
"Sialan… sepertinya kita keduluan…"
"Ketua kami tidak menemukan wakil ketua kedua… tapi kami menemukan ini… di dalam kerangkeng besi yang ada di dalam gua…"
"Ini…!"
Antonio terkejut melihat cincin ukiran khusus yang hanya bisa dipegang oleh wakil ketua organisasi palapa.
"Tidak salah lagi ini kepunyaan nia… segera cari petunjuk lain… kita harus segera melacak keberadaan mereka…"
'Sial… aku harap belum terlambat untuk menyelamatkannya… apa yang sebenarnya terjadi di negara ini...'
Antonio menggenggam erat cincin milik nia dengan perasaan gelisah, ia memiliki firasat yang sangat tidak enak soal kekacauan di gunung kayangan.
Bersambung…