webnovel

24 END

"Second kiss"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hoi!"

Ian ngagetin gue, padahal gue lagi asik berkhayal.

"pagi-pagi melamun, ntar mahkluk halus singgah di tubuh lo baru tau rasa."

"yah.. kalau memang mahkluk halus singgah di tubuh gue, gue pasrah saja.. kan cuma singgah."

Ian natap bingung gue.

"makin hari makin aneh lo nenen pedo.."

dan gue hanya diam.

gue masih mikirin soal yang kemarin, kejadian yang begitu tiba-tiba. bahkan gue ga pernah berpikir kalau kejadian tersebut akan terjadi.

ciuman pertama gue, Alex yang ambil.

gue sentuh bibir gue, dan spontan ingatan kemarin teringat.

"bangsat.." maki gue.

kenapa Alex ngelakuin hal seperti itu?

apa gara-gara gue yang ga ngasih dia jawaban dari pernyataannya minggu lalu?!

sialan! sialan!

kalau kayak gini bentuk nya, gue yang salah disini.

tiba-tiba wajah Justine terlintas di pikiran gue.

dan rasa sesak menghantui perasaan gue sekali lagi.

gue benar-benar jahat kali ini.

menggantung perasaan orang, dan lagi 2 orang.

YA TUHAN!

gue bangkit dari duduk gue dan keluar dari kelas.

mengelilingi koridor tanpa tujuan dan pikiran kosong.

dan tiba-tiba gue melihat sebuah pemandangan yang membuat dada gue semakin sesak.

Max, si anak pindahan itu sedang berbicara dengan Justine di taman. dari jendela lantai 3 gue bisa melihat mereka berdua. tapi gue ga bisa dengar apa yang mereka bicara kan.

Max merokok begitu juga dengan Justine, melihat gerak gerik Max yang sedang bicara itu keliatan nya dia sedang membicara kan sesuatu yang menarik. sehingga membuat Justine tersenyum dan tertawa.

pertama kali nya gue melihat ekspresi itu.

ahh...

lagian gue dan Justine kalau berduaan, pasti hening. dan lagi perbincangan nya kaku.

Justine akhirnya mendapat kan teman bicara yang sepadan.

apa-apaan dengan perasaan sesak ini?

gue segera pergi, sebelum perasaan yang begitu sesak ini hilang.

bukannya menghilang tapi malah tambah sesak.

gue segera ke lantai 1, gatau kenapa tujuan gue bisa ada disini.

karena sudah terlanjur di lantai 1, gue akhir nya pergi menuju ke perpustakaan. tapi langkah gue terhenti, itu karena Justine dan Max muncul di tengah-tengah koridor!

gue mengumpet, antara beruntung atau sengaja, mereka berdua berhenti dan bicara. gue yang bersembunyi di balik pintu kelas yang tidak terpakai ini bisa mendengar pembicaraan mereka.

"mungkin cuma perasaan gue nih ya enjus, tapi.. lo sama cowok yang dari kelas gue, yang bicara nya pedes itu, lo berdua keliatan dekat." kata Max

"nenra maksud lo?"

Deg!

saat Justine nyebut nama gue, jantung gue berdegup seketika.

"iya itu nama nya, lo temenan ya sama dia?" tanya Max.

gue ga mendengar jawaban justine.

"tidak. kami berdua hanya saling kenal seperti itu."

jleb!

seketika perasaan gue seperti gelas yang di pecahkan.

"ehh.. tapi kalian berdua dekat, bahkan lo hampir tiap hari jemput dia." kata max lagi.

"ahh.. yang lo liat itu bukan gue, tapi anggota osis yang jadi murid transferan itu." jawab Justine

lah.. kok dia.. berbohong sih?

"eh, berarti lo sama nenra cuma akrab begitu dong"

"iya... lebih tepat nya hanya sebatas kenalan.."

maksud lo apaan ngomong kayak begitu?

jadi, perasaan yang lo lontarkan pada gue. hanya sebatas itu saja?

karena gue ga kuat, Gue langsung keluar dari kelas kosong itu.

spontan Max dan Justine natap gue.

"eh nenra, ngapain lo di dalam sana?" tanya Max, namun pandangan gue masih tertuju pada Justine. Justine bahkan masih natap gue dengan ekspresi datar nya seperti biasa.

jadi itu benar..

kita berdua hanyalah orang asing?

gue segera pergi meninggalkan 2 orang itu.

apa apaan perasaan ini.

mungkin gue yang terlalu berharap.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

akhir nya pelajaran selesai, gue melihat Max buru-buru pergi.

kenapa dia terburu-buru seperti itu?

sadarlah nen, bukan sifat lo yang ngurusin orang lain.

"pedo! ayo kita pulang bersamaan" ajak Evan dengan Ian.

gue mengangguk.

_

"lusa sudah ujian akhir.. perasaan gue kok langsung ga enak ya?" kata Evan.

"nenek moyang gue pernah bilang, kalau perasaan lo ga enak pergi boker sana." jawab Ian.

"tapi gue ga ada rasa mau Boker." kata Evan

"yaudah, itu urusan lo sih.. ga ada sangkut paut nya dengan gue. gimana pedo? iya kan?"

gue natap Ian dan Evan.

"eumh.. ya.. mungkin.." jawab gue, gue yakin pasti mereka bingung dengan gerak-gerik gue ini.

"gue mau nanya, dari tadi lo diam terus. biasa nya kan lo nyolot kalau kita bicara omong kosong begini." Evan berkata dan Ian mengangguk-ngagguk.

"perasaan lo aja kali." kata gue.

"tapi beneran. lo.. kayak lagi kasmaran deh.."

gue terdiam menatap Evan.

"emang gitu ya?" tanya gue.

Evan menggaruk kepala nya dan natap Ian.

"kok jadi canggung gini sih!?" teriak Malika tiba-tiba dari belakang. membuat Evan dan Ian kaget. gue juga sih..

"karena ga ada pembahasan yang menarik!" jawab Evan.

"ohh.. eh! eh! tau gak!"

"GAK!" Jawab evan dan Ian bersamaan

"belum juga selesai ngomong."

"emang apaan sih?" tanya Ian.

"tadi kan ada yang nembak Diana, nah diana nolak tuh pernyataan cintanya."

"alasannya?" tanya Evan

"Diana bilang, rasa suka nya si cowok ini hanya sebatas fisik. dan Diana ga suka perasaan suka yang sementara seperti itu."

"terus?" Ian bertanya

"si cowok tentu saja terpuruk. coba tebak siapa yang nembak diana!"

kami bertiga terdiam karena tidak tau jawaban nya

"yang nembak diana itu si handa!"

spontan ketawa nya Ian dan Evan pecah.

"anjer lah.. harus nya gue sedih sebagai sahabat nya, tapi kok gue malah ngakak ya? HAHAHA!"

"asu asu! ahahaha!"

tolong maaf kan mereka Tuhan.

_

bagaimana pun gue ini laki-laki, engga mungkin gue terus-terussan berlagak kayak anak perawan yang diam sambil mikir yang tidak-tidak.

gue harus punya aksi sebagai pria juga!

tapi...

mengingat kejadian justine liat gue ciuman dengan alex, membuat gue mengurungkan niat untuk beraksi.

dan kejadian saat Justine bilang gue dan dia hanya sebatas kenal begitu saja, membuat pikiran gue semakin kacau.

memikirkannya sih gampang, tapi melakukan nya itu benar-benar memberatkan.

ARGHHH!

ini cobaan yang begitu memberatkan.

hari ini hari minggu, hari wekend sedunia bagi anak sekolah.

masalah nya gue bingung, gimana gue mecahin masalah gue ini.

sekarang Rumah gue juga lagi kosong, bang geryl kerja, bang coli kuliah, bang numero ke rumah temen. gue di rumah nganggur.

tenang nen, tenang.. rilekskan kepala dan hati mu.

kalau ga bisa rileks, itu arti nya lo harus bertindak sebagai pria.

ahh...

apa gue menyerah saja?

lagian, ga ada guna nya gue berjuang.

tapi kalau di pikir sekali lagi..

gue yang salah di sini.

Justine nyatain perasaannya pada gue, dan gue gantung perasaan nya. dan pada saat itu juga dia ngeliat gue berciuman dengan alex. apa ini semacam ntr?

ya tuhan!

gue harus memberikannya jawaban!

tapi bukan sekarang..

yakali sekarang! batin gue belum kuat!

besok, besok gue akan bilang!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-Monday, Exam H1-

dan hari ini, akan gue bilang pada Justine.

tapi sebelum itu gue harus mengikuti ulangan akhir ini.

setelah itu gue akan bilang padanya!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

- 3 hari kemudian di kediaman Nenra-

"BANGSAT BANGSAT! SAMPAI SEKARANG GUE GA BILANG APA-APA SAMA JUSTINE!"

sialan, gimana nih..

gue mau bilang tapi keburu ga bisa gue, malah 3 hari ini gue ga liat Justine.

sialan! sialan!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-afternoon-

"mhnn..." gue membuka mata gue secara perlahan, anjir gue ketiduran.

jam berapa sekarang?

gue ambil ponsel gue dan berniat melihat jam, namun 5 panggilan tak terjawab dari Justine.

Justine nelpon gue!?

demi apa!?

buru-buru gue nelpon balik dia. dia nelpon gue sekitar 12 menit yang lalu. anjir ada apa gerangan dengan anak ini?

perasaan gue ga enak banget sumpah.

telponnya di angkat!

"Justine!" ucap gue dengan setengah teriak.

["Oh, lo masih ingat gue ternyata."] kata nya dari seberang sana.

"lo kenapa nelpon, just?" gue abaikan pembahasan nya dan mulai bertanya pada inti nya. kenapa nelpon gue pas lagi nyenyak-nyenyak nya tidur siang.

["Ah.. gue cuma mau bilang.."]

Gue dengar Justine berdehem, dan kemudian menghela napas.

["gue jatuh hati sama lo nenra."]

Deg!

["Dan gue minta maaf, karena tidak menyerah hingga titik ini. Nenra."]

Deg!

["Maaf, karena orang seperti gue jatuh hati sama lo, Nenra."]

Deg!

Deg!

Deg!

tangan gue bergetar, dan gue mulai keringat dingin. apa yang telah gue perbuat hingga Justine minta maaf seperti ini?

"justine!"

panggilan nya terputus.

gue nelen saliva gue.

jantung gue berdebar, perasaan sesak dan tidak enak ini bercampur menjadi satu sehingga membuat gue mual.

justine...

Gue bangkit dari duduk, dan memakai pakaian gue dengan rapi.

di luar sedang hujan deras, dan gue tidak peduli.

segera gue pergi dengan di giringi hujan lebat, beserta kilat dan guntur yang menemani hujan ini.

seketika gue berhenti di sebrang jalan.

dan gue baru ingat kalau gue ga tau lokasi kos nya Justine dimana.

ingin rasa nya kembali, tapi gue sudah ada di tengah perjalanan, dan gue ga tau gue sedang berada di jalan mana.

gue tersesat pemirsa.

air mata gue turun, dan semua perasaan gue bercampur aduk.

"hwaaa bang! adek lo tersesat! gimana cara nya dia pulang!? hwaaaa!"

Bangsat! kenapa gue menangis kayak anak kecil!

gue cari tempat berteduh dan ngeluarin ponsel gue yang basah.

gusti.. bodoh nya diri mu nenra, tidak memakai payung maupun jas hujan.

nah kan kalau sudah begini, bagaimana?

air mata gue masih mengalir, gue kalau tersesat pasti langsung takut dan nangis kejer kayak sekarang, apalagi saat ini hujan.

gue mesti minta tolong sama siapa ini?

dengan tangan bergetar gue langsung nelpon Justine.

dan alhamdullilah Justine angkat panggilan gue.

["ya?"]

"Justine..." panggil gue dengan nada bergetar.

["nenra? lo kenapa?"]

"gue... gue tersesat hueee!"

["HAH!?"]

"tolongin gue plis.. hiks.. gue takut sendirian.. hwaaaa!"

["posisi lo dimana sekarang?"]

"gue juga ga tau ini dimana! hiks hiks.."

["baiklah.. saat ini lo berteduh di mana?"]

dengan panik gue melihat ke kanan dan ke kiri.

"gue berteduh di taman.."

["oke."]

"Tapi gue ga tau ini taman apaan!"

["hmm oke.."]

"Jangan di tutup dulu! gue.. gue takut.. tolong temani gue just.."

["iya.. lo tungguin gue disitu.."]

kepanikan yang berlebihan, itu lah yang gue rasakan saat ini. sangking panik nya, gue gemetaran dan spontan ngeluarin air mata.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

-15 menit kemudian-

Justine lama banget njer!

gue takut banget disini, kalau dia ikutan tersesat gimana!?

Gusti! tolong bantu anak mu ini!

"hoi.."

gue noleh ke atas.

ITU JUSTINE!

"bangsat lo ya! lo kenapa lama banget! gue kira lo bakalan tersesat juga! gue.. gue hampir mati ketakutan disini njing!" kata gue yang kemudian air mata gue jatuh lagi.

Justine hanya terdiam dengan menatap gue.

"gue benar-benar takut.. sangat sangat takut.. gue hampir berpikir kalau gue bakal di telan dengan air bah.. gue.. gue takut pokok nya! hwaaa!"

"berdiri." titah justine dingin.

tapi karena gue keras kepala, gue tetap duduk sambil menangis.

"gue bilang berdiri, nenra!" kata Justine dengan nada tinggi.

gue tatap dia. "jahat lo jadi manusia, gue ketakutan disini dan lo bentak gue! bangsat lo bangsat!" tanpa gue sadari gue mukul dada Justine dengan keras.

"lo kenapa ngomong kayak gitu di telepon tadi! lo tau, gue takut kalau lo ngomong begitu! minta maaf ga jelas! padahal selama 3hari ini gue nyariin lo njing! pas ketemu lo bentak gue bangsat! hwaaaa!"

Justine langsung meluk gue, dan tangisan gue tambah menjadi-jadi.

"yang marah disini kan seharus nya gue." kata Justine heran.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

_

Justine bawa gue di kos nya, baju gue basah kuyub, jadinya gue pakai sementara baju Justine, meskipun agak besar. tapi cukuplah untuk menghangatkan kulit gue.

"lo kenapa jadi cengeng gini sih?" tanya Justine tiba-tiba, gue hanya diam.

"dan lo kenapa bisa sampai tersesat kayak tadi?" tanya Justine lagi.

"lo kan sudah tau hujan, kenapa ga pakai payung atau pun jas hujan?"

gue natap Justine, wajah nya terlihat marah. itu ekspresi yang pertama kali nya dia berikan pada gue.

"gue cari lo.." kata gue singkat.

Justine terdiam.

"gue tau, kalau kita berdua ini orang asing yang hanya saling kenal begitu saja. tapi..." gue gigit bibir bawah gue, menahan jatuh nya air mata gue lagi.

"kalau memang lo anggap nya kayak gitu, kenapa lo masuk dalam kehidupan gue justine!" Justine terdiam, yang kemudian menghela napas.

"lo yang duluan masuk dalam kehidupan gue nenra!" nada bicara Justine meninggi. dan dia langsung meremas kedua pundak gue. sehingga gue kicep.

"gue nyatain perasaan gue, dan lo nolak, gue mengerti. tapi gue tidak menyerah begitu saja! namun saat malam itu, lo buat gue kecewa nenra.. lo berciuman dengan musuh gue."

Justine kemudian menaruh kepala nya di pundak gue.

"gue kecewa, gue ingin menyerah.. tapi gue sudah terlanjur sayang sama lo.. tolong maafin gue nen.." Tangan Justine kemudian melingkar di pinggang gue dan memeluk gue. gue bisa mencium aroma scent basah dari tubuh nya.

aneh nya, meskipun basah namun suhu tubuh Justine begitu hangat.

Jantung gue bergetar.

dan sekali lagi air mata gue jatuh.

"lo curang just.. lo curang.. hwaaaa!"

"maaf nenra.."

gue bahagia saat Justine meluk gue seperti ini, namun ada satu perasaan yang buat gue tidak 100% bahagia.

dan gue ga tau perasaan apa itu.

"nenra maaf, tapi.. gue ini laki-laki.." kata Justine

"Kenapa?" tanya gue sambil narik ingus gue di hidung.

"hormon gue.." bisik Justine yang spontan membuat bulu kuduk gue berdiri.

ANJIR ANJIR ANJIR!

GUE TAU MAKSUD LO JUSTINE!

"boleh kah?" tanya Justine.

anjir gila aja lo, gue saja belum siap yang kayak ginian!

"gue ga bisa.."

"maksud gue, boleh kah lo lepasin pelukannya? gue ga mau khilaf."

Bangsat!

segera gue lepasin pelukan gue dari Justine.

sejak kapan gue berpikiran kotor kayak gini!?

"ada satu yang gue mau minta sebelum gue antar lo pulang."

gue natap Justine "apa itu?"

Justine naruh handuk kecil di leher gue, dan narik wajah gue mendekat kearah nya.

bibir gue di persatukan dengan bibir nya.

kali ini Justine cium gue.

aneh nya, Ciuman ini malah buat gue senang. dan tentu saja sedih. gue ga tau sedih nya kenapa.

beberapa menit kemudian Justine melepaskan ciuman nya.

gue ga mau ciuman ini berhenti begitu saja!

jadi segera gue melingkarkan kedua tangan gue di leher nya dan mencium kembali bibir Justine.

setelah itu menatap nya.

"lo jangan seenaknya seperti itu just.."

Justine tersenyum.

"lo yang jangan goda gue seperti itu.."

Justine mencium kembali bibir gue. tapi dengan ganas, bagi cowo yang awam dalam perciuman seperti gue. gue hanya pasrah. membiarkan lidah nya masuk dalam mulut gue, dan memeluk gue dengan erat.

Justine, sangat pandai berciuman.

dan itu yang buat gue berdebar aneh.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ujian selesai, dan hasil nya.

gue lulus dengan nilai yang memuaskan.

gue bahagia.

"nenen, anak-anak pada mau pawai tuh lo mau ikutan ga?" tanya Evan.

gue menggeleng. "gue sudah janji pada seseorang."

"yaudah, WOI MANA KALENG CAT NYA WOI!" teriak Evan

"kenapa cat goblok, orang pawai pakai spray warna!" kata Handa

gue segera pergi meninggalkan kelas gue, dan saat keluar dari pintu keluar. di depan gerbang.

seorang pria dengan. jaket parka nya bewarna hitam sedang menunggu, spontan dia balik belakang dan natap gue. saat itu juga dia tersenyum.

senyuman yang seketika buat gue istigfar.

gue lari pada nya, dan memeluk nya.

"anjir, agresif banget lo.." kata nya.

"biarin yee.."

Justine tersenyum.

"jadi lo kuliah di mana nanti?" tanya gue.

Justine terdiam, kemudian kembali natap gue.

"sama dengan lo.."

"alasan lo terlalu klasik kalo kayak gitu.."

"yaudah sih terserah.."

gue dan Justine jalan beriringan, dan di jalan gue melihat anak tk sedang berbaris.

gue berhenti dan natap mereka.

Justine pun begitu.

"lo kenapa?" tanya Justine.

"punya permen ga? itu dedek semua nya unyu banget lo." tunjuk gue pada segerombolan anak tk itu.

"nenra.. lo mau masuk penjara selama 5 tahun?"

"bangsat! gue bukan pedo!"

-END-