Audia dan Alvin keluar dari klinik kebidanan. Langkahnya kini menjadi terasa berat dan berhati-hati.
Kabar kehamilan Audia benar-benar membuat mereka berdua terkejut. Tiba-tiba saja Audia teringat ucapan sahabatnya, Erika, untuk melakukan tes kehamilan. Ia sama sekali terlupakan akan hal itu. Mungkin, karena masih berhubungan dengan penyakit amnesia yang dideritanya, hingga Audia pun tidak bisa mengingatnya.
Alvin yang menyadari perubahan mood istrinya lantas mengajaknya untuk duduk di kursi tunggu. Audia duduk di kursi tunggu, di sebelah Alvin. Tanpa sadar tangannya mengusap perutnya yang masih rata. Di dalam sana terdapat kehidupan baru, bukan hanya satu, akan tetapi dua. Alvin pun meletakkan telapak tangannya di atas punggung tangan Audia. Seolah ingin mengisyaratkan, bahwa apa pun yang terjadi, Alvin akan selalu ada untuk Audia.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com