webnovel

[Tanda Terima Kasih]

"Yo! Altair Noah."

Langkah Noah terhenti begitu suara bariton terdengar sedang memanggil namanya dari belakang. Tubuh tinggi Noah berbalik dan menangkap wajah bersegi dengan kulit hitam. Rambut lurusnya yang indah dengan panjang sebahu itu tentu membuat para gadis merasa iri.

"Ethan Sullivan?"

Ethan Sullivan. Dialah orang yang memanggil Altair Noah tadi. Orang yang tadinya Noah gantikan dalam pertandingan basket. Meskipun dia tidak melakukan apa-apa, hanya berlari ke sana ke mari mengikuti kerumunan para pria berbadan atletis.

"Hari ini kau ada urusan dengan yang lain?"

Langsung saja Ethan bertanya kepada Noah. Dia berdiri di depan Noah yang sedang menatapnya dalam pandangan tidak mengerti. Ethan terkekeh.

"Ada apa?" tanya Noah.

"Kalau kau tidak ada urusan lain, aku mengajakmu ke kafe dekat sini. Sebagai tanda terima kasihku karena sudah membantu Tim Merak," jelasnya.

Bayangan tentang pertandingan basket yang menurutnya dirinya sangat menyedihkan di sana memenuhi benaknya.

"Tidak perlu," tolak Noah. Dia membalikkan tubuhnya dan akan melangkahkan kakinya lagi. "Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Aku tidak melakukan apa-apa pada saat itu."

Ethan yang tidak terima dengan ucapan itu kembali menghalangi jalannya Noah. Dia berlari dan memotong jalannya.

"Tunggu! Aku juga ingin meminta maaf atas perbuatan Jack tadi pagi kepadamu!"

Mendengar ucapan Ethan, sebelah alis mata Noah naik dan sebelahnya turun. Raut wajah yang sungguh tidak mengerti dengan perbuatan orang yang berada di depannya.

"Aku juga tidak butuh perwakilan seperti itu. Jika dia merasa bersalah, maka langsung berhadapan denganku. Kau hanya melakukannya dengan kemauanmu sendiri, bukan kemauannya."

Tertegun setelah mendengar jawaban dari Noah, wajah Ethan memerah. Tanpa pikir panjang dia menaikkan volume suaranya dan volume suaranya dan tertawa sambil merangkul pundak Noah yang lemah.

"Oh, ayolah! Kenapa susah sekali mengajakmu untuk bermain! Aku yang akan mentraktirmu! Haha-!"

Noah sedikit goyah dengan rangkulan lengan kekar milik Ethan. Orang itu masih tertawa tanpa ada rasa bersalah sedikitpun terhadapnya.

"Yah, meski kau berasal dari anak pemilik perusahaan terkenal," ucap Ethan secara terus terang. Tapi, ucapannya tidak diperindah oleh Noah.

"Kau tahu, adikku setiap hari menyuruhku untuk melamar kerja di sana. Padahal aku ini masih mahasiswa semester 5. Aku tidak mengerti dengannya, padahal dia masih kelas 3 SMA."

Suaranya perlahan samar dan Noah kembali fokus pada dirinya sendiri. Pikirannya kini terpicu pada lengan Ethan yang terasa kuat dan mampu membuatnya sesak napas.

'Kekuatannya berbeda dari sebelumnya. Apa dia mengalami [Kebangkitan]?' pikir Noah setelah merasakan kekuatan rangkulan tangan Ethan yang 2 kali lipat dari sebelumnya. Dia sama sekali tidak peduli dengan Ethan yang sedang berbicara melantur tentang dirinya.

Matanya kini melirik sebelah kaki Ethan yang masih diperban, tetapi dia berjalan tanpa tongkat seperti tadi pagi.

'Pria seperti ini sudah pasti mengalami [Kebangkitan],' lanjut Noah yang kini mulai merasa iri dengan orang yang berada di sampingnya.

[][][][][]

Menara tinggi yang mampu mencakar langit itu muncul setelah terjadinya gempa. Tingkat kematian di negara ini semakin bertambah dan rumah sakit semakin ramai dikunjung.

Setelah diteliti oleh para peneliti dengan keamanan dari tentara dan juga Hunter yang baru saja ditunjuk oleh Menteri Pertahanan, menara hitam yang pada bagian atasnya memiliki banyak suara yang berisik memiliki banyak ruangan. Dibilang sebagai lantai, dan lantai tersebut sebanyak lebih dari 1000.

Menara itu kini disebut sebagai [Tower] yang dipenuhi oleh para monster setelah beberapa Hunter memasuki lantai pertama dari [Tower] itu. Asal muasalnya masih belum diketahui dan belum ada petunjuk yang cocok untuk mencari jawabannya.

"Itu penjelasan dari kakakku, dia bekerja sebagai staf presiden," jelas Ethan yang tadinya berbicara tentang menara yang baru muncul itu.

Entah sejak kapan mereka langsung mengubah topik pembicaraan menjadi menara yang baru muncul tersebut. Memang, [Tower] itu menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan, apalagi ada sangkut pautnya dengan nyawa dan bahkan juga sihir pribadi.

"Sudah ada Hunter yang memasuki [Lantai 2]?"

Noah menggaruk dagunya yang gatal. Lalu dia menyeruput kopi panas yang baru saja dipesannya di kafe dekat kampusnya ini. Kebetulan di luar turunnya hujan yang tanpa diduga.

"Ada satu kelompok Hunter yang melanjutkan perjalanan mereka di dalam [Tower] itu, dan sampai sekarang mereka belum ada kabar sama sekali," jelasnya.

"Kelompok Hunter?" tanya Noah. Dia ketinggalan berita terkini karena dirinya disibukkan oleh [System] yang entah mengapa terasa seperti sedang mempermainkannya.

Ethan ber-oh ria. "Kau belum tahu? Pemerintah mengizinkan Hunter untuk membuat kelompoknya sendiri."

"Bagaimana bisa?" Noah semakin mengerutkan keningnya.

"Semenjak korban semakin banyak, pemerintah membuat kebijakannya seperti itu. Beliau berharap angka kematian pada negara ini semakin menurun."

Mendengar jawaban Ethan, terlintas di benaknya akademi yang pernah direncanakan oleh pemerintah. Lantas, dia langsung melempar pertanyaan tersebut kepada Ethan yang memiliki orang dalam untuk mendapatkan banyak informasi.

"Lalu, apa hubungannya dengan akademi?"

Ethan sedikit membulatkan kedua matanya. Dia sempat melupakan poin penting tersebut.

"Oh! Aku hampir lupa mengatakannya kepadamu!" Ethan menepuk tangannya dan membuat orang-orang yang berada di dalam kafe tersebut menoleh ke arahnya.

"Barusan aku mendapat telepon dari kakakku kalau akademi tetap berjalan dan kemungkinan akan dilaksanakan mulai hari ini. Jadi, kau juga harus bersiap-siap untuk melakukan tes, Altair Noah Ortiz."

Noah menganggukkan kepalanya sebelum dia menyadari ucapan dari Ethan.

"-!"

Yang semulanya dia duduk santai menyandar pada sandaran kursi menjadi tegap begitu dia menyadari sesuatu dari ucapan Ethan. Tatapan tajam dengan kombinasi dinginnya mampu membuat Ethan bergidik ngeri. Meski dia merupakan tipe [Berseker] yang mungkin termasuk kelas tertinggi, tetap saja, intimidasi dari seorang Noah mampu membuatnya tidak berani berhadapan.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Noah tanpa memperpanjang waktu.

Ethan menggaruk tengkuknya yang terasa gatal saat ini. Matanya mengalih pada sekitarnya dan menjawab dengan ragu,

"Yah ... Siapa yang tidak merasakannya karena kekuatanmu lebih kuat dari sebelumnya."

Jawaban Ethan membuat punggungnya meminta untuk kembali bersandar. Dia menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapan matanya masih tertuju pada Ethan yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

'Tidak mungkin Ethan Sullivan berbohong membicarakan hal ini,' pikirnya. Ethan merupakan pria yang jujur. Dia tidak akan mau berbohong jika tidak ada alasan untuk pribadinya.

"Tes seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah?" tanya Noah.

Ethan mengendikkan bahunya dan kedua alisnya diangkat. Dia menjawab,

"Tidak tahu. Tapi salah satu Hunter berhasil mendapat inti [False] yang sempat menyerang Kota Banssang. Itu [False Tingkat B]."

"Inti? Maksudmu pikiran-"

PRANG!

Belum sempat Noah mengeluarkan pertanyaannnya, suara pecahan kaca jendela menjadi pusat perhatian. Kafe yang sedang disinggahi Noah dan Ethan menjadi porak poranda. Semua orang yang berada di dekat jendela yang mengarah pada jalanan itu berteriak ketakutan.

"YA TUHAN! MAKHLUK APA ITU!?"

Nächstes Kapitel