Pagi ini, suara dawai kecapi terdengar mengalun dengan sangat indah. Mengiringi ke mana arah embusan angina membawa kelopak-kelopak bunga persik berada.
Jermari Liu Anqier tampak bergerak-gerak gelisah, untuk kemudian, mata sendunya kini mulai terbuka. Dia menebarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kamar ini kini tampak sepi dan tak penghunu.
Tubuhnya terasa remuk redam, tenaganya terasa menghilang entah ke mana. Bahkan dia sampai tak sadar telah tidur sampai matahari berada di paraduan.
Liu Anqier mencoba untuk menggerakkan tubuhnya, berajak dari ranjang milik Chen Liao Xuan. Tapi, kedua kakinya tampak kaku bahkan untuk digerakkan sekalipun.
Suara kecapi tampak terhenti, Liu Anqier memandang sosok yang baru saja masuk ke dalam kamar itu. Degan cepat dia menyembunyikan wajahnya, rona merah terlihat jelas di kedua pipinya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com