webnovel

Dawai-Dawai Asmara {4}

Pagi ini, jemari Anqier tampak bergerak-gerak, untuk kemudian dia mulai membuka matanya. Kelopak mata yang indah, seperti kelopak-kelopak bunga persik yang sedang bermerkaran, dan matanya tampak berbinar dengan begitu cantik.

Dia kemudian mengambil posisi duduk, agaknya dia ingat kejadian terakhir yang dia alami, yaitu dia dicekik oleh sosok yang ia tolong. Ya, sosok itu… laki-laki berwajah tampan namun sangat mengerikan itu.

Dia tersentak, kemudian dia mendengar percikan api yang menyala, serta bau harum khas makanan tercium sangat nyata.

"Kau sudah bangun?" suara serak itu mengagetkan Anqier. Kemudian dia mundur dengan cepat sambil menarik selumut yang ada di tubuhnya.

Tunggu… selimut? Dan pakaian baru ini? Anqier menoleh, melihat sosok yang sedang duduk di depan perapian. Mulutnya tampak sibuk meniup-niupkan api pada bambu panjang untuk mengatur perapian. Dan tanganya tampak sibuk mengipasi sesuatu yang ada di atas perapian.

Pakaiannya kini berubah, bukan pakaian terkoyak yang penuh darah. Dia sudah memakai pakaian berwarna biru terang, dengan rambut hitam legam yang sudah tersisir rapi. Hiasan rambut berbentuk naga itu tampak sangat manis menghiasi rambut hitamnya. Laki-laki itu, benar-benar tampak berbeda dari yang semalam dia kenal.

Sebenarnya, apa yang terjadi malam itu? Di saat dia pingsan setelah dicekik oleh laki-laki berparas tampan itu? Anqier benar-benar tak bisa mengingatnya sama sekali.

"Siapa yang mengganti pakaianku?" tanya Anqier dengan nada sengit. Laki-laki itu kemudian menaruh masakan itu ke dalam dua mangkuk kecil, kemudian dia taruh di atas meja. Laki-laki itu mendekat, membuat Anqier spontan berangsut mundur.

"Semalam tubuhmu basah, pakaianmu basah, jadi aku menggantinya," jawab Chen Liao Xuan. Nadanya sedikit menggantung, untuk kemudian ujung matanya menangkap sosok Anqier yang agaknya masih tidak percaya dengan apa yang ia katakana.

"Aku tak merasa sedang mandi atau kehujanan semalam. Sebab memori yang aku ingat adalah, kau mencekikku dengan sangat menyakitkan," ketus Anqier.

Chen Liao Xuan kembali tersenyum, untuk kemudian dia menyodorkan mangkuk berisi bubur itu kepada Anqier. Merasa enggan mengambil, Anqier hanya melihat ketika Chen Liao Xuan mulai menikmati bubur itu sambil sesekali meniupnya.

"Semalam mungkin ada sedikit kesalahpahaman, kau tahu, aku sedang tak enak badan. Aku pikir kau adalah salah satu dari musuhku, yang menyamar dan memanfaatkan kelemahanku. Tapi kurasa, aku telah keliru," kata Chen Liao Xuan menerangkan.

Anqier tampak tersenyum kelu, bahkan maaf pun tak keluar dari mulut laki-laki itu, yang semakin membuat Anqier kesal bukan main. Dia hendak memijat lehernya yang sakit, tapi dia meraba ada sesuatu di lehernya. Sebuah kalung yang semakin membuat Anqier bingung.

"Oh, itu, aku menemukannya, sepertinya sangat cocok jika kau kenakan. Jadi aku mengenakannya untukmu,"

"Tunggu, Tuan! Ada sesuatu yang janggal di sini!" Anqier kembali memandang Chen Liao Xuan dengan sengit. Berbeda… berbeda dari semalam, sorot mata laki-laki itu tampak sangat lembut, wajah tampanan nan cantik laki-laki itu tampak semakin mempesona dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Fokus Anqier menjadi goyah, untuk kemudian dia terbatuk-batuk untuk kembali memfokuskan konsentrasinya. "Kau… kau menggantikan pakaianku dengan cara seperti apa?" selidiknya kemudian. Kedua alisnya bertaut, dan telunjuknya sudah menunjuk tepat di wajah Chen Liao Xuan. "Apa itu berarti jika kau membuka semua pakaianku? Kemudian kau dengan tangan kotormu sendiri melepaskan pakaianku dan memakaikannya dengan pakain yang baru? Apa benar seperti itu?" tanyanya kemudian. Rona merah di pipinya tampak nyata, membuat Chen Liao Xuan kembali tersenyum dibuatnya. Andai… andai gadis kecil itu tahu, jika dia malah telah berbuat lebih. Apa yang akan gadis kecil itu lakukan kepadanya.

"Apa kau pikir aku punya ilmu sihir yang bisa melepas dan mengganti pakaianmu tanpa aku menyentuh dan melihat tubuhmu? Tidak, Nona, aku adalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan sihir semacam itu,"

Anqier langsung memeluk tubuhnya sendiri, dia memandang Chen Liao Xuan dengan tatapan kesalnya. Untuk kemudian, tangannya melayang mau memukul pipi Chen Liao Xuan, namun semuanya menjadi lain, saat Chen Liao Xuan menangkap tangan itu kemudian menarik tubuh Anqier sehingga jatuh sepenuhnya ke dalam pelukannya.

Anqier mencoba untuk melepaskan diri, tapi Chen Liao Xuan tak membiarkan itu terjadi, hangat napas Chen Liao Xuan tampak sangat nyata berembus di pipi Anqier, dan itu menambah rona merah pada wajahnya.

"Tuan kau jangan kurang ajar. Asal kau tahu, aku—"

Chen Liao Xuan melumat bibir Anqier sekilas, kemudian dia melepaskan lumatannya. Bibirnya tampak tersenyum, melihat gadis kecil itu mematung di tempatnya dengan mata terbuka lebar.

"Kenapa? Apa kau tak pernah disentuh seperti itu oleh seorang laki-laki, Nona?" biskk Chen Liao Xuan.

Plak!!

Amarah Anqier membuncah, wajahnya tampak memerah, kemudian dia mengusap bibirnya dengan kasar. Bahkan, air mata itu sudah menggantung di pelupuk matanya.

"Kau jangan kurang ajar!" marah Anqier dengan suara yang bergetar. "Kau pikir aku ini apa, hah? Aku adalah seorang anak dari tabib yang terhormat! Yang bahkan pantang bagiku untuk disentuh laki-laki mana pun sebelum kami melakukan malam pertama pernikahan! Aku bukan budak, bukan tawanan, bukan dayang-dayang, atau wanita murahan yang ada di rumah border yang bisa kau lecehkan seperti ini, Tuan! Apa kau tak punya malu, huh? Setelah kebaikanku menyelamatkanmu, kau malah berbuat hina kepadaku!"

Anqier langsung beranjak dari duduknya. Tapi, dia merasakan sakit yang luar biasa pada selangkangannya. Dia nyaris jatuh, tapi dia berusaha untuk bisa berdiri dengan tegap kemudian kembali memandang laki-laki itu dengan mimik wajah lebih sengit dari pada tadi.

"Ingat, Tuan, mulai hari ini, jangan pernah muncul di hadapanku!"

Setelah mengatakan itu, Anqier langsung pergi. Langkahnya tertarih kemudian dia memegangi salah satu pohon karena dia tak kuat untuk berjalan. Ada apa ini? Kenapa tenaganya seolah habis? Tubuhnya sangat lemah luar biasa, dan selangkangannya terasa nyeri dan sakit. Apa yang terjadi semalam? Apakah semalam laki-laki itu menyiksanya, atau mengambil energinya sampai dia menjadi seperti ini? Sebab dia ingat betul apa yang dilkatakan oleh ayahnya, dia harus menjaga tubuhnya baik-baik. Karena dari dalam tubuhnya, ada energy suci yang tak semua orang memilikinya.

"Apa yang terjadi kepadaku?" rintih Anqier, keringat dingin mulai membanjiri keningnya, kemudian dia nyaris ambruk, sebelum Chen Liao Xuan menangkap tubuhnya dengan sempurna.

Napas Chen Liao Xuan agaknya tersengal, dia merasa sedikit menyesal karena telah melakukan hal melebihi batas kepada gadis kecil ini. Biar bagaimanapun, dia dari Kalangan manusia, pasti apa yang dia lakukan semalam akan menyakitinya sampai seperti ini.

Chen Liao Xuan, membuka mulut gadis kecil itu, kemudian dia memberinya separuh tenaga dalamnya untuk mengembalikan tegana dari gadis kecil itu.

Nächstes Kapitel