webnovel

Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {10}

"Apa yang kau katakan, Raja Iblis? Aku membunuh putri kesayanganmu?" tanya Xie Liao Xuan semakin tak mengerti.

Sang Raja Iblis semakin murka karena sikap sok polos dari Xie Liao Xuan, membuat kedua tangannya menyembulkan bola api dan dia lempar membabi buta ke arah Xie Liao Xuan. Xie Liao Xuan langsung menghindar dengan cepat, dan dengan cara tak kasat mata dia langsung menghilang, kemudian, dia tiba-tiba berdiri di belakang Raja Iblis.

"Maaf, tapi sepertinya kau salah orang, Raja Iblis. Sebab, dalam seumurku lahir sampai detik ini, ini adalah kali pertama aku melewati gerbang istana langit," lanjut Xie Liao Xuan mencoba untuk menjelaskan. Tapi, Raja Iblis tetaplah Raja Iblis, dia lebih percaya bukti dari pada ucapan yang tak masuk akal dari Putra Mahkota Langit itu.

"Apa kau pikir aku akan percaya ucapanmu? Aku lebih percaya ucapan putriku. Setelah kau menikmati tubuhnya dengan rayuan cintamu, kau membunuhnya. Kau benar-benar biadab! Dan aku akan menyumpahimu, jika saat ini kau mati, kau akan terlahir sebagai Raja Iblis menggantikan posisiku!"

Awan pun tiba-tiba gelap, petir terus menyambar-nyambar langit saat itu. Semua prajurit yang berperang hanya bisa terdiam sejenak, melihat ke arah langit yang luas. Prajurit yang masih meregang nyawa itu tampak melihat kejadian itu juga, sampai sosok di depannya itu mendekat dengan seringaian liciknya.

"Dan kau, harusnya tahu lanjutan dari takdir yang ditulis oleh langit itu. Jika ada suatu masa Sang Putra Mahkota akan bertarung dengan Sang Raja Iblis, dan dari pertempuran itu, takdir Sang Putra Mahkota langit akan berubah."

"Anda... Anda... kenapa... kenapa bisa setega itu dengan Putra Mahkota,"

Lenyap dan menjadi abu, hanya itu yang bisa terjadi pada nasib prajurit itu. Hingga sosok itu menyeringai, kemudian dia terbang kembali menuju gerbang istana langit.

Di sisi lain, Dewa Li Qian Long tampak menoleh, saat petir terdengar menyambar-nyambar dari bawah. Hatinya bergerak resah, kemudian dia berlari menuju ke arah di mana Anqier berada. Yang bisa dia doakan, kalau dia bisa merubah takdir ini, meski untuk merubahnya dia akan mendapatkan hukuman langit sekalipun. Sebab Putra Mahkota harus menduduki tahtanya, atau jika tidak, langit benar-benar akan berduga dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.

Dan di bukit penyesalan, ketika Anqier sedang berlutut dengan patuh, meski tubuhnya sudah penuh dengan luka-luka dari cambukan langit. Tiba-tiba, suasana menjadi cerah, tidak ada lagi suasana duka dan mecekam di sana. Anqier pun menoleh, sosok yang memakai pakaian perang itu pun melangkah mendekat. Anqier tahu sosok itu, sosok yang dia kenal melalui Xie Liao Xuan. Untuk kemudian, Anqier berdiri, dengan mimik wajah harunya. Dia kemudian mendekat ke arah sosok itu, berlutut dengan patuh tepat di bawah kaki sosok itu.

"Tuan, aku tak tahu siapa dirimu. Tapi aku tahu, jika hubunganmu cukup dekat dengan Putra Mahkota Xie Liao Xuan. Jadi, apakah tujuan Tuan datang ke sini? Apakah Putra Mahkota menitipkan pesannya kepada Tuan?"

Sosok itu berjalan mendahului Anqier, membuat Anqier memandang ke arahnya. Untuk kemudian, dia kembali berlutut di tempatnya semula. Karena dia tahu, jika sosok ini datang bukan karena disuruh oleh Xie Liao Xuan. Ya, Putra Mahkota sekarang sedang berperang, itulah kata Dewa Li Qian Long. Dan dia sudah diberitahu kepada Dewa senior itu, jika dia tak boleh percaya kepada siapa pun meski sosok itu mungkin terlhat sangat dekat dengan Putra Mahkota. Dia hanya boleh percaya dengan Putra Mahkota, apa pun itu keadaannya.

"Yang Muliah Putra Mahkota sekarang sedang turun ke bumi untuk mempertaruhkan nyawanya hanya demi bisa melepaskanmu. Apa kau pikir, kau seistimewa itu sampai-sampai membuat seorang Putra Mahkota pilihan langit sampai turun ke bumi? Dan kau sendiri tahu bukan, bagaimana kekuatan dari Sang Raja Iblis, bahkan sampai detik ini pun, tidak ada satu hal yang bisa mengalahkannya meski Sang Raja Langit sekalipun."

"Lantas, apa tujuanmu ke sini, Tuan," kata Anqier pada akhirnya. Hatinya sangat resah, bagai diremas-remas karena dia memikirkan Sang Putra Mahkota. Apakah Xie Liao Xuan akan baik-baik saja? Akankah dia bisa selamat dan mengalahkan Sang Raja Iblis?

"Aku tadi telah mengikuti perang, dan saat ini semua prajurit yang tersisa hanya belasan terpaksa harus mundur. Karena kami menderita kekalahan yang sangat luar biasa hebat. Terlebih, hal yang membuat kami sedih adalah, di peperangan itu, Putra Mahkota telah mendapat berkali-kali tikaman dari Sang Raja Iblis, dan saat ini kondisi Putra Mahkota sedang kritis."

Mendengar hal itu, Anqier langsung kaget, dia hendak berdiri tapi langsung kembali limbung karena kedua kakinya sudah tak mampu lagi untuk berdiri. Air matanya mengalir di kedua pipinya. Tidak... ini tidak mungkin, Putra Mahkota tidak mungkin gugur dalam pertarungan ini. Putra Mahkota telah berjanji kepadanya jika dia akan kembali. Ini tidak mungkin.

Lagi Anqier terus menepuk-nepuk dadanya, ini semua karenanya. Kalau saja separuh dari intisari Sang Putra Mahkota tak berada dalam tubuhnya, pastilah Putra Mahkota bisa melawan Raja Iblis itu. Kekuatan Putra Mahkota tak bisa sempurna, dia hanya ada separuh saja. Jadi, jika ada sesuatu yang terjadi kepada Putra Mahkota itu adalah kesalahannya.

"Tidak... tidak," lirih Anqier. Dia terus menangis karena berita itu.

Dia bahkan tak sadar, jika sosok yang masih berdiri di depannya itu kini tengah menyeringai, menghunus pedang dari tempatnya kemudian...

Jrep!!!

Rahang Anqier mengeras, otot-otot wajahnya tampak begitu nyata. Bahkan air matanya kini seolah menjadi air mata yang terakhir menetes di pipinya. Sakit, ngilu, perih, semuanya bersatu di dalam tubuhnya dan menjadikan sesuatu yang panas dan perih.

Kedua tangannya menggenggam erat pedang itu, darah putih mengalir dengan sangat nyata. Mata Anqier memandang ke arah sosok yang kini sudah berjongkok di depannya itu.

"Darah putih?" gumam sosok itu, kemudian dia kembali menyeringai. "Apa kau tak mengetahui dirimu sendiri, Nona Anqier? Dewi berdarah putih adalah Dewi paling suci di sini. Dan jika kau memilikinya, bukankah itu pertanda kalau kau adalah takdir dari Putra Mahkota? Tapi sayang, aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu sebelum kau mengembuskan napas terakhirmu, jika Putra Mahkota Xie Liao Xuan sampai detik ini masih hidup," lanjutnya menyeringai.

Mata Anqier kembali terbelalak mendengar kabar itu, kemudian dia memandang ke arah sosok itu. Dan pada akhirnya, pelan-pelan kesadaran Anqier mulai menghilang, lalu dia terjatuh terkapar dengan darah yang terus mengalir dari dadanya yang terluka.

Sosok itu kemudian menarik tubuh Anqier, dia mendekatkan mulutnya pada mulut Anqier yang tampak memuntahkan darah. Dia seolah sedang mengeluarkan tenaga dalam. Namun, tak terjadi apa pun di sana. Berkali-kali sosok itu terus mencoba, dan berkali-kali juga dia gagal.

"Sial, aku tak bisa mengambil separuh intisari Putra Mahkota meski wanita sialan ini telah mati!"

Nächstes Kapitel