webnovel

Chapter 3

Apa yang terjadi, pasti akan terjadi

Kesedihan .... Kebahagiaan

Pertemuan .... Perpisahan

Semua akan terjadi ....

***

Udara musim dingin menyusup masuk melewati jendela besar yang sedikit terbuka. Kamar bernuansa putih dengan dua tempat tidur terpisah, meja kayu, piano, dan gitar. Seorang pemuda dengan kaus oblong berwarna hitam dan celana pendek selutut keluar dari balik pintu kamar mandi yang terletak di ujung sebelah kiri ruangan. Rambutnya masih basah, wajahnya sedikit bulat, mulus tanpa polesan makeup apa pun. Ia melirik jam dinding yang tergantung di atas pintu kamarnya. Pukul dua malam.

Ia mendesah panjang, lalu melangkah menuju tempat tidur, menghempaskan tubuhnya ke kasur yang empuk. Tangan kanannya meraih kalung berbentuk bintang, lalu memandanginya dengan sendu.

Eun-Soo, nama yang masih mengisi sebagian hatinya hingga sekarang. Gadis yang telah menjadi milik pemuda lain meski mereka belum menikah. Gadis yang berhasil memikat hatinya sewaktu SMA dulu. Semua berjalan lancar hingga waktunya Loey harus debut bersama dengan E-X. Popularitas E-X yang semakin tinggi membuat Eun-Soo merasa Loey melupakannya. Hubungan mereka merenggang, lalu tiba saatnya Eun-Soo memutuskan untuk meninggalkan Loey.

Loey meletakkan kalung itu di laci meja kecil di sebelah tempat tidurnya, lalu mengambil ponselnya. Melakukan kebiasaannya sebelum tidur yaitu membaca satu per satu komentar fans di akun media sosialnya. Kadang ia tersenyum dan kadang tertawa. Matanya tertuju pada sebuah akun bernama hana_kang yang menulis di kolom komentarnya.

' Kau adalah yang terindah'

Loey membuka profil akun itu. Hanya ada beberapa foto pemandangan, desain gaun, dan foto E-X. Tidak ada foto pribadi. Loey tertawa. Gadis itu tidak bohong kalau ia fans mereka. Ia membuka foto salah satu pemandangan pantai dan membaca tulisannya. Ia kembali tertawa.

"Dia cocok menjadi tour guide," gumamnya.

Ia kembali melanjutkan keusilannya. Kali ini ia membuka foto E-X yang pertama kali diunggah. Tulisannya cukup panjang, tapi kali ini Loey tidak tertawa. Ia membacanya dengan teliti.

"Tepat hari ini adalah tahun keduaku menjadi fans mereka. Anehnya, tidak ada rasa bosan sedikit pun untuk menyukai mereka. Malah aku semakin menyukai mereka. Kekonyolan, kedekatan, dan kasih sayang mereka untuk para fans memberikan sebuah kenyamanan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tidak tahu apakah mereka membaca ini atau tidak, tapi aku ingin berterima kasih. Terima kasih telah hadir dalam hidupku."

Senyum tipis mengembang di wajah tampan Loey setelah membaca tulisan panjang itu. Ia menutup media sosialnya, lalu meletakkan ponselnya di meja kecil di samping tempat tidurnya. Membaringkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya. Kini kondisi hatinya membaik setelah membaca tulisan itu.

"Terima kasih telah menyukai kami," gumamnya sebelum tertidur.

***

"Apa terjadi sesuatu padamu?" Manajer Kim menghampiri Loey yang tampak tersenyum-senyum seraya menatap layar ponsel. Ia duduk di sebelah Loey, mencuri-curi kesempatan untuk melihat layar ponsel, tapi pemuda itu bergerak cepat.

"Bukan apa-apa," jawab Loey cepat seraya mematikan layar ponsel dan memasukkannya ke saku.

"Apa kau jatuh cinta, hyung?" K ikut bicara, seolah ia adalah orang yang paling mengerti Loey saat ini.

"Aku harap itu tidak benar, Loey." Manajer Kim ikut bicara. Sebagai seorang manajer, ia harus memastikan bahwa anak-anaknya ini tidak terlibat skandal apapun, termasuk memiliki kekasih. Apalagi saat ini E-X sedang di puncak popularitas. Ia tidak bisa membiarkan popularitas E-X turun seperti yang terjadi beberapa tahun lalu ketika mereka kehilangan tiga anggota dan rumor kencan Jae-Hyun. Bahkan saat itu mereka kehilangan banyak fans.

Loey menggeleng pelan membantah dugaan K. "Aku tidak sedang jatuh cinta."

"Lalu?" tanya mereka bersamaan.

"Hanya sedang bahagia saja. Apa aku tidak boleh bahagia karena melihat komentar fansku di medsos?"

"Ah, jadi karena itu."

Loey mengangguk, lalu pandangannya beralih pada Manajer Kim. "Manajer Kim, bagaimana kabar Nona Nam sekarang?"

"Nona Nam? Kata direktur Moon dia sedang cuti dan aku tidak tahu sampai kapan," jawab Manajer Kim sambil mengecek ponselnya.

Loey hanya mengangguk-angguk. "Bagaimana dengan stylist kami? Apakah sudah ditemukan pengganti sementara?" tanya Loey antusias.

"Belum. Mungkin kita akan memakai gadis itu sampai Nona Nam kembali."

Spontan semua member melihat ke arah Manajer Kim. "Benarkah?" tanya mereka bersamaan. Manajer Kim yang tidak mengerti tujuan mereka hanya mengangguk membenarkan. Tiba-tiba ponsel sang manajer berbunyi. Ia keluar dari ruangan untuk menjawab panggilan, sedangkan para member tersenyum bahagia mendengarnya. Bahwa mereka akan bertemu dengan gadis unik itu lagi.

***

Di sebuah ruangan bernuansa putih, seorang gadis dengan telitinya mengukur kain putih yang direntangkan di depannya. Sebuah manekin terpajang di sampingnya telah siap menjadi model pakaiannya kali ini. Secepat mungkin ia harus menyelesaikan gaun yang dipesan oleh seorang artis papan atas untuk pernikahannya minggu depan.

Namun salah seorang staff wanita yang lebih tua darinya memasuki ruangan, danberhasil mengacaukan konsentrasinya. "Nona Jung menunggumu di ruangannya," ujar staff itu sebelum beranjak meninggalkan ruangannya.

"Ah, baiklah. Aku akan segera ke ruangannya."

Hana menghela napas panjang. Ia menghentikan aktivitasnya, membereskan beberapa kain yang telah ia potong, lalu meninggalkan ruangannya menuju ruangan atasan yang cerewet itu.

Ketika ia tiba di depan ruangan Nona Jung, ia berhenti sejenak, lalu mengetuk pintu. Terdengar suara Nona Jung menyuruhnya masuk. Hana menurut, ia membuka pintu dan melihat Nona Jung sedang duduk berhadapan dengan seorang pria yang duduk membelakanginya.

"Anda memanggilku?"

Nona Jung mengangguk dan menyuruh Hana duduk di sampingnya. "Perkenalkan, dia Tuan Kim, manajer E-X. Kau pasti mengenalnya, 'kan?"

Spontan Hana langsung mengangguk. Pantas saja terasa familiar, ternyata orang ini adalah manajer E-X. Ada apa lagi dia kesini?

"Jadi begini, stylist E-X sedang cuti pemulihan selama dua bulan dan kini posisinya sedang kosong. Direktur Moon ingin menjadikanmu stylist sementara sampai stylist kami kembali. Aku sudah melihat hasil kerjamu dan aku rasa kau adalah orang yang cocok. Apalagi kau adalah penggemar mereka, kau pasti tahu selera dan fashion apa yang cocok dengan mereka. Jadi, apa kau mau?" jelas Manajer Kim.

Hana merasa nyawanya sedang melayang sekarang. Apa ini sebuah keajaiban? Ia sudah bertemu dengan semua member E-X kecuali Jay karena jadwalnya di Cina, ia sempat menjadi stylist mereka meski hanya sekali, dan sekarang ia akan menjadi stylist mereka untuk kurun waktu yang cukup lama.

Sang manajer kembali bertanya. Hana mencoba menguatkan mentalnya, lalu mengangguk. Bagaimana mungkin ia menolaknya? Ini kesempatan emas. Mungkin saja ia bisa dekat dengan member E-X atau ... ok berhenti menghayal.

Manajer Kim dan Nona Jung tersenyum mendengar jawaban Hana. Nona Jung sendiri merasa bangga pada anak didiknya itu. Sudah banyak rancangan Hana yang dipuji kalangan artis, pejabat atau model, dan sekarang Hana diminta menjadi stylist grup ternama di Korea. Meski belum lama bekerja dengannya, ia sudah menganggap Hana seperti anak angkatnya. Selain bertalenta tinggi, Hana juga penurut dan jarang mengeluh. Hal itu membuatnya menyayangi Hana.

***

Hana membuka pintu apartemennya dan melihat Yoon yang fokus pada berkas-berkas di mejanya. Ia melepas jaket dan menggantungnya di samping lemari pakaian, lalu duduk di kursi samping sahabatnya itu. Ia memerhatikan kertas-kertas yang berisikan data-data perusahaan tempat Yoon bekerja. Itu semua terlihat rumit, sangat rumit.

"Yoon, apa kau baik-baik saja?" tanya Hana khawatir ketika melihat Yoon begitu konsentrasi pada kertas-kertasnya. Yoon hanya mengangguk.

Hana mengeluarkan ponselnya dan meletakkannya di depan Yoon. Spontan Yoon langsung berdiri melihat foto member E-X yang berfoto bersama Hana.

"Bagaimana bisa?!" tanya Yoon histeris.

Hana tersenyum jahil menanggapi pertanyaan sahabatnya itu. "Mulai besok aku akan menjadi stylist mereka untuk 2 bulan kedepan."

"Apa? Ya ampun, rasanya ingin aku resign dari perusahaan gila ini dan bekerja bersamamu! Andai saja aku punya fashion yang baik sepertimu."

Hana tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia tahu sejak awal Yoon yang lebih tua darinya dua tahun itu memang tidak tertarik pada dunia bisnis, tapi kedua orangtuanya menyuruh Yoon untuk bekerja di perusahaan sahabat ayahnya sebagai sekretaris. Berbeda dengan Hana yang bebas memilih karir. Ibunya selalu mendukung keinginan Hana. Bahkan ibunya rela menjual beberapa hartanya untuk mengantarkan Hana ke negeri ginseng.

"Hana, kenapa kau selalu beruntung?"

"Tidak juga, aku rasa kau yang lebih beruntung."

"Aku? Ayolah, aku punya keluarga yang terus mengekangku, apanya yang beruntung?"

"Setidaknya kau masih bisa melihat ayahmu."

Sedetik setelah Hana mengatakannya, Yoon langsung memeluk Hana. Hana benar, meski orangtuanya terus mengekangnya, ia masih bisa bertemu ayahnya, menyaksikan keharmonisan antara ayah dan ibunya. Bertolak belakang dengan Hana.

"Lain kali ajak aku untuk bertemu mereka," pinta Yoon sembari melepas pelukannya. Hana tersenyum sembari mengacungkan jempolnya. "OK!"

"Ah, terasa seperti mimipi. Tiga tahun yang lalu aku hanya bisa melihat mereka di layar kaca, menulis komentar di akun medsos mereka, meneriakkan nama mereka di dalam kamar, membayangkan aku bertemu dengan mereka dan sekarang mereka ada di depan mataku, tersenyum, bahkan bicara padaku. Itu benar-benar keberuntungan."

Yoon tersenyum. "Ya, aku harap itu juga terjadi padaku."

"Pasti. Aku pasti akan membuatmu bertemu dengan mereka."

***

"Hei, aku tidak menyangka kau yang buruk rupa ini bisa berdiri dekat dengan polarismu. Kau dulu hanyalah seorang pemimpi. Kau tidak ada apa-apanya. Kau dulu pengecut, bodoh dan tidak mampu menghadapi kenyataan. Kau yang dulu tidak punya harapan. Kau yang dulu tidak punya masa depan, tapi lihatlah dirimu yang sekarang. Kau dekat dengan polarismu. Apa kau akan menyia-nyiakan kesempatanmu ini?"

Hana berdiri di depan cermin besar di studionya, berbicara pada dirinya sendiri. Ia memandang pantulan dirinya di dalam cermin, seakan melihat dirinya di masa lalu.

"Kau memang tidak cantik, kau tidak secantik mereka yang diidolakan polarismu. Tapi, cobalah menjadi dirimu sendiri. Tidak peduli seletih apapun dirimu, tidak peduli sesakit apapun tubuhmu, berikanlah yang terbaik karena ada jutaan wanita yang ingin berada di posisimu saat ini."

Tak lama Nona Jung memasuki ruangannya bersama Manajer Kim. "Kau harus segera berangkat karena mereka menunggumu untuk acara malam ini. Kau sudah siapkan pakaian yang akan kau bawa untuk mereka?"

Hana mengangguk. "Terima kasih telah memberiku kesempatan."

Hana berjalan menuju mobil van yang terparkir di halaman. Tampak Nona Jung mengantarkannya ke pintu, melambaikan tangannya ketika Hana memasuki mobil van yang cukup besar, khusus para staff.

Mobil van itu melaju, meninggalkan toko yang mengantarnya untuk mengejar mimpi. Setidaknya selama dua bulan itu ia ingin memberi yang terbaik pada sosok yang menyelamatkannya. Berjuang bersama mereka, merasakan apa yang mereka rasakan, dan mengikuti kemanapun mereka pergi.

Dua puluh menit kemudian, mereka telah sampai di tempat idolanya berada. Ia memandang sebuah gedung bertingkat yang terlihat mewah dan dipandang semua orang seraya melangkah mengikuti langkah Manajer Kim masuk dan bertemu dengan Direktur Moon, juga idolanya.

Benar seperti perkataan banyak orang, gedung ini sangat luar biasa. Dinding kaca yang berkilau, furniture-nya yang terlihat sangat mahal. Terlihat sangat berkelas. Mereka menaiki lift menuju lantai tempat Direktur Moon berada. Manajer Kim mengetuk pintu dan terdengar suara pria yang menyuruh mereka untuk masuk.

Manajer Kim membuka pintunya dan seluruh member E-X, kecuali Jay, berkumpul di sana. Saat ia memasuki ruangan itu, semua orang disana langsung melihatnya. Loey tersenyum ketika mendapati dirinya yang terlihat gugup. Loey bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Hana.

"Senang bertemu denganmu lagi ...."

Hana tersenyum. Ia berjanji dalam hati bahwa ia akan berjuang bersama mereka, memberikan yang terbaik, jika bisa, ia ingin menjadi sandaran untuk mereka ketika lelah, sedih atau putus asa.

Hana membungkukkan tubuhnya 90 derajat. "Mohon bantuannya!"

***

23.25, Seoul, Korea Selatan.

Hari ini keajaiban terjadi lagi padaku..

Aku merasa semakin dekat dengan mereka...

Dulu aku hanya melihat mereka dari layar kaca, membayangkan kalau aku ada di sana, menyemangati mereka, merawat mereka, menjaga mereka...

Dulu aku hanya bisa meneriakkan nama mereka dari dalam kamarku, tapi kini aku bisa memanggil nama mereka.

Dulu aku hanya bisa bermimpi untuk dekat dengan mereka dan kini mereka ada di depan mataku.

Entah aku harus berterima kasih atau tidak, karena kepergian ayah membuatku bertemu dengan mereka, mereka yang membuatku bahagia ketika dirinya tidak ada di sampingku. Mereka telah memberiku semangat untuk menuju masa depan, memberikanku harapan, menunjukkanku bahwa kesuksesan itu tidak datang dengan cepat. Mereka menunjukkan kalau usaha tidak akan menghianati hasil.

Kali ini aku berjanji, aku akan melakukan yang terbaik, aku akan melindungi mereka, aku akan mengikuti kemanapun mereka pergi. E-X dan Eris adalah satu, sekarang, besok dan selamanya.

-Kang Hana-

Nächstes Kapitel