webnovel

KAU ADALAH MILIKKU

Bagaimana jika ia bukan pasangannya? Akankah ia melakukan apa yang telah ia lakukan?

Jedrek mengerti dengan jelas apa yang Lilac maksudkan dengan pertanyaannya, tapi itu tidak membuatnya mengerti apa jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan itu, maka dari itu ia menjawab pertanyaannya dengan jawaban apa yang menurutnya pas untuk Lilac sekarang.

"Aku tidak tahu apa jawaban untuk pertanyaan itu. Apakah kau adalah pasanganku atau bukan, apakah ini karena ikatan pasangan yang memaksaku untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendakku dan menyingkirkan harga diriku untuk berlutut, yang aku tahu dengan jelas adalah; pada saat ini, aku akan melakukan apapun untuk membuatmu terus aman."

Jedrek melepaskan kancing terakhir yang ada di pakaian Lilac dan menampilkan tubuhnya yang tanpa busana. Ini akan menjadi kali kedua bagi Jedrek untuk melihat Lilac seperti ini, tapi dalam kondisi yang sungguh berbeda.

"Kau adalah bagian dariku yang hilang." Jedrek memeluk Lilac di dalam rengkuhannya dan Lilac menutup matanya di bawah tatapan membara dari Jedrek karena melihat tubuhnya, namun suara pria itu sangat menenangkan di telinganya. "Kau membuatku ingin menjadi orang yang lebih baik."

Lilac merasakan gaunnya terjatuh dari tubuhnya.

"Kau adalah obsesiku." Sentuhan Jedrek terasa sangat hangat di kulit Lilac ketika ia membantunya untuk kembali memakai gaun yang baru. "Kau adalah belahan jiwaku."

Lilac membuka matanya dan melihat Jedrek dengan cepat memakikan gaun di tubuhnya dan menarik rambutnya yang panjang dari dalam balutan kain baju sebelum ia memasang semua kancingnya kembali.

"Kau adalah malaikatku." Jari-jari tangan Jedrek seakan menati di atas tubuh Lilac ketika ia sedang memasang kancing di bagian depan dari gaunnya, menutupi kulitnya yang lembut lagi.

Setelah itu, ia menyesuaikan bantalan di belakang Lilac, jadi ia bisa bersandar di atas bantal itu dengan nyaman. Ketika ia sudah selesai, Jedrek menari untaian rambut Lilac ke belakang telinganya dan mendekat untuk mengecup keningnya dengan lembut.

"Kau adalah milikku." Ia berkata dengan lembut.

Lilac merasa semua itu sangat nyata ketika Jedrek mengatakan hal itu kepadanya. Jika hal ini terjadi dua tahun lalu, ia tidak akan percaya dengan apapun yang Jedrek katakan.

Seperti apa yang sudah Jedrek katakan sebelumnya; entah apakah ini karena ikatan pasangan atau bukan, Lilac merasakan bahwa ia sangat dicintai oleh Jedrek saat ini. Dari caranya mengatakan kalimat panjang itu hingga ke tiap sentuhan Jedrek di atas kulitnya.

"Dan kau adalah milikku?" Lilac bertanya dengan lembut.

Jedrek meraih tangannya dan mengecup jari-jemari Lilac sambil berkata. "Dan aku adalah milikmu."

Ini bukan sebuah akhir, mereka masih masih memiliki jalan yang panjang dan perang yang harus dimenangkan.

Itu terlihat sulit hingga menjadi seperti sangat mustahil, namun mereka akan melewati semuanya bersama.

***

"Jedrek masih tidak mau keluar dari dalam kamarnya?" Hope bertanya, ia sudah mengikuti Kace sejak pagi ini dan sekarang waktu makan siang akan segera tiba, namun Lycan ini tidak ingin membiarkan Hope pergi sendirian.

Kace bersikeras agar Hope terus mengikutinya selalu dan berada di dalam pandangannya saja.

Dikhianati oleh Chiron membuat Kace menatap kehidupan ini dari sisi yang berbeda, mungkin itu hanya dirinya, yang terlalu memikirkan segalanya secar berlebihan, namun sekarang ia bisa mengerti Jedrek dan sikapnya yang sedikit skeptis.

Kace juga pasti akan menggila jika ia berada di dalam posisi Jedrek, tinggal di dalam satu atap bersama dengan semua orang yang akan menusuknya dari belakang saat kau sedang terlihat lengah.

Pada saat ini, Kace merasa agak penasaran, ada kemungkinan bahwa Jedrek membuatnya dan Torak keluar dari dunia ini, karena semua alasan ini, karena ia tahu semua yang telah ayah mereka lakukan sejak awal.

"Tidak." Kace berkata dengan merajuk. Ia membawa Hope ke gerbang masuk kota untuk melihat kerusakan yang terjadi disana, namun Torak dan Raine sudah berada disana lebih dulu, berbicara kepada Sterling dan Alpha Ralph. "Sejak malam itu, dia tidak akan membiarkan Lilac berada jauh dari pengawasannya."

"Ya, begitu juga denganmu..." Hope menggoda Kace.

"Aku?" Kace memutar balik tubuhnya dan menatap tajam ke arah Hope dengan tidak percaya. "Tentu saja tidak."

"Ucap seseorang yang mengetuk pintu dengan keras secara histeris karena aku berada dua menit lebih lama di dalam kamar mandi." Hope mengingatkannya dan Kace hanya menggenggam tangan Hope, mempercepat langkahnya, sementara sang gadis terkekeh dengan melihat reaksi dari Kace.

Namun, itu tidak hanya terjadi kepada Kace dan Hope, atau Jedrek dan Lilac saja, karena Torak juga menjadi lebih protektif kepada Raine. Gadis itu bisa terlihat selalu mengikuti Torak dalam setiap pertemuan yang ia lakukan bersama dengan Alpha lain.

Dari sisi baiknya, itu adalah hal yang bagus bagi Raine untuk diperlihatkan kepada banyak orang dan dikenal sebagai pasangan Torak, namun selain itu, Riane sungguh harus berada di sisi Torak dalam jarak satu jengkal setiap waktu.

Raine melambaikan tangannya kepada Hope ketika ia melihatnya bersama dengan Kace, menghampiri ke arah mereka, namun Sebastian mengehntikan mereka untuk berbicara kepada Kace.

Sementara, Calleb melangkah maju dan tersenyum ke arah Raine. "Kenapa kau tidak ikut denganku untuk makan siang?" Ia bicara kepada Riane lebih dulu sebelum ia memberikan laporan kepada Torak dari gerbang kota.

Ternyata, orang-orang Jedrek akan darang dari area lain dalam dunia ini dan mereka akan membantu untuk kembali membangun gerbang istana lagi, membuatnya lebih kuat jika mungkin.

"Apa kau sudah merasa lapar, sayangku?" Torak bertanya, kekhawatiran terlihat jelas dalam kedua matanya.

"Tidak terlalu." Raine menjawab.

"Beri aku waktu lima menit lagi dan kita akan makan siang bersama." Torak mengecup pipi Raine dengan singkat sebelum melanjutkan pembicaraannya dengan Sterling dan Alpha Ralph lagi.

"Apa kau melihat para makhluk setengah harimau?" Calleb berbicara kepada Raine, sementara Torak berbicara kepada orang lain. "Aku bertemu dengan salah satunya di gerbang kota. Aku rasa dia darang untuk Kace, dia terlihat sangat kurus dang menyedihkan sebagai seorang shifter." Raine berkomentar.

Riane tahu, jika Calleb mulai banyak berbicara seperti ini, yang harus ia lakukan adalah untuk mendengarkannya dan Riane sangat baik akan hal itu. Ia tidak akan berhenti setelah ia melaporkan semuanya yang telah ia lakukan kepada Raine.

Maka dari itu, ketika Calleb berhenti di tengah-tengah kalimatnya dan menajamkan telinganya, sementara ia berbalik badan dengan sangat cemas, Raine mengerutkan dahinya.

"Call, ada apa?" Raine bertanya, ia melihat Calleb menutup matanya dan mengendus udara yang ada di sekitarnya dengan sangat rakus, seperti seseorang yang sedang mencari sesuatu.

Nächstes Kapitel