webnovel

accident#42

"Aa' pelan pelan~~" ucap Sing setengah melenguh saat Max menjilati lehernya.

Astaga.

Setelah mamah pulang, Max menyadari kata kata mamah seakan memintanya untuk segera knotting, ditambah lagi kedipan badai itu membuat Max paham kodenya.

Apalagi sudah cukup lama dari Sing yang setuju untuk ini, makanya ia langsung saja membanting nya ke kasur.

"Aakhh~~ nghh" Max menggigit leher nya berulang kali, merambat hingga bahu, dan sekarang ia sudah sampai di dada nya.

Ia lalu menarik Sing untuk duduk, dan mengangkat kaus ungu susu nya itu hingga terlepas dan juga miliknya.

"Sing Harit Brasier" panggil Max sambil merebahkan lelaki kecil itu. Ia lalu segera memberikan banyak hickey pada tubuhnya sambil jemari panjangnya itu meremas pinggang kecil itu.

"I-iyah aa' " saut Sing bersusah payah sambil menjambak rambut Max.

Hanya dengan dipanggil, Sing sudah merasa bahwa wajahnya sepenuhnya memerah malu.

Max berhenti, ia lalu memandang hasil karya nya yang terlihat berantakan dan hampir memenuhi seluruh tubuh seorang Sing Harit Brasier itu.

Ia lalu tersenyum kecil, tersenyum bukan menyeringai.

Ia hanya terlalu excited dengan hal ini.

Max lalu menarik bokser nya hingga terlepas, diikuti dalamannya membuat Sing sepenuhnya naked.

"Harit mau dedek bayi berapa?" Bisik Max yang sangat dekat dengan telinganya membuat Sing merinding.

Lelaki kecil nya itu lalu mengalungkan lengannya di tengkuk Max, dan menatap suaminya (yang sungguh sangat tampan saat itu).

"Hmm, ngikut aa' aja Harit mah" jawabnya sambil menahan malu, membuat Max terkekeh pelan dan mencium pipinya.

"Kalau aa' mah, banyak" ujarnya sebelum menangkup rahang Sing, dan meraup bibir kecilnya dengan rakus.

Melumat bibir atas dan bawahnya dengan intens, ia lalu melesakkan lidahnya ke dalam sana, bertemu dengan lidah kecil Sing.

" nnghhh~~" lenguh Sing saat Max menyentuh langit langit mulutnya. Ia lalu memejamkan matanya kembali, membiarkan Max melakukan sesukanya.

Bahkan ia merasa akan menangis karena terlalu, ekhem.

Tasty?

Max membawa jemari nya menuju pinggang Sing, lalu merematnya membuat Sing kembali melenguh tertahan.

Dengan perlahan, ia membawa kaki kanan Sing untuk berada di pundaknya.

"Aakhh ahh~~" desah Sing terkejut saat Max melesakkan dua jarinya menuju hole hangat itu. Bahkan hingga ciumannya terlepas.

Max menggerakkannya perlahan, tetapi semakin cepat membuatnya menyentuh sweet spot Sing.

"Aahhh aa'~~" desah Sing. Max sedikit membuka hole itu agar lebih lebar, lalu mengeluarkan jarinya.

Sing terengah, bahkan keringat sudah membanjirinya membuatnya semakin terlihat glossy di mata Max yang sudah menggelap karena nafsu dari feromon yang di timbulkan Sing.

Max mempersiapkan miliknya, ia lalu menatap intens pada Sing sebentar sebelum akhirnya ia melesakkan miliknya itu dengan perlahan.

" aahhh~akhh~~ nghh" desah Sing tak karuan saat Max mulai memaju mundurkan nya dengan cepat.

Max menggempurnya dengan konsisten seperti biasa, hingga di waktu yang pas, ia berbisik di telinga Sing walau sambil menggempurnya.

"Get ready, okay?" Bisiknya membuat Sing mengangguk.

Ia lalu memegang pinggang Sing, dan dengan kuat menghentakkan nya membuat lelaki kecil itu terhentak.

"Aaakhh!! Sakiiit aa' " keluhnya kesakitan.

Max menatapnya panik, ia lalu berhenti dan mengusap wajah Sing.

"Sakit banget?" Sing mengangguk. Wajahnya sudah penuh dengan air mata karena kesakitannya.

Golden prost nya pasti sudah tertekan.

"Aa' jangan gerak duluu~~ hiks" ujar Sing sambil menahan bahu nya.

" iya iya sayang, diem dulu yaa" ujar Max sambil menciumi wajah istrinya itu yang sedang menahan rasa sakit yang melanda.

Bahkan hingga tubuhnya bergetar kecil.

Sekitar 10 menit mereka diam, Sing lalu menatap Max.

" gerak?" Tanya Max membuat Sing mengangguk kecil.

Lelaki jangkung itu lalu mencoba menariknya sedikit, dan melihat apa reaksi dari nya.

Lelaki kecil itu memejamkan matanya dengan sedikit mengernyit.

"Gapapa?" Tanya Max lagi membuat Sing mengangguk kecil.

Max lalu kembali melanjutkannya, dan ternyata benar.

Mereka sudah berhasil knotting.

"Aakkhh~~nghh aaahh~" desah Sing tak karuan.

Max menggempurnya habis habisan hingga tak terhitung lagi berapa ronde.

Yang pasti, mereka matting dari siang hari hingga senja.

Setelah selesai membersihkan kamar, keduanya memutuskan untuk duduk di sofa.

Ah, sebenarnya hanya Max yang membersihkannya.

Karena apa?

Setelah omega di knotting, saraf pada tubuhnya akan melemas dan membuat ia nge drop.

Bahkan hingga demam.

Dan itu sudah mulai terasa oleh Sing, sungguh rasa yang aneh menurutnya.

Ia sedang terbaring lemah di sofa ruang tengah, menunggu Max selesai membersihkan kamarnya lalu mereka hendak tidur.

"Jadi nanti di kasih apa aja dok?" Tanya Max di teleponnya sambil keluar, ia lalu mendekati Sing yang tengah menatapnya sayu dan mengusap rambutnya.

"Ooh oke dok, Max kasih dulu" ujarnya lalu meletakkan ponselnya di meja.

"Kata dokter minum air anget sama makan permen" ujarnya pelan sambil menyentuh leher Sing.

Sangat panas.

"Hmm" jawab Sing sambil mengangguk. Ia lalu pasrah saat Max menggendongnya menuju dapur.

Max memberinya air hangat, dan iapun segera meminumnya.

"Melon, apel, atau beri?" Tanya Max sambil menunjukkan tiga permen pada Sing.

"Hmm, melon" ujar Sing sambil mengambil permen berbungkus hijau, lalu membukanya dan memakannya.

Ia lalu mengunyah permen itu (permen chewy) sambil menatap Max yang senyam senyum menatapnya.

Max lalu menguyel kedua pipi chubby nya, dan mengecup bibirnya sekilas.

"Aa' senyam senyum ih" protesnya.

"Atuh, kan aa' lagi seneng" ucapnya sambil cengengesan membuat Sing tertawa kecil.

Sejujurnya ia ingin berteriak karena terlalu senang.

Bibit Max sudah tertanam, dan tinggal menunggu nya selama 9 bulan.

Setelah melakukan instruksi dari dokter keluarga Max, Sing bangun pagi dengan rasa mual yang luar biasa.

Astaga.

Secepat itu?

Ia pun dengan tertatih dan juga pusing yang begitu hebat pergi ke kamar mandi, dan memuntahkan semuanya di kloset.

Max terusik, ia lalu terbangun dan mendengar bahwa Sing sedang muntah di kamar mandi.

"Astaga!!" Ujarnya terkejut dan segera menyusul Sing.

Ia mendekati tubuh lemah itu, lalu memijat kecil tengkuknya.

"Udah?" Tanya Max membuat Sing mengangguk lemas.

Wajahnya begitu pucat, keringat bercucuran di sekujur tubuhnya dan matanya menyipit karena terlalu mual.

"Balik ke kasur?" Tanya Max. Sing mengangguk, ia lalu merentangkan tangannya dan membiarkan Max membawanya kembali ke kasur.

"Halo dok" sambil menggendong Sing, ia menelepon dokternya.

"Iya kenapa dedek?"

"Ini Sing nya mual mual, dikasih apa?"

"Oh udah mulai morning sick ya? Cepet juga. Dikasih air hangat sama buah jeruk ya dedek"

"Okedeh dok"

"Oke, selamat berjuang dedek"

Max lalu merebahkan Sing di kasur, ia lalu menyelimutinya.

"Sayang pusing?" Sing mengangguk.

"Masih mual?" Sing kembali mengangguk.

"Kata dokter, Harit suru minum air hangat sama makan jeruk, mau ya?" Tanya Max sambil mengusap peluh di kisaran wajah Sing.

Lelaki kecil nya itu lalu mengambil tangannya untuk dipeluk.

"Tapi jeruk asem kan aa' ?" Tanyanya.

"Makan pake madu aja kalo asem banget, mau ya?" Sing mengangguk.

Ia lalu menatap Max yang sedang menelepon guardnya untuk membelikan jeruk.

Ia jadi berpikir,

Seperti apa tampang anaknya nanti?

Memikirkannya saja sudah membuat Sing senyum senyum sendiri.

_________________________________________

Nächstes Kapitel