webnovel

accident#23

Hubungan Max dan Sing baik baik saja selama masa sekolah. Mereka menjalani nya dengan senang hati, walaupun sempat cek cok masalah Sing yang didatangi oleh mantan pacarnya.

Saat itu sedang persiapan ujian masuk universitas, dan Max serta gengnya pergi ke perpustakaan sekolah untuk belajar disana.

Chimmon meminta pada teman temannya untuk berpisah dari pacar saat belajar,agar fokus.

Maka dari itu semenjak tiga hari yang lalu Max berpisah dengan Sing, karena tim uke akan belajar di perpustakaan kota sementara tim seme akan belajar di perpustakaan sekolah.

Dan sekarang, Max sedang mendiskusikan soal dengan Beam.

"Heh, kalo misal ini di kali balik gimana?" Tanya Beam.

"Gak bisa, kan harus minus, kalo di kali balik nanti dia ketuker tandanya" jawab Max.

"Woy Matriks gimana? Gue lupa udahan anjir" tanya Boom pada semuanya.

PLAK

"Auuuuh"

"Lu nanya nengok nya ke anak ips, ngotak bambank!! Tengok tuh ke Max sama Beam, trus ntu Marc, aje sama jeje, hiiih" oceh Nice setelah menabok Boom.

"Ehe, lupa gue"

"Halaman 117, baris ke 9 highlight ungu, dah tertera disitu the kingnya" jawab Max.

"Ohho, sip"

Lima jam di awal, keadaan baik baik saja, hingga pada ke 6 jam, serombongan uke datang menghampiri mereka entah karena apa.

"Lah? Ngapa pada kesini?" Tanya Ohm. Peak menatap serombongan seme itu dengan bosan.

"Kami udah kelar, males disana rame banget berisik malahan" jawabnya lalu mengambil tempat duduk.

"Dah pada makan?" Tanya Jj.

"Belom!! Gih gece kami pada laper" jawab Fiat sewot.

"Hooh, maspur ngapa ih kedap kedip gajelas gitu" tanya Chimmon pada kekasihnya yang sedang kedap kedip tak jelas.

"Liat situ geh, kek pernah liat tu orang" ujar Purim sambil merangkul Chimmon.

Semua lelaki itupun menoleh pada seseorang yang ditunjuk Purim.

Shit. Max kesal melihatnya. Ia lalu menatap Sing yang hanya terdiam di sampingnya.

"Itu bukannya cewek yang pernah masuk dormitory kan ya?" Tebak Aj yang diangguki Peak.

"Hooh" jawabnya.

Belum sempat Max menjulid, perempuan yang mereka maksud itu menghampiri mereka dengan teman temannya.

"Haii, kalian lagi belajar juga ya?" Tanyanya sksd. Chimmon jengah dengan perempuan ini, apalagi Max.

"Yaiyalah, ngotak bego. Disini beserakan buku lu kira kita lagi ngepet?" Jawabnya sarkas.

"Ohho, ngapain kita ngepet? Kan duit ngalir terus, awoakwoakwok" sambung Nanon.

"Hmm, betul betul betul" ujar Fiat.

"Oooh gitu, kalo gitu aku boleh gabung gak?"

"Ga--" perkataan Max terpotong oleh Marc.

"Ooh boleh boleh, duduk aja" jawab Marc dengan seringaian nya. Ia lalu menatap Max penuh makna.

Ooh, Max tau.

Peak tertawa kecil, ada ada saja.

"Eee kalian belajar sampe mana?" Tanyanya. Ia kebetulan duduk di samping Ohm.

"Ooh kami udah selesai bab akhir nih" jawab Boom.

"Nah karna udah selesai belajarnya,gimana kalo kita ngobrol aja?" Tanya Fiat dengan wajah liciknya.

Perempuan itu lalu mengangguk setuju.

"Hmm, mau ngobrol apa?" Tanyanya dengan nada yang dibuat buat.

"Cih, sok imut anjing" ujar Max sarkas yang membuat perempuan itu menatapnya aneh. Ia masih belum tahu apa apa.

"Hmm, kan lu pernah masuk dormitory nih, siapa yang ngajak lu?" Tanya Jj to the point membuat Fiat tertawa.

"Eeee, aku diajak Sing" jawabnya santai. Chimmon dan Ohm tertawa bersamaan. Mereka lalu menatap Max.

" lu diajak Sing? Emang status lu apa sama dia?" Tanya Chimmon.

" dulu kan aku pacaran sama dia, iyakan Sing?" Perempuan itu menatap Sing yang sedari tadi terdiam.

"Ooh pacaran ya, cuma seminggu gitu?" Tanya Ohm.

"Ya kan tetep aja pacaran namanya" jawab perempuan itu sambil memainkan rambutnya.

Peak diam diam berlagak seperti ingin muntah di samping Boom, membuat kekasihnya itu tertawa kecil.

"Hmm, gitu. Terus si Sing nya ngaku gak kalo lu pacar dia?" Kali ini Fiat menembak.

"Kamu ngaku kan Sing? Emang kamu gaada bilang kalo kita pacaran?" Sing menggeleng kecil membuat perempuan itu kesal.

"Ih kenapa kamu gak bilang??"

"Ya ngapain gue bilang? Lagian lu juga maksa banget" jawab Sing. Max disampingnya masih diam memerhatikan.

"Kamu jahat banget deh"

"Udahlah, kan udah putus ngapain ngeributin lagi?" Ujar Patrick jengah.

"Ya kan---"

"Alah bacot banget si lu, mau lu apa sebenernya?" Kesal Max. Ia sudah tidak tahan lagi dengan nya.

"Aku? Aku mau deket aja sama kalian, kan aku pernah pacaran sama Sing" jawabnya tak tahu diri.

"Palak lu, jan mentang mentang lu pernah pacaran sama calon istri gue lu bisa seenaknya deketin kami" serang Max membuat mereka tertawa, ini dia yang mereka tunggu.

Kalimat toxic dari Max.

"Wkwkwwk!! Anjir!!"

"Hah? Apa apaan? Calon istri?? Siapa anjir?? Gue kaga lesbi ya!!" Bingung perempuan itu sedikit kesal.

"Heh Janhae!! Lu ngotak kek!!" Seru Beam.

"Ngotak ngapa si??" Kesalnya.

"Lu mau tau siapa? Biarin calon istri gue nunjukin sendiri siapa dia" ujar Max menantangnya, ia lalu menatap Sing yang masih menatap kesal pada Janhae.

Mereka menunggu, kira kira apa yang akan dilakukan Sing pada Max yang sedang duduk santai itu?

Sing menatap sengit pada Janhae, lalu ia menatap Max.

Sing membuka kancing kemeja seragam Max, lalu membuka kemejanya sendiri juga. Ia lalu duduk di pangkuan Max dengan santai sementara Max mengangkat tubuhnya Sing agar lebih mendekat.

Janhae menatap kedua lelaki itu dengan tatapan kagetnya. Iapun menganga heran dengan apa yang ia lihat.

"Sing?? Kamu?? Kamu gay?? Trus itu apa apaan?? Kamu sama Max habis making love??" Herannya.

Sing mendecak sebal, ia lalu membiarkan Max mengancingi kembali bajunya sementara ia menatap Janhae.

"Lu pernah denger ABO gak?" Tanya nya. Chimmon tertawa, betul juga apa yang dikatakan Sing. Ia bahkan sempat lupa jika ia bisa memproduksi bayi.

"Apaan tuh abo??" Tanyanya.

"Alpha, Beta, Omega. Ini tiga tipe laki laki kek kami. Omega selalu jadi pihak bawah, Beta bisa jadi seme atau uke sementara Alpha adalah seme abadi" ujarnya memulai penjelasan.

"Boom, Beam, Ohm, Jj, Aj, Purim, Patrick, Marc dan juga calon suami gue itu Alpha yang artinya seme abadi"

"Dan Peak, Fiat, Chimmon, Pawin, Nine, dan juga gue sebagai calon istri Max, itu omega"

"Dan omega itu, laki laki yang bisa memproduksi bayi seperti perempuan pada umumnya. Jadi, sampai sini lu paham?" Ujar Sing. Ia lalu mengancingi baju Max sebentar dan membiarkan Max memainkan jemarinya.

"DAN!! Alpha itu udah di tentukan Mate nya, dan mereka harus melakukan matting buat cari tahu siapa Mate mereka"

"Dan yeah, proses matting itu adalah proses dimana penyatuan itu terjadi. Well, semua laki laki di sekitar lu ini, mereka udah matting semua, kecuali Ohm, sama Aj.tapi mereka udah punya pawang, Jadi lu gak bisa deketin kami semua, apalagi penghuni dormitory"

"Gila!! Apa apaan?? Jadi kalian semua...." Janhae terperangah, ia lalu menatap Peak yang sedang di peluk oleh Boom, Pawin yang dirangkul oleh Marc, Chimmon yang menyandar di bahu Purim, Nine yang dipangku oleh Beam, dan Fiat yang sedang vc dengan Oajun.

Astaga. Jadi selama ini ia mengira bahwa semua lelaki tampan ini straight itu salah?

"Wait wait, gue butuh penjelasan, jadi Sing sama Max?" Bingungnya.

"Lu mau bingung gimana lagi? Gue pacaran sama Sing, udah direstuin keluarga, tinggal otewe aja dah, apalagi yang mau dijelasin?" Ujar Max.

"Sing kamu suka sama Max?" Sing mengangguk santai.

"Trus kamu pihak bawah?"

"Iya, nanti di perut gue bakal ada dede bayinya Max Brasier" jawabnya sambil menepuk perut, membuat Max memeluknya gemas.

"Dan kamu udah sering making love?" Sing dan Max mengangguk bersamaan dengan bangga.

Janhae menghela napas kesal, ia lalu menatap teman temannya yang sedari tadi hanya terdiam disampingnya.

"Yuklah balik, males gue disini" ujarnya lalu meninggalkan tempat itu.

"Syuh syuh, mengganggu sekali manusia seperti anda" sindir Fiat.

" astaga, balik lah kuy. Mending gue matting aja sama nchim, kuy beb" ia lalu menarik Chimmon pergi lebih dulu dan diikuti yang lainnya.

Max menatap Sing, lelaki kecil itu lalu tiba tiba memerah malu membuat Max tertawa.

"Awoakwoawok!!"

"Kenapa mukanya merah banget??" Tanya Max.

"Ih diem!! Harit lagi malu" jawabnya. Yaampun Max gemas.

"Ditunggu dedeknya jadi ya Sing Harit Brasier" goda Max membuat Sing memukul nya pelan.

"Iya iya ih" jawabnya masih dengan wajah memerah malu.

_________________________________________

Nächstes Kapitel