webnovel

SENJA BERSAMA DENGAN GURUKU

"Komandan Utama dam akan memimpin 300.000 pasukan tentara ke perbatasan." Xiao Jun terus berbicara. "Kau tahu dia. Untuk saat ini, tidak aka nada yang bisa menghentikannya dan Kaisar tentu akan sangat mendukung tindakannya ini. Satu-satunya alasan kenapa Kerajaan Xinghe belum sepenuhnya dihancurkan adalah karena orang seperti Komandan Utama Dam masih ingin menyelidiki ulang mengenai pembunuhan yang terjadi pada Kaisar dan Permaisuri terdahulu. Banyak petinggi-petinggi yang masih merasa ragu tentang Paman Xiao Zi yang merampas takhta. Jika Komandan Utama dam berniat untuk memulai serangan terhadap Xinghe, tidak hanya 300.000, Kaisar Xiao Zi akan memberikannya seluruh pasukan tentara untuk menjatuhkan Kerajaan Xinghe, seperti apa yang mereka lakukan terhadap Sekte Pedang Gunung Sui."

Apa yang telah terjadi di Gunung Sui adalah suatu kejadian yang sangat disesali oleh Xiao Jun. Saat itu ia tidak cukup kuat untuk melindungi tempat itu.

Ye Xiu menghela napas dan menutup kedua matanya. Ia menyadari bahwa keputusannya sangat implusif dan konyol untuk membawa Senja tetap bersamanya. Ketika ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap gadis itu. Riana tidak memberikan penjelasan apapun selain memintanya untuk mencari Senja.

"Anak ini menderita berada disana." Ye Xiu menyatakan. Bagaimanapun, dulu di masa lalu ia pernah merawat Senja ketika ia masih bayi.

"Sayangnya, itu bukan urusan kita untuk mencampuri urusan keluarganya." Xiao Jun berkata dengan penuh penyesalan sambil berdiri dari posisi duduknya. "Kita belum bisa membiarkan Kerajaan Xinghe dihancurkan begitu saja. Mereka memegang banyak informasi penting tentang kejadian 7 tahun lalu."

"Aku tahu." Ye Xiu berkata dan menggertakkan giginya.

Xiao Jun memberikan senyuman yang sangat lebar pada Gurunya dan melambaikan tangannya untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum ia keluar dari perahu itu.

Ye Xiu menatap punggung Xiao Jun yang perlahan menjauh bersamaan dengan rasa bangga yang memenuhi hatinya, muridnya sudah bertumbuh lebih dan lebih dewasa dari dirinya yang dulu. Ia selalu memiliki strategi yang bagus, dengan sikapnya yang tenang dan kepala dingin. Ye Xiu sangat yakin bahwa Xiao Jun akan menjadi penguasa yang baik seperti ayahnya suatu saat nanti.

Di sisi lain. Ye Xiu bertumbuh semakin tua hari demi hari dan dengan cepat ingin menemukan Riana. Walaupun itu adalah ucapan selamat tinggal, ia hanya ingin mengatakannya dengan cara yang layak.

Menculik Senja adalah gerakan hati dari sisinya. Walaupun sekarang Ye Xiu telah membawa Senja, ia tetap tidak bisa mengetahui apa yang bisa ia lakukan terhadap gadis itu. Dengan cara seperti apa Senja berhubungan dengan bagaimana cara untuk menemukan Riana?

Di waktu yang bersamaan, ada perang yang terjadi dalam waktu yang lama dan sudah memakan banyak korban, kecuali jika kebenaran sudah terbongkar, cepat atau lembat Kerajaan Xinghe tidak akan bisa bertahan untuk waktu yang lama lagi. Bahkan, ada Klan Misty Cloud yang misterius dan di duga berada di balik semua kekacauan kedua Negara ini.

Ye Xiu menarik napas dalam-dalam ketika ia melihat 5 penumpang kembali, itu artinya mereka siap untuk berangkat beberapa saat lagi.

Ye Xiu dengan lembut menggerakkan bahu Senja untuk membangunkannya. "Senja." Ye Xiu memanggil namanya beberapa kali sebelum matanya terbuka perlahan dan Senja duduk dengan lamban.

"Kita sudah sampai?" Senja bertanya dengan suara yang masih terdengar mengantuk.

"Kita akan bermalam disini mala mini." Ye Xiu memberitahu Senja saat membantunya untuk bangun, Senja memegang tangan Ye Xiu sementara tangannya yang satu lagi mengusap matanya untuk menghilangkan rasa ngantuk.

"Tuan, kau mau pergi kemana? Kita akan berangkat sebentar lagi." Seorang pengemudi perahu bertanya pada Ye Xiu.

"Aku tidak akan pergi." Ye Xiu berkata dengan singkat dan keluar dari perahu bersama Senja.

Rencanya yang egois awalnya adalah untuk pergi ke Kerajaan Rockstone, namun ada hal yang lebih penting dan darurat yang tidak bisa ia abaikan.

***

Langit telah berubah menjadi gelap ketika Xiao Jun sampai di Benteng Utara. Ia dapat melihat 300.000 pasukan tentara ketika gerbangnya dibuka.

Kaisar benar-benar tidak sabar untuk memulai perang, ia terlihat takut jika Tetua Dam mungkin akan merubah pikirannya. Jadi semua telah siap dalam waktu yang sesingkat ini.

Xiao Jun menunggangi kudanya menyeberangi para pasukan perang menuju ke rumah utama dimana Tetua dam, Xiao Tianyou dan Jenderal Wang Yu mendiskusikan acara utama ini.

Ketika ia mencapai halaman, Xiao Jun turun dari kudanya dan berjalan menyebrangi halaman menuju ke ruang pertemuan. Ia tahu disana pasti orang-orang itu sedang mendiskusikan tentang strategi yang akan mereka gunakan untuk menyerang Kerajaan perbatasan utara Kerajaan Xinghe.

2 tentara yang menjaga pintu melipat tangan mereka untuk memberi hormat ketika mereka melihat Xiao Jun.

"Komandan Utama Dam ada di dalam?" Xiao Jun bertanya kepada salah satu tentara itu.

"Ya, Komandan Jun. Juga Jenderal Xiao Tianyou dan Jenderal Wang Yu."

"Mm." Xiao Jun mengisyaratkan mereka untuk bergeser dan tidak perlu memberitakan kehadirannya.

Xiao Jun mendengar suara Tetua Dam ketika ia sedang menguraikan dan menjelaskan strateginya dengan suara keras kepada Xiao Tianyou dan Jenderal Wang Yu. Mereka terlihat sangat memperhatikan penjelasan itu.

"Komandan Utama Dam, tidak perlu mengadakan perang. Aku sudah menemukan lokasi Senja."

Tetua Dam yang sedang duduk di sisi kepala meja berhenti bicara dan mengangkat kepalanya dengan kemarahan yang terlihat jelas di kedua matanya.

Xiao Jun mencoba untuk tersenyum untuk menghilangkan sedikit kemarahannya, tapi itu hanya membuat pria tua itu semakin marah.

"Kau baru datang sekarang!!" Tetua Dam membentak Xiao Jun. "Sejak kapan kau tidak mengikuti perintah langsung dariku?! Aku memerintahkan Xiao Tianyou untuk memberitahumu agar langsung datang!" Ia membenturkan tinjunya ke atas meja dengan sangat marah.

Xiao Jun tidak mengambil hati perkataan Tetua Dam, ia adalah Guru pertamanya. Setelah beberapa tahun ia dilatih di bawah aturan ketat Tetua Dam, ia telah sangat terbiasa dengan kemarahannya. Xiao Jun membungkuk untuk memberikan hormat kepada Tetua dam sebelum ia mengulangi kalimatnya.

"Aku telah menemukan lokasi Senja." Xiao Jun berkata dengan sabar.

Kali ini Tetua Dam menyipitkan kedua matanya dengan sangat mengancam sambil memahami informasi Xiao Jun. "Dimana dia?" Tetua Dam terlihat menggeram.

"Senja ada bersama Guruku, Ye Xiu, di Kota L Distrik 9."

"Mantan Gurumu sungguh memiliki keberanian untuk menculik cucuku." Tetua Dam mengejek dengan penuh hina.

"Bagaimana kau tahu dia disana bersama dengan Senja?" Nada bicaranya saat bertanya terdengar seperti mencurigai kebenaran dibalik informasi itu.

"Dia adalah Guruku. Kurang lebih aku tahu caranya berpikir dan orang-orangku juga sudah memastikannya." Xiao Jun mengatakan setangah kebenaran. Itu benar pada pernyataan pertama, tapi itu adalah dirinya sendiri yang memastikan keberadaannya bahwa Gurunya berada disana bersama Senja.

Tetua Dam tidak mengatakan apapun lagi, tapi ia melangkahkan kakinya untuk berjalan keluar dari ruangan itu. Ketika ia hampir membuka pintu, ia berkata dengan suara tegas kepada Xiao Jun. "Dia 'pernah' menjadi Gurumu." Tetua Dam menekankan bahwa Ye Xiu bukan lagi seorang Guru bagi Xiao Jun sekarang.

Pada awalnya, hubungan antara Tetua Dam dan Ye Xiu tidaklah buruk, tapi tidak dapat dikatakan bahwa mereka memiliki waktu yang baik satu sama lain juga. Mereka berdua menghormati satu sama lain sebagai perwakilan dari Klan mereka yang dihormati.

Namun, dengan Ye Xiu yang telah menculik Senja, cucu Tetua Dam, itu membuat kemarahannya sangat meledak-ledak.

Jenderal Wang Yu tidak mengatakan banyak hal kepada Xiao Jun seperti biasanya ia hanya menatap Xiao Jun, berdiri dan mengikuti Tetua Dam, meninggalkan ruangan hanya untuk Xiao Jun dan Xiao Tianyou yang saling berhadapan.

"Aku telah mengatakannya padamu bahwa Tetua Dam tidak akan senang." Xiao Tianyou berjalan untuk keluar dari ruangan itu juga.

"Setidaknya kau bisa sedikit menenagkannya." Xiao Jun berkata dengan pasrah. "Kau bisa mengatakan sesuatu yang baik tentang keterlambatanku."

Xiao Tianyou berbalik dan berkata, "Aku tidak memiliki kewajiban untuk melakukan itu."

"Aku lebih menyukaimu ketika masih kecil." Xiao Jun tertawa dan tersenyum dengan dengan sabar terhadap adiknya.

Xiao Tianyou sangat tidak senang dengan pernyataan kakaknya dan kemudian melipat lengannya untuk meneliti Xiao Jun.

"Kenapa kau tidak membawa Senja kembali bersamamu."

Senyum Xiao Jun perlahan menghilang. "Apa maksudmu?"

"Kau pergi ke Kota L Distrik 9 sebelum datang kesini, kan?" Xiao Tianyou bertanya pada Xiao Jun dengan nada yang menuduh.

"Sepertinya di hari yang akan datang aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu."

"Jadi kau benar-benar menemuinya."

"Apa kau memberitahu Komandan Utama Dam?" Xiao Jun mengangkat alisnya dengan terhibur.

"Mm. Aku memberitahunya." Xiao Tianyou membalas dengan sindiran tajam dan berjalan menuju pintu. Xiao Jun tahu bahwa Xiao Tianyou tidak memberitahukan apapun kepada Tetua dam mengenai hal ini. Jika tidak, dengan kepribadian Tetua Dam yang seperti itu, ia pasti sudah akan pergi ke Kota L sejak tadi bersama dengan rombongan para pasukan militer.

Xiao Jun berjalan untuk menghampiri adiknya dan menemukannya berada di ujung lorong. Ia berjalan ke sisinya dan merangkul bahu Xiao Tianyou dan hanya untuk mendapatkan tinjuan di perutnya dari Xiao Tianyou. "Berhenti menggangguku." Xiao Tianyou membentak.

"Itu benar-benar sakit, Tianyou." Xiao Jun memegangi perutnya secara berlebihan dan adiknya memberikan tatapan yang menghina dengan singkat. "Omgong-omong sangat bagus kau tidak mengadukannya tentang hal ini."

"Dan aku baru saja protes karena aku tidak menenagkannya."

Xiao Jun tertawa terbahak-bahak ketika mendengar kata-kata itu. "Baiklah, terimakasih adikku. Tapi, bagaimana kau tahu bahwa aku menemui Guruku?" Xiao Jun berhenti di pertengahan langkahnya dan juga Xiao Tianyou ketika ia menjawab dengan singkat.

"Itu hanya tuduhan yang tidak sengaja benar, tapi kau benar-benar mengakuinya dengan mudah." Xiao Tianyou mengangkat bahunya dan berjalan menjauh, meninggalkan Xiao Jun berdiri sendirian disana, tak bisa berkata-kata.

"Apa aku terlalu memanjakannya?" Xiao Jun bergumam.

Nächstes Kapitel