webnovel

Sunken Ruins

Seorang manusia kelinci saat ini sedang termenung dengan informasi yang dia terima dari bawahannya sebelumnya. Saat ini dia tidak tahu harus berbuat apa, dikarenakan Jenderalnya saat ini sudah memasuki sebuah labirin dan tidak dapat diganggu.

"Mengapa bisa seperti ini Kapten? setahuku, informasi yang kita dapatkan tidak seperti ini" kata salah satu manusia kelinci yang berada diruangan tersebut.

"Bisa jadi, mereka sudah mengetahui pergerakan pencari informasi kita saat ini" kata manusia kelinci pemimpin mereka yang merupakan Cam.

"Tetapi, bagaimana bisa? Hanya kita saja dan Jenderal yang mengetahui cara kita mengumpulkan informasi" kata salah satu manusia kelinci.

"Penghianat" kata salah satu orang yang berada disana.

"Yap, sudah dipastikan itu ulah penghianat, tetapi untungnya metode baru kita belum diketahui pihak musuh, dikarenakan kita berhasil mendapatkan informasi mereka saat ini" kata Cam.

"Berarti bukannya mudah kalau begitu mencari penghianat tersebut?" kata salah satu manusia kelinci yang saat ini sudah mencurigai seseorang.

"Yap, kepergian orang tersebut sebelum perlatanan baru Jenderal, seperti Drone datang ketempat ini." kata Cam.

Mendengar hal itu, semua manusia kelinci yang berada disana mulai menunjukan aura pembunuh mereka, karena mereka saat ini sudah mengetahui siapa yang sudah membocorkan bagaimana cara mereka mencari informasi saat ini.

"Tunggulah Pan, aku akan menyiksamu jika kamu sudah tertangkap"

Disisi lain, Remia masih menatap kepergian dari Zen yang sudah menghilang dari pandangannya saat ini. Entah mengapa saat ini dia masih setia berada disana, sementara yang lainnya sudah pergi meninggalkan dirinya saat ini.

"Apakah Remia yang kukenal sudah menemukan tempat untuk berlabuh saat ini?" kata wanita yang membantunya sebelumnya.

"A-Apa mahsutmu.. a-aku hanya merasa berterimakasih karena dia m-menemukan putriku saja" balas Remia.

"Hm... lalu apa mahsutmu dengan Anata?" balas wanita tersebut

"Ah... i-itu.." kata Remia terpotong, setelah dia tidak tahu harus menjawab apa.

Ditempat lain, Zen saat ini sedang berada disebuah tempat yang lembab dan gelap. Memang saat ini dia menaiki kapal selamnya, untuk menyelam kedalam laut yang didasarnya terdapat sebuah labirin.

Namun sialnya, dia dihalangi oleh sebuah monster yang mempuntai banyak tentakel dan akhirnya dia ditelan bersama kapal selamnya saat ini. Walaupun dia tertelan, Zen masih sangat tenang saat ini.

"Mahluk bodoh, jika saja kamu tahu apa yang sedang kamu telan" kata Zen

Zen lalu mengaktifkan Rune api yang mengelilingi kapalnya saat ini, dan mengeluarkan api yang sangat besar. Monster yang menelan Zen itu, mulai merasa aneh dengan tubuhnya saat ini yang mulai terbakar dari dalam.

Zen tidak menghiraukan goncangan yang diterimanya setelah monster tersebut semakin berontak, karena rasa panas yang dia rasakan. Zen terus mengalirkan mananya yang tidak akan pernah habis tersebut pada Rune pada kapal selam yang dinaikinya ini.

"GRAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Suara teriakan monster mulai terdengar, walaupun suaranya tersebut terhalang oleh air laut saat ini. Zen tidak mengihiraukannya, hingga akhirnya dia merasa monster yang menelannya sudah tidak bernyawa saat ini, karena sepenuhnya sudah terbakar dari dalam.

"Bodohnya aku, bagaimana caranya keluar kalau begini?" kata Zen sambil memandangi area diluar kapal selamnya melalui jendela, dan terlihat bekas luka bakar yang sangat amat parah pada monster tersebut saat ini.

"Sudahlah, lebih baik aku mencairkannya dengan cairan asamku" kata Zen.

Zen lalu mengaktifkan Rune racun pada kapal selamnya dan mulai mengeluarkan cairan asam dan mulai melelehkan tubuh monster tersebut, hingga akhirnya dia bisa melihat air mulai memasuki tempatnya berada saat ini.

"Akhirnya" gumam Zen.

Zen lalu mengikuti arus air yang memasuki perut monster tersebut dan akhirnya dia sudah berhasil keluar dari tempat tersebut dengan selamat.

"Baiklah Irene, tuntun aku" kata Zen.

Dan sisinilah Zen, disebuah goa dengan beberapa tulisan kuno pada dindingnya. Zen lalu mengeluarkan sebuah kalung, yang sebagai bukti bahwa sudah menyelesaikan labirin Guryen Volcano.

Kalung itu mulai bersinar dan membimbing Zen memasuki tempat tersebut dan akhirnya mulai memasuki labirin tersebut. Didalamnya memang ada beberapa monster seperti slime yang dapat melarutkan pakaian, tetapi karena jubah Zen yang dikenakannya adalah jubah khusus, jadi serangan mereka tidak mempan oleh Zen.

Zen terus memasuki tempat ini, hingga dia sampai pada sebuah kabut dan tiba – tiba berubah menjadi arena peperangan saat ini. Zen yang melihat hal ini, mulai naik keudara dan menyaksikan peperangan tersebut.

Selang beberapa lama kemudian, adegan terus berganti, dari mulai perjamuan makan malam kemenangan, hingga perubahan pemimpin perang tersebut, setelah seorang mencoba menghasutnya saat ini.

"Apostle"

Begitulah gumaman Zen melihat orang yang menghasut pemimpin tersebut, hingga kembali terjadi pembantain disana, hingga Zen tiba disebuah tempat yang dipenuhi suasana yang sangat horor saat ini.

Adegan seram dan menjijikan muncul ditempat ini, hingga akhirnya Zen kembali tiba disebuah tempat berkabut. Entah sudah berapa hari Zen berada disini, namun saat ini dia melihat seorang arwah wanita sedang melayang kearahnya.

"Berikan tubuhmu" kata arwah tersebut sambil menyerang Zen dengan ganas.

Zen terus menghindar dari serangan wanita tersebut, karena saat dia menyerangnya ternyata serangannya menembus arwah tersebut, dan akhirnya Zen hanya menghindar dari serangan arwah wanita tersebut.

[Gunakan elemen cahaya Kakak untuk menyerangnya.] kata Irene.

Mendengar hal tersebut, Zen mulai mengalirkan skill cahayanya pada katananya dan mencoba menebas arwah wanita tersebut. Serangannya tersebut tepat mengenai dan mengores pipi dari wanita tersebut.

"AHHHHHHHHHHH" Teriaknya, namun anehnya pipinya mulai berubah mencari serpihan cahaya dan akan menghilang saat ini.

"J-Janga-" tetapi sebelum arwah itu menyelesaikan kalimatnya, Zen sudah menusuk sepenuhnya tubuhnya saat ini.

Arwah tersebut mulai menjadi serpihan cahaya dan mulai menghilang saat ini. Zen yang melihat itu langsung menuju ketempat yang menjadi tempat kabut ini berasal. Dengan cepat Zen menemukannya dan menghancurkan tempat tersebut yang merupakan lingkaran sihir.

Hingga akhirnya dia menemukan sebuah altar yang yang akan memberikannya sebuah sihir kuno saat ini.

.

.

Sudah beberapa hari Zen pergi, saat ini Cam disibukan dengan menjaga kota Vebergen karena pihak kekaisaran akan menyerang kota ini, untuk menculik beberapa demi-human untuk dijadikan budak saat ini.

Sebenarnya, saat Zen memasuki labirin, Zen ternyata mendapatkan sebuah kabar palsu yang mengatakan mereka akan memulai rapat perencanaan mereka seminggu kemudian. Namun sayangnya, pihak kekaisaran tahu bahwa ada mata – mata yang mengawasi mereka hingga membocorkan informasi palsu.

"Apakah Kapten sudah menghubungi Jenderal?" tanya seorang manusia kelinci.

"Belum, aku tidak ingin Jenderal terganggu saat menyelesaikan sebuah labirin, dan juga kita sudah cukup untuk mengalahkan semua pasukan yang datang ditempat ini" kata Cam.

Tetapi yang mereka tidak ketahui, sejumlah pasukan kekaisaran juga menuju kekota Erisen saat ini, guna mencoba menjajah kota tersebut untuk menjadikan mereka pemasok makanan pada kekaisaran mereka.

Nächstes Kapitel