webnovel

Akademi

Zen saat ini berada diaula latihan bersama dengan seorang wanita, yang akan menjadi mentornya saat ini. Mereka memutuskan untuk bertarung dan melihat seberapa kuat kekuatan Zen, agar seniornya tersebut mudah mengarahkannya.

"Apakah kita akan hanya bertarung Serlut-sempai?" tanya Zen.

"Kau bisa memanggilku Rina, karena beberapa orang memanggilku begitu. Dan juga apa mahsutmu dengan hanya bertarung saja?" tanya Rina.

"Ah.. baiklah Rina-senpai. Mahsutku, bukankah kita memikirkan untuk membuat pertarungan ini menjadi menarik?" tanya Zen.

"Menarik?" balas Rina.

"Mahsutku, mungkin kita membuat taruhan atau yang lainnya" kata Zen.

"Taruhan? Memangnya kamu seyakin itu bisa mengalahkan diriku?" tanya Rina.

"Mungkin kalau bahan taruhannya bagus, mungkin aku akan berusaha sangat keras untuk mengalahkan Rina-senpai" kata Zen.

"Baiklah kalau begitu" jawab Rika.

"Kalau begitu, apakah yang Rina-senpai inginkan jika menang?" tanya Zen.

"Oke, jika aku menang, kamu akan menjadi pesuruhku selama seminggu penuh, bagaimana?" kata Rina.

"Baiklah" kata Zen.

"Lalu jika kamu menang, apa yang kamu inginkan?" tanya Rina.

"Bagaimana jika aku mengajak Rina-senpai untuk berkencan?" kata Zen.

"Hoo... jadi kamu sudah berani menggoda seniormu?" kata Rina.

"Tentu saja, siapa yang tidak ingin menggoda wanita secantik Rina-senpai" kata Zen.

Mendengar ini, seniornya itu hanya tersenyum senang. Wanita mana yang tidak senang dibilang cantik menurut Zen.

"Baiklah kalau begitu" kata Rina.

Akhirnya mereka berdua mulai mempersiapkan diri dan mengambil pedang latihan yang terbuat dari kayu khusus, yang mempunyai daya tahan yang sangat kuat.

Mereka berdua akhirnya sudah mengambil ancang – anacang dan bersiap untuk memulai pertarungan mereka saat ini. Lalu selang beberapa saat kemudian, sebuah tanda diberikan oleh Rina untuk memulai pertarungan mereka.

Rina tanpa pandang bulu langsung menerjang kearah Zen dengan cepat. Zen yang melihat serangan ini hanya mulai menghindar, karena serangan tersebut sangat mudah dibaca oleh Zen.

"Hoo.. ternyata kamu lumayan kuat, namun bagaimana dengan serangan ini?" kata Rina yang akhirnya menggunakan sword skillnya.

Rina melesat dengan cepat kembali menyerang Zen. Serangan ini memang berbeda dengan sebelumnya. Serangan ini lebih cepat dengan tingkat kekuatan yang sangat besar dikeluarkan dari pedang yang digunakan oleh Rina tersebut.

Zen lalu mulai mengeluarkan sword skillnya, dan mulai bersiap menahan serangan dari seniornya tersebut. Serangan itu berhasil dihalangi dengan tepat oleh Zen dan membuat Rina sangat terkejut karena Zen berhasil menangkis serangannya.

Mereka berdua akhirnya mundur beberapa langkah akibat benturan mereka tersebut. Namun Zen kali ini yang akan mencoba untuk menyerang seniornya terlebih dahulu. Lalu Zen akhirnya mulai melesat dengan cepat menuju seniornya.

Namun Rina mulai meraih sesuatu pada belakang tubuhnya. Saat ini dia mengeluarkan sebuah benda dengan bentuk lentur. Dia lalu mulai mencambukan benda tersebut kearah Zen.

Zen yang melihat cambukan itu berusaha menghindar, namun sialnya Rina berhasil mengendalikannya dan mengubah arah serangannya. Melihat ini Zen mau tidak mau harus berbaring untuk menghindari serangan tersebut.

Setelah Zen mulai berbaring akibat serangan tersebut, Rina akhirnya mulai kembali menyerangnya dengan pedangnya, namun kali ini Zen berhasil berguling dan menghindari serangan Rina tersebut yang mengenai lantai dimana Zen terbaring sebelumnya.

"Bukankah kita sedang bertarung pedang Rina-senpai? Mengapa kamu memakai senjata lain?" tanya Zen yang merasa tidak adil.

"Bukankah dalam pertarungan, orang memakai cara apapun untuk menang melawan musuhnya" kata Rina.

"Hah" kata Zen menghela nafasnya.

Lalu Zen mulai kembali mengambil ancang – ancang dan bersiap menerima serangan dari seniornya tersebut. Rina kembali menyerang Zen namun saat ini Zen berhasil menangkis semua serangannya.

Zen sebenarnya bisa mengalahkan seniornya tersebut dengan mudah, namun dia tidak mau menunjukan kekuatannya yang sebenarnya sebelum rencanannya bersama Irene terlaksana.

Karena serangannya tidak berhasil mengenai Zen sedari tadi, akhirnya Rina mulia mengeluarkan serangan aslinya. Serangan Rina merupakan skill pedang turun temurun dari keluarganya yang gerakannya cukup aneh dan membuat bingung musuh – musuhnya.

Zen sendiri saat ini masih mencoba tenang dan mulai meningkatkan sedikit kekuatannya. Berbeda dengan Sword Art Online dan Alfheim Online, skill berpedang didalam game ini juga tergantung dari imajinasi dan tekad dari penggunannya.

Zen akhirnya mulai menguatkan tekadnya dan mengeluarkan tekad seorang Beastnya yang selama ini dia gunakan. Serangan Rina mulai mendekati Zen, namun saat ini Rina melihat tingkah Zen mulai berubah.

Rina bisa merasakan sebuah aura sangat pekat berasal dari Zen. Namun Rina tidak ambil pusing dan langsung menyerang Zen dengan serangan spesialnya. Tiga buah tebasan mengarah ke Zen, namun Zen menghindari serangan itu dengan mudah.

Zen saat ini mulai menatap lekat seniornya tersebut dan akhirnya mulai membalas serangannya. Rina sempat terkejut melihat tatapan tersebut, namun dia mulai bersiap untuk menangkis serangan Zen.

Zen mulai maju dan mengayunkan pedangnya cepat kearah Rina. Rina mampu menangkis serangan Zen dengan mudah, lalu dia mengeluarkan kembali cambuknya dan langsung menyambuk Zen, yang saat ini teralihkan.

Zen yang melihat itu mulai meraih ujung cambuk Rina yang mendekati dirinya. Setelah dia berhasil meraihnya, Zen langsung menarik cambuk tersebut dan membuat Rina tertarik kearah Zen.

Melihat Rina yang tertarik kearahnya, Zen mulai mengaktifkan Sword Skillnya dan akhirnya Rina berada didepannya. Zen lalu meraih pinggul Rina sambil merangkulnya sambil pedangnya dia todongkan tepat dileher Rina.

"Aku menang Rina-senpai" kata Zen sambil tersenyum.

Rina sendiri sangat terkejut dengan serangan tersebut. Saat ini dia berada dipelukan Zen sambil sebuah pedang ditodongkan tepat dilehernya. Bisa terlihat rona merah diwajahnya, karena dia sangat dekat dengan pria didepannya, namun dengan cepat dia menghilangkan perasaan malunya tersebut.

"B-Baiklah kamu menang" kata Rina.

Mendengar itu, Zen mulai melepaskan rangkulannya dan menarik kembali pedangnya tersebut.

"Baiklah Rina-senpai, jangan lupa janjimu" kata Zen yang saat ini mulai senang karena memenangkan taruhannya dengan seniornya.

"Baiklah – baiklah. Kita akan berkencan diakhir pekan. Sebaiknya kamu jangan terlambat atau aku akan menghukummu" kata Rina.

"Baiklah Rina-senpai" jawab Zen.

"Dan untuk latihanmu, besok kita akan bertemu kembali disini setelah kelas teorimu berakhir" kata Rina sambil terburu – buru karena ingin meninggalkan tempat itu dengan cepat.

"Baiklah Rina-senpai" kata Zen.

Lalu Rina mulai keluar dari tempat itu dengan terburu – buru sambil menyembunyikan perasaan malunya karena pertarungannya tadi dengan Zen.

Nächstes Kapitel