"Jangan cemas," Ken memegang tangan Naura yang tergeletak di atas meja. "Aku tidak akan membiarkan dia bisa menemuimu," imbuhnya.
"Bukankah wanita tadi orangnya Hamid Gul? Bagaimana kalau dia mengatakan keberadaan ku?"
Ken memeluk Naura yang tengah duduk menghadapi kecemasan. Hamid Gul sudah mengetahui keberadaan Naura sejak lama. Hanya saja, dia pasti memiliki alasan yang kuat hingga dia belum muncul detik ini juga.
"Kalau dia akan mengatakannya pada Hamid Gul, dia tidak akan memperingati kita."
Cukup masuk akal apa yang Ken pikirkan. Namun, Naura tetap cemas. Kekuatannya, kepandaiannya, kelincahannya, semuanya masih jauh untuk memadai Hamid Gul.
Naura terbakar oleh amarah dan dendam tapi Ken selalu berusaha membuatnya tenang. Keputusannya untuk membuka hati kembali, ternyata bukanlah keputusan yang salah.
Berada disisi Ken seperti memiliki kekuatan baru. "Aku sudah tenang. Bisakah kita pulang sekarang?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com