Entah untuk keberapa kali, Naura pinsan dan setiap kali tersadar, Delice selalu menyetubuhinya.
Malam berganti siang dan siang sudah berganti malam. Entah sudah berapa hari Naura melayani Delice tanpa henti. Entah sudah berapa yang tidak bisa Naura nikmati.
"Ayo, buka mulutmu. Kau harus makan," Delice menyodorkan sesendok nasi untuk Naura.
Tubuh Naura lemas. Tidak ada sedikitpun makanan yang sanggup dicerna oleh tubuhnya.
"Ayo makan!" Delice memaksa Naura untuk makan.
Naura membuka sedikit mulutnya. Delice geram melihat Naura yang terlihat begitu tersiksa ketika bersamanya.
"Kau ingin mati, ya?" bentak Delice.
"Benar. Lebih baik langsung mati," jawab Naura.
Greppp...
Delice mencekik Naura sampai bekas jari-jarinya bertumpang tindih dengan kissmark yang Delice buat.
Rasanya sulit untuk bernafas. Apakah Delice benar-benar akan membunuh Naura? Benarkah Delice akan mengakhirinya?
Tok... Tok... Tok...
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com