Apapun, itu bukan masalahku. Radit mempunyai banyak kesempatan, dia juga punya banyak peluang.
Kali ini teleponnya berdering dan itu mengganggu panggilan teleponku. Aku membiarkan jariku mengarahkan kursor ke tombol hijau di telepon saat aku melihat Radit dengan penglihatan tepi mataku. Dia mengeluarkan ponselnya sendiri dari saku dan aku melihatnya sekilas. Ekspresinya berubah seketika, dan dia praktis meraba-raba untuk menjawab benda itu.
"Radit Fernandes," katanya. "Dr. Teguh?"
Mata Radit terlihat tertutup sebelumnya, sekarang matanya dipenuhi dengan sejumlah emosi. "Apakah dia baik-baik saja?" Kata Radit berbicara dengan seseorang di ponselnya.
Apa yang tidak akan kuberikan untuk mendengar suara di ujung telepon. Tapi yang bisa aku lakukan hanyalah menonton dan mendengarkan ketika aku melihat pria di depan ku berubah dari orang yang pemarah, dingin, dan jauh menjadi manusia yang ketakutan namun penuh harapan. Dalam naluriku, aku tahu apa subjek dari panggilan itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com