Radit menempelkan bibirnya ke bibirku, kehangatan ciumannya mengirimkan getaran nikmat ke seluruh tubuhku.
"Maafkan gua," aku berbisik di bibir lembutnya.
"Jika Lu mengatakan hal itu sekali lagi gua akan meninju hidung Lu."
Aku kembali duduk di kursiku dan merasa sangat malu pada diriku sendiri. Ketika kami melanjutkan perjalanan ke rumah Amie, aku memikirkan semua cara untuk menebusnya, lalu berhenti berpikir ketika penisku membengkak sampai ke titik ketidaknyamanan saat berjuang melawan ketatnya celanaku.
Ketika kami sampai di rumah Amie, bayinya sedang tidur di lantai atas jadi kami diperkenalkan dengan foto sebagai gantinya. Mereka menamainya Bagas, dan ketika aku menyaksikan pertempuran internal di wajah Radit, aku ingin memberinya medali karena berhasil menjaga ekspresinya dengan santai.
"Kalian mau minum apa?" Ardy bertanya lalu mengalihkan pandangannya antara aku dan Radit.
Kami hanya meminta air putih, lalu Ardy dan Amie menghilang untuk mengambilnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com