webnovel

Kesialan Sekaligus Keberuntungan

"Teruskan bicara." kata rektor Gunawan yang memandang Wibowo tanpa ekspresi di wajahnya.

Mendengar itu, Wibowo seperti seekor anjing yang disayangi oleh tuannya. Dia begitu gembira hingga hampir mengibas-ngibaskan ekornya. Wibowo melanjutkan, "Rektor, Dias dan Bu Retno pergi ke Paviliun Aldebaran untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama, mereka berdua memiliki sebuah tanggung jawab yang mustahil untuk dilakukan. Saya menyarankan agar Dias dikeluarkan. Sedangkan Bu Retno, dia adalah seorang dosen resmi yang diterima di sekolah kami, jadi biarkan dia dipindahkan ke departemen pengajaran untuk mengelola buku-buku bahan ajar di gudang. "

Ekspresi Gunawan berubah, Saat mendengar perkataan itu, dia memandang Wibowo dengan perasaan sangat marah. Dia telah salah menilai Wibowo yang ternyata benar-benar kejam. Gunawan menyesal telah membiarkan Wibowo menjadi direktur Kantor Urusan Akademik.

Wibowo bilang, Dias, seorang mahasiswa miskin yang menolong orang tanpa pamrih harus dikeluarkan?

Dan Retno, seorang dosen yang mengajar dan mendidik dengan baik, memiliki bakat dan penampilan menawan, menyuruhnya untuk mengelola gudang bahan ajar?

Wibowo ini benar-benar orang yang kejam!

Melihat kepala Gunawan akan tegak, sebelum Gunawan berkata Wibowo melanjutkan, "Pak rektor, Serigala Hitam bisa membantu masalah ini. Meskipun ini agak merepotkan, tapi saya punya solusi. Saya punya sepupu yang tinggal di Paviliun Aldebaran. Jika Anda pergi ke sana, bawalah uang 100 juta kemudian berikanlah kepada Wiro Suryo dan berkata hal-ha baik kepadanya, mungkin bisa menyelesaikan masalah. "

Mendengar perkataan Wibowo, Gunawan semakin marah lalu dia berkata dengan serius, " Jadi, Anda ada hubungannya dengan itu. Anda sudah tahu solusinya, lalu mengapa Anda tidak mengatakannya sebelumnya? "

Wibowo tidak benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan rektor. Dia hanya menjawab dengan jawaban yang tidak masuk akal, " Saya pikir Dias bisa tenang, tetapi saya tidak tahu bahwa anak ini malah berkata bohong. "

Pada titik ini, kemarahan Gunawan tidak bisa lagi ditekan, dia langsung berkata dengan dingin, "Baiklah, Wibowo. Kamu sangat baik!"

"Rektor, apa maksudmu?"

Melihat ekspresi Gunawan, Wibowo akhirnya menyadari apa yang salah.

Gunawan berkata dengan dingin, "Wibowo, kamu tidak perlu membujuk sepupumu. Dias telah berhasil menyelesaikan masalah ini. Tidak hanya itu, Geng Serigala Hitam tidak akan pernah memprovokasi mahasiswa Universitas Gajah Mada lagi di masa depan. Mereka juga mengeluarkan lima ratus juta untuk mendanai mahasiswa miskin. Saya ingin tahu apakah kamu mendengar sepupumu mengatakan ini sebelum kamu datang ke sini? "

Retno dan Wibowo tercengang ketika mendengar ini.

Retno tiba-tiba menoleh dan menatap Dias yang duduk di sebelahnya. Retno baru mengerti mengapa Dias begitu tenang saat ini, dia sudah percaya diri.

Tapi Dias terlalu hebat. Tidak hanya menyelesaikan masalah, dia juga meminta Geng Serigala Hitam untuk meminta maaf dan membayar 500 juta. Bahkan jika Jenderal A.H Nasution sang ahli strategi perang dan Sutan Sjahrir sang ahli diplomasi terlahir kembali, Retno khawatir kemampuan Dias lebih hebat dari mereka.

Di sisi lain, Wibowo sangat cemas lalu buru-buru berkata, "Rektor, ini tidak mungkin. Sepupu saya berkata, setelah dia kembali untuk melapor ke otoritas yang lebih tinggi, Geng Serigala Hitam tidak akan pernah berbaik hati dengan masalah seperti ini."

Mendengar ini, Dias tersenyum lalu menyela, "Oh, masalah ini dilaporkan oleh sepupumu, Pak Wibowo. Siapa sepupumu, bukankah Yugo yang dijuluki 'Anjing Gila' ?"

Tubuh Wibowo gemetar. Keringat dingin mengucur deras di lehernya. Dia baru sadar bahwa dia telah mengatakan hal yang salah, sepupunya adalah Yugo yang menghentikan Ririn di gang tadi.

Selama bertahun-tahun, dia dan Yugo bekerja sama untuk mengambil uang keamanan dari para gadis-gadis kampus. Setidaknya ada puluhan gadis yang uang telah diambil dan telah dirugikan oleh mereka.

Melihat Wibowo terlihat sangat gugup berusaha ingin menjelaskan, Dias tidak berniat melepaskannya. Dia mengeluarkan ponsel Nokia layar hitam putihnya, kemudian berkata kepada Gunawan, "Pak Rektor, saya punya rekaman di sini, ayo kita dengarkan sama-sama."

Tanpa menunggu lagi Gunawan langsung mengangguk. Ponsel Nokia itu telah mengeluarkan suara Wibowo, "Bu Retno, saya punya sepupu yang ada di Geng Serigala Hitam. Setelah bekerja sore ini, kamu akan makan denganku dan menemaniku. Mungkin aku bisa membantumu."

Setelah mendengarkan kalimat ini, Dias memasukkan lagi ponsel Nokia ke dalam sakunya. Wibowo sudah merasa sangat malu.

Menghubungkan kata-kata dan perbuatan Wibowo barusan, Gunawan akhirnya mengetahui perilaku Wibowo dan perbuatan kotornya itu.

Wajah Gunawan memerah karena marah. Dia menepuk meja dengan telapak tangan lalu menunjuk ke Wibowo sambil berkata, "Kamu Wibowo, jadi kamu orang seperti ini. Huh, kalau begitu, mulai sekarang, kamu akan mendapatkan ganjarannya. Jangan menjadi direktur Kantor Urusan Akademik, pergilah ke Bagian Bahan Ajar untuk mengelola buku-buku bahan ajar di gudang! "

"Pak rektor, saya ... " Wibowo ingin menjelaskan, tetapi disela oleh Gunawan yang berteriak, "Keluar! Aku tidak ingin melihat sampah seperti kamu di sini. "

Melihat kemarahan rektor, wajah Wibowo benar-benar runtuh. Kulitnya langsung menjadi pucat. Wibowo berjalan keluar kantor seperti seorang anjing yang dibuang majikan.

Dia tidak menyangka bahwa dia yang meminta Retno untuk menjadi petugas gudang, tetapi akhirnya perkataannya jatuh di kepalanya sendiri.

Namun, Wibowo tidak sepenuhnya menyerah. Setelah meninggalkan gedung administrasi, dia dengan cepat menelepon sepupunya Yugo. Baru setelah itu dia tahu bahwa Yugo telah melanggar peraturan karena dia memungut biaya keamanan di kampus secara pribadi. Karena itu, Wiro Suryo sudah memukuli kakinya.

Saat ini, Wibowo benar-benar putus asa. Dia tidak mengerti mengapa seorang direktur Kantor Urusan Akademik Universitas Gajah Mada dan sepupunya dari Geng Serigala Hitam bisa dihancurkan oleh Dias.

Di sisi lain, setelah Wibowo meninggalkan kantor rektor, Gunawan menenangkan amarahnya untuk waktu yang lama, kemudian tersenyum malu pada Retno, "Bu Retno, maaf karena sudah membuatmu menderita."

Retno menatap Dias sebentar, kemudian dia merasa tersanjung dan buru - buru berkata, "Rektor, apapun yang terjadi, Anda tidak perlu menyalahkan diri sendiri."

Gunawan melirik Dias lalu berkata kepada Retno, "Bu Retno, Anda dapat mengajarkan mahasiswa tindakan seperti itu, itu benar. Anda adalah dosen terbaik yang pernah saya lihat. "

Mengajari mahasiswa seperti itu? Dias baru saja datang hari ini. Baiklah.

Retno hanya tersenyum canggung, tapi tidak menjelaskan.

Gunawan sangat mengagumi Retno. Saat ini dia dalam suasana hati yang baik, Gunawan menelepon wakil direktur Kantor Urusan Akademik lalu berkata kepada Retno, "Bu Retno, saya ingat Anda memiliki topik penelitian sebelumnya, bukankah Anda mengajukan permohonan pendanaan? Sekarang saya akan memberi Anda persetujuan khusus pendanaan, saya harap Anda dapat menyelesaikan penelitian tentang topik ini. "

Setelah itu, Gunawan meminta wakil direktur Kantor Urusan Akademik untuk mengatur pendanaan.

Melihat hal ini, wajah Retno menunjukkan kegembiraan. Dia memang telah mempersiapkan proyek itu sejak lama. Proyek ini adalah salah satu proyek terpentingnya, tetapi karena kualifikasinya yang rendah, sekolah belum mengalokasikan dana yang cukup sehingga sulit baginya untuk melanjutkan penelitiannya.

Tanpa diduga, hari ini karena Dias, dia benar-benar mendapat dana. Retno sangat gembira.

"Terima kasih, pak."

Retno membungkuk kepada Gunawan dan berterima kasih kepada Gunawan, tetapi Gunawan melambaikan tangannya lalu menunjuk ke arah Dias, "Bu Retno, jika kamu ingin berterima kasih, berterima kasihlah kepada Dias. Jika kamu tidak mengajar mahasiswa seperti itu, aku tidak akan melihatmu. Karakter dan bakatmu yang luar biasa. "

Setelah menjelaskan kepada Gunawan, Dias dan Retno meninggalkan kantor rektor.

Apa yang tidak disangka Dias adalah begitu pintu kantor rektor ditutup, Retno langsung terjun ke pelukannya yang langsung membawa hembusan wewangian. Retno memeluknya erat.

Keduanya berpelukan erat satu sama lain. Dias hanya merasa saat ini ada kekuatan tak terlihat yang menariknya hingga membuatnya mabuk. Dia sebenarnya tahu bahwa ini adalah kemampuan khusus tubuh rubah Retno.

Tapi Dias dengan cepat mengendalikan pikirannya, Dias menyeringai di dalam hatinya kemudian berkata dengan ekspresi malu-malu, "Bu Retno, apakah kamu mencintaiku?"

Nächstes Kapitel