webnovel

BAB 16 - RAISHA DALAM BAHAYA

Mendengar apa yang dikatakan oleh Ratu Ular, para penonton di seluruh dunia yang menonton saat itu semuanya terdiam. Mereka terdiam karena kaget menyaksikan makhluk lain selain manusia bisa berbicara bahkan memiliki kecerdasan sendiri seperti manusia. Dipihak profesor Johnson malah sedang berbahagia karena rencana besarnya terbantu oleh Ratu Ular Kabut tersebut. Sementara di pihak Armada lain masih terheran-heran begitu juga di pihak publik. Mereka semakin tegang menyaksikan bagaimana kejadian selanjutnya dan bertanya-tanya, apakah pihak Azte akan menang atau kalah, apakah dewi perang Raisha akan selamat dari cengkraman Ratu Ular kabut atau tewas. Sebagian orang di seluruh dunia saling melempar argumen-argumen mereka, sebagian lagi mendoakan agar pasukan Azte selamat walaupun mereka kalah. Apalagi para fans club nya dewi perang Raisha, yang tidak tahan melihat idolanya kesakitan karena serangan lilitan Ratu Ular.

Sementara di pihak TV Razet yang menyiarkan perang, "profesor bagaimana ini? Apakah ini akhir dari Azte Fleet, lawan mereka ternyata sangat kuat, bahkan Ratunya bisa berbicara. Ini bukan monster sembarangan." Kata Bung Gaprot.

"Diam! Aku juga sedikit takut. Bagaimana jika monster seperti mereka menginvasi kita nanti karena keributan Azte di wilayah mereka. Jika Azte benar-benar tamat hari ini, kekuatan ABIS akan berkurang satu Armada. Tindakan Azte kali ini benar-benar membawa petaka."

"Tapi kan profesor mereka melakukan itu juga untuk kelangsungan hidup kita umat manusia."

"Memang benar untuk kita umat manusia, tetapi setidaknya mereka harus benar-benar siap dalam kondisi kekuatan stabil mereka. Mereka terlalu tidak sabaran dengan mengirim pemula."

Ketika semua orang tegang dan saling sibuk berpendapat, Rey yang sudah mendapat kembali energinya, bergegas pergi ke medan perang bersama Marshela. Sementara di medan perang, para pasukan khusus yang tersisa sudah di kepung, dan pemimpin mereka dewi perang Raisha masih berada dalam cengkraman lilitan Ratu Ular.

"Sepertinya kamu adalah pemimpinnya. Kamu punya kekuatan, tubuhmu keras dan kuat bisa bertahan dari lilitanku." Kata Ratu Ular kepada Raisha.

"Hahaha.. uhukk! uhukk! Memangnya kenapa kalau iya cacing jelek!"

"Walaupun aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, tetapi mendengar nada bicaramu yang seperti itu, sepertinya kamu sedang menghina dan meremehkanku. Kalau begitu...!"

Ratu Ular menambah kekuatan lilitannya dan "trakk!" Terdengar suara tulang tubuh Raisha yang perlahan-lahan patah karena lilitan tersebut dan "aaaarrrggghhhhh!" suara jeritan Raisha ketika tulang-tulangnya patah. Melihat dewi perang mereka yang disiksa oleh Ratu Ular, pasukan khusus yang tersisa dan sedang dikepung hanya bisa melihatnya. Mereka hanya bisa berteriak "kakak!". Yang perempuan hanya bisa menangis, sedangkan laki-lakinya hanya tertunduk malu karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Sementara yang dikatakan Raisha pada rekan-rekannya. "Tenanglah para ladies and gentle man, ukhukk ukhuk, aku belum mati aku akan memetong cacing jelek ini, aachhkk! ki.. kita akan menang."

"Hahaha.. apa itu ucapan terakhirmu ssstthhh, manusia, tubuhmu sepenuhnya berada dalam cengkramanku, kamu tidak usah membodohi anak buahmu, hahaha, sekarang rasakan lagi penderitaan yang aku berikan perlahan-lahan ini. Ahh iya sepertinya dengan meremukkanmu saja tidak cukup! Aku akan menambah sedikit tusukan di dadamu biar semakin bagus jeritan yang kau keluarkan hahaha!"

"Tidak! Aarrrghhhh! Haahh... hahhh.. hahh.."

"Haha bagaimana ssthhh... rasanya manusia, sangat nikmat bukan ketika tubuhmu dihancurkan."

Dalam hatinya Raisha berkata, "sial! Apakah ini akhir hidupku, semua tulang rusukku patah, kaki dan tangan juga semuanya patah, untung tusukkannya tidak kena jantung tapi ini sangat menyakitkan! Aku.. aku benar-benar sekarat, tubuhku sudah sangat lemah pandanganku mulai kabur, jika cacing tanah ini menambah kekuatan lilitannya lagi aku benar-benar akan mati hari ini."

"Haha kenapa kamu tidak berbicara manusia, apa kamu sudah mati! Aku belum berterimakasih karena kalian sudah bersedia datang dan menjadi makanan anak-anakku."

Tubuh Raisha semakin melemah, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi bahkan berbicara saja sudah tidak mampu. Rasa sakit dari organ dalam yang hancur dan tertekan patahan tulang semakin menyakitkan dan tak tertahankan bagi Raisha, sekarang dia hanya bisa meringis kesakitan dan darah juga semakin banyak keluar dari mulutnya. Di saat-saat kritisnya dia berharap ada pahlawan yang melepaskannya dari siksaan Ratu Ular dan menyelamatkan dirinya beserta pasukannya yang tersisa.

*****

Para pasukan ada di medan perang, para penonton sedang menyaksikan. Rey dan Marshela yang sudah terjun menembus Atmosfer planet Ular Kabut bersiap-siap melakukan penyelamatan.

"Admiral Rey sekarang kita harus bagaimana dulu?"

"Sonarku mendeteksi energi dari pasukan kita, nampaknya mereka sedang di kepung. Sementara ada satu sumber energi dari pasukan kita yang terpisah dan sekarang bercampur dengan energi asing."

"Syukurlah kalau Admiral bisa mendeteksi mereka, itu artinya masih banyak yang hidup dan selamat."

"Memang tapi sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Energi yang dikepung masih stabil, sementara yang terpisah semakin melemah."

"Ap.. pa!"

"Aku akan membuka jalan. Aku akan membereskan dulu yang mengepung, kamu selamatkan mereka selagi aku bertarung, bersiap-siaplah beberapa puluh kilometer lagi kita sampai ke darat!"

"Baik"

Di waktu yang sama, di stasiun TV Razet, "Profesor lihat! Ada seorang gadis dan pria lagi yang terjun dari kapal, apa mereka petugas penyelamat Azte Fleet ataukah hanya sepasang kekasih yang hanya kebetulan lewat saja, kelihatannya mereka juga pasukan khusus metal dan angel."

"Jika mereka masih bagian dari pasukan khusus Azte, seharusnya mereka turun sejak tadi. Tapi jika mereka hanya orang yang kebetulan lewat saja itu tidak mungkin bagi mereka untuk menolong secara cuma-cuma. Tapi untuk memastikan kita lihat dulu saja apa yang akan dilakukan oleh mereka."

"Anda benar profesor."

*****

Ratu Ular yang masih menyiksa Raisha nampaknya menyadari kedatangan Rey dan Marshela.

"Nampaknya ada manusia lain yang datang mengacau ke sini, itu pasti pasukanmu yang lain kan manusia." kata Ratu Ular kepada Raisha. Tetapi Raisha tidak merespon karena penglihatannya sudah kabur, telinganya sudah tidak bisa mendengar dengan baik. Apalagi sonarnya sudah tidak berfungsi. "Sepertinya kali ini sedikit merepotkan, anakku yang besar kalian berdua boleh bermain lagi dengan tamu baru kita."

Kata Ratu Ular kepada dua makhluk besar yang berada di belakangnya. Sementara itu, "Rooaarrr" seperti kedua makhluk besar tersebut merespon perkataan Ratu Ular, lalu kedua makhluk besar tersebut terbang ke arah Rey dan Marshela.

Situasi penonton di seluruh dunia semakin tegang, sementara di pihak profesor Johnson malah menjadi kesal karena kemunculan Rey dan Marshela yang tiba-tiba muncul di medan perang. Rey dan Marshela belum sampai ke daratan tetapi mereka sudah dikejutkan dengan dua makhluk besar yang menyambut mereka.

"Ya tuhan.. besar sekali, kepalanya juga ada banyak lagi. Admiral sekarang kita harus bagaimana?"

"Kamu diam saja ikuti aku, aku akan menampilkan sebuah pertunjukkan."

"Anda tidak menggunakan bentuk tempur?"

"Mode tempur saja sudah cukup, ini lebih enak buat bergerak, kamu boleh membuat bentuk tempurmu, untuk berjaga-jaga saja."

"Baik!"

*****

Nächstes Kapitel