Tak lama kemudian, Mawaru tiba di Higashiyodogawa - Aikawa, "Gedung sekolah?" apa benar ini alamatnya?
"Kenapa?" gadis manis bernama Mawaru yang seorang pengguna kekuatan spiritual ini bertanya-tanya keheranan, "Sebenarnya aku tidak menuju kemari."
"Apa lagi-lagi dia menipuku?"
________
Sementara itu ....
Pria misterius yang mengantarkan Mawaru itu kini telah menaiki Shinkansen dan akan berangkat ke Abenomotomachi (Kota/Distrik di Abeno-ku). Ia sudah memesan gerbong kereta api eksekutif yang dilengkapi dengan ruangan pribadi.
*Shinkansen: Kereta cepat
"Yosh," ucap pria misterius itu yang siap membuka pintu ruangan ... "No.50 ya, Hmm ...." Gumamnya sambil melihat isi ruangan di depan pintu masuk.
Kemudian ia masuk ke ruangan dan menguncinya rapat-rapat.
"Akhirnya aku bisa tenang, serasa gugup dan tegang sekali aku berhadapan dengannya." Gerutu pria misterius itu yang tengah bersantai di ruangan pribadi kereta eksekutif sembari meletakkan koper di kursi depannya.
"Kereta segera berangkat." Pengumuman dari peron!
Kemudian kereta berjalan perlahan meninggalkan peron dengan bunyi khasnya.
....
"Yosh, aku akan tidur dulu." Dalam hati pria misterius tersebut sambil selonjoran di ruangan pribadinya dalam kereta. "Kupikir meninggalkan dia di sana adalah pilihan yang tepat." Orang yang ada dipikirannya itu adalah Mawaru.
Kurang lebih Shinkansen akan sampai Abeno-ku sekitar dua jam lagi. Sebelum tertidur, ia sudah menyiapkan alarm dari ponselnya yang dipasang untuk membangunkannya 2 jam lagi.
Belum lama tertidur dengan nyenyak, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan telepon penting seseorang.
"Cih! Padahal sudah aku silent!" gerutunya karena tidur nyenyak yang tadinya direncanakan malah terganggu dengan suara ponsel seperti panggilan alam.
Pria misterius itu mengangkatnya dengan mata sipit dan mulut sedikit menguap "Oooi~ siapa?"
"Halo ...." Ucap seseorang yang menelepon tersebut.
"Oh, Gen kah? Ada apa?" Tak disangka yang menelepon atasan Mawaru.
"Ng, tidak ada."
"Ha?" Aneh! "Kenapa meneleponku kalau tidak ada yang ingin dibicarakan ...?" pikirnya.
"...."
"Ya sudah aku tutup lagi." Entah kenapa pria misterius ini sangat tidak niat untuk berbicara pada Gen ...?
"Eeee-! Tunggu sebentar." Gen buru-buru mencegahnya.
"Ng?"
"Senpai sengaja berpisah dengan Mawaru, kan?" Gen bicara serius, "Kenapa kau melakukan hal itu? bukankah dia–"
"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Anggap saja itu latihan awal untuknya." Kali ini apa yang akan Mawaru lakukan jika dia nantinya tidak memiliki potensi untuk menjaga artefak itu!? Pria misterius itu berpikir mungkin itulah cara tercepat untuk mengukur utsuwa-nya.
*Utsuwa berarti bakat (Potensi yang dimiliki oleh seseorang harus diuji kelayakan agar bisa mengetahui seberapa pantas dirinya dalam menerimanya kemampuannya)
"Ta-tapi, dengan kemampuannya sekarang ... dia masih tergolong pemula." Gen sangat mengkhawatirkannya, terutama gadis yang masih berumur 15 tahun pergi sendirian tanpa pendamping, wali atau orang tua di dekatnya.
"Justru itu, aku ingin dia melatih kekuatannya secara mandiri. Gen, sepertinya kamu terlalu memanjakan Mawaru. Terlepas dari hal itu, dia harus menemukan cara melalui nalurinya sendiri." Kata pria misterius itu dengan serius memegang telepon sambil melihat kaca jendela gerbong kereta api.
Kemudian ia menutup jendela gerbong kereta api dengan tirai kecil (selambu) yang ada di sebelah pojok kanan atas jendela.
"Oi oi yang benar saja, aku ini mengkhawatirkan anakmu loh."
.....
"Jin-Senpai."
[Jin Yoshioka] "Mau bagaimana lagi, aku bukanlah orang yang tepat berada di sampingnya." Kata pria misterius itu sambil menatap sedih meja kecil yang ada di depannya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah sebotol Wine soda (anggur tapi tanpa alkohol) dari dalam tas ranselnya dan meminumnya seteguk. Tak disangka pria misterius ini adalah ayah kandung Mawaru.
"Gen, untuk saat ini ... biarkan Mawaru mengetahuinya sendiri, jangan berkata apa pun! Aku yakin, semakin kuat nalurinya maka semakin berkembang instingnya untuk merespons perasaan makhluk yang ada di lingkungan sekitarnya." Dengan optimisnya Jin percaya bahwa putrinya bisa berkembang lebih dari itu.
"Be-berarti, senpai tidak mengatakannya di perjalanan?"
"Untuk apa aku mengatakannya, bahkan ia tidak ingat dengan sosok bapaknya sendiri. Makanya, hari ini menjadi pertemuan terberatku. Sudah, aku akhiri panggilan ini."
"O-oh." Gen menjadi sungkan sebagai atasan Mawaru dan juniornya Jin.
Seketika Jin menutup panggilan tersebut.
....
Kantor divisi ke 6 di Rakugaki [sebut saja ini -Dunia Alternatif-] "Yare-yare, bapak dan anak sama saja. Sama-sama tak bisa saling mengungkapkan hal satu sama lain." Kata Gen yang bersantai setelah menutup telepon kemudian memberi misi lain pada Mawaru. Dia membuka lemari yang berisi tumpukan berkas catatan misi yang berhasil dan gagal yang di kerjakan bawahannya, kemudian ia meletakkan di meja kerjanya. Dengan menggunakan kimono lengkap dengan haorinya, ia keluar sebentar untuk mengambil teko dan gelas berisi teh Matcha di dapur.
'Saat ini di sini tidak ada siapa-siapa, para pengguna spiritual selalu mengambil cuti setiap minggunya. Tapi, tidak dengan anggota-anggota penting ....'
"Hah~ sepi sekali ruangan ini saat tidak ada dia (Mawaru)." Gumamnya sambil melihat kantor yang terlihat seperti ruang santai keluarga dengan sebuah meja kayu di tengah-tengahnya yang berisi dokumen dan berkas catatan misi.
"Baiklah, sekarang kembali bekerja." Gen tersenyum tipis kemudian meletakkan teko dan gelas di meja kayu tersebut.
....
"Cih! Senpai merepotkan, menambah pekerjaanku." Sambil mencocokkan radar Mawaru yang di konfirmasi sudah sampai di Higashiyodogawa, Gen mulai mencari misi apa yang tepat untuk melatih kemampuan bawahannya di sana kali ini.
Gen menuangkan teh matcha dari teko ke dalam gelas 'Sruuuuut' kemudian meminum seteguk teh matcha tersebut. Di tengah harumnya teh matcha yang menyengat hidung, dia mulai terpikir sesuatu.
"Hmm, ya. Karena tempat itu ... adalah bekas sekolah pendulum situs Rakugaki ini. Semestinya kekacauan pada pengguna spiritual tidak dapat di hindari." Pikirnya sambil memantau Mawaru dan memprioritaskannya ke tempat aman.
"Namun, mengetahui sesuatu itu adalah ... bagian dari tugasnya."
________
Kembali ke Mawaru!
"Apa orang itu benar-benar berniat menipuku!? Kalau saja tadinya aku boleh menggunakan kemampuanku ...." Pikirnya kesal sambil menatap gedung sekolah SMA Osaka dengan penuh Geram. Sesaat Mawaru ini menghajar pria misterius itu dengan tinjunya kemudian melimpahkan sejumlah kekuatan kepalan membentuk tinju lemahnya yang memukul-mukul tembok pagar sekolah. Dengan wajah murungnya dia menghela napas penyesalan "Tidak boleh! Aku tidak boleh menghancurkan bangunan ini!"
Kemudian Mawaru ingat jika pria misterius tadi dirasa cukup dekat dengan atasannya yang bahkan sampai memanggil nama kecilnya. "Mungkin aku tanya ketua–"
Tiba-tiba ponsel Mawaru berdering.
Panggilan masuk "Eh!? Ketua Gen!"
"Kira-kira ada apa, ya? Baru saja aku ingin menghubunginya." Pikirnya, kemudian Mawaru mengangkat panggilan masuk di ponselnya.
"Yo Mawaru ...." Sapa Gen dengan santainya.
"Uuuh~ apa ini rencana ketua?" Bual Mawaru sebal, "Siapa sih sebenarnya pria misterius tadi itu? Dia sering tersenyum padaku dengan senyum bodohnya dan dia baik juga sudah mentraktirku tapi, kenapa aku harus ke sini? Sepertinya aku salah tujuan, deh!"
Belum selesai menjelaskan panjang lebar, ketua Gen hanya membalas "Ahahaha ..., aku mengkhawatirkanmu, loh!"
"Cih, terdengar seperti bohongan!" Tapi rasanya ketua Gen tidak berbohong saat mengatakan itu, Mawaru mulai diizinkan menggunakan kemampuannya kembali.
"Mawaru, kesampingkan soal Artefaknya. Kamu bisa ke Abeno-ku besok pagi, aku sudah mengaturnya."
"Oh, ternyata benar ini rencana ketua." Dengan malasnya Mawaru merespons perkataan atasannya.
"Anggap saja, ini adalah waktunya latihan sebelum kamu ke Abeno-ku. Kamu harus melakukan penguburan roh pada roh-roh yang bergentayangan di sekolah itu." Kata Gen yang memberikan perintah untuk misinya.
"Apa mereka yang di sini adalah roh dari makhluk pengguna kekuatan spiritual?" Mawaru bertanya untuk mengkonfirmasinya dan menganggap tingkat kekuatan spiritual di sini sangat rendah meski berhasil dirasakan sekalipun.
"Ya, lebih tepatnya dulunya ini adalah ... tempat para Pendulum." Kata Gen mengatakan dengan serius.
*Pendulum: Para pendiri Rakugaki terdahulu ada di area itu.
Mawaru seketika terbelalak mendengar hal itu.
"Pe-pendulum? Berarti pencipta situs ini?"
"Ya, Artefak berharga yang harus kau jaga saat ini adalah miliknya ... di sana ada sekumpulan roh jahat yang akan segera memakanmu."
"Kenapa begitu?"
"Karena ... artefak yang kau pegang adalah menentukan pemimpin masa depan. Entah itu dia menjadi dewa penciptaan atau dewa penghancuran. Dan roh yang ada di sana adalah bawahan dari pemimpin sebelumnya yang gagal mempertahankan–"
"Ja-jadi, sampai menemukan kandidat yang cocok, suatu saat aku harus melawan musuh seperti ini?" Mawaru kini mengerti yang dimaksud latihan kata atasannya tadi, mereka roh nyata di dunia manusia yang mendiami suatu tempat ini.
"Ya, begitulah." Syukurlah kalau Mawaru cepat paham, tapi bahaya juga melawan mereka ....
"Baiklah." Mawaru akhirnya memasang muka serius.
"Tapi, jangan terlalu memaksakan diri."
"Ya," Mawaru sedikit lega dengan tersenyum tipis tapi, masih ada yang mengganjal di benaknya. "Hei, ketua, jawab aku! Siapa orang yang tadi bersamaku? Ketua tidak sedang mengalihkan pembicaraan kan?" Gerutu Mawaru saat dia sebelum bersiap ke medan pertempuran (padahal hanya bertarung melawan roh saja).
"Ehehe, soal itu aku tidak bisa menjawabnya."
"Ehehe ... cih! Mencurigakan."
Gen tersenyum tipis sebelum mengakhiri panggilan ini.
"...."
"Setidaknya dia bisa di bilang sosok orang yang berharga dalam hidupmu hari ini." Ucapnya dengan lembut di telepon. Kemudian Gen menutup panggilannya.
Kata-kata Gen tadi membuat Mawaru tersipu dengan mengingat momen bersama pria misterius itu di bandara.
"Orang berharga, ya?" gumamnya, sama seperti keberadaan artefak ini, "Mungkin ... dialah yang sudah memberi latihan ini padaku ...?" Dalam hati Mawaru yang membenarkan dugaannya pada atasannya sebelumnya.
"Tapi, aku belum tahu. Siapa pria misterius itu?" Mawaru yang bersiap bertarung menyusup sekolah dengan melompat pagar ini masih memikirkannya. Jauh di dalam benaknya, "Pasti ada ikatan yang menghubungkan hati kami sehingga walaupun tak bisa aku ketahui siapa dia ... aku bisa merasakan kehangatan saat bersamanya."
Dia sudah menjagaku dan menyuguhkan sesuatu yang istimewa seperti ini.
Terima kasih, pria misterius (yang entah siapa dirimu itu).
Dari sini, kau membuatku peka dan bertambah kuat.
****