webnovel

HAPPY ENDING?

Happy Reading ❤

"Ipaaaah." terdengar jeritan heboh saat Cilla dan Meta memasuki ruangan tempat Ifa dirawat. Sementara itu Onit berjalan di belakang mereka ditemani oleh suaminya.

"Alhamdulillah akhirnya brojol juga ya anak-anak lo!'

"Gimana rasanya melahirkan, Pah?" tanya Meta penasaran. "Sama pas dijebol Iky sakitan mana?"

"Ah gila lo. Ya sakitan melahirkanlah. Kalau pas dijebol laki gue, sakitnya mah bentaran doang." jawab Ifa sambil terkekeh geli. "Elo mau tau sakit atau nggak lahirannya? Tuh tanya sama bang Iky sayang."

"Dih, geli banget dengar elo manggil dia begitu, Pah." ucap Meta sambil bergidik.

"Sialan lo Nyet. Emang saudara paling laknat lho. Bukannya senang bini gue sudah insyaf." Rizky yang baru keluar dari kamar mandi langsung menyahuti sambil mengetok kepala Meta.

"Ih, habis ngapain lo? Sudah cuci tangan belum? Pegang-pegang kepala gue!" omel Meta karena kini Rizky mengacak-acak rambutnya.

"Waah gue lupa cuci tangan, Nyet. Gue tadi habis b***r," jawab Iky santai. "Mau cium tangan gue?"

"Idih najong! Sono lo jauh-jauh dari gue." Semua tertawa melihat pertengkaran dua makhluk yang entah kena kutuk apa harus sepupuan.🤭

"Gimana, bang Chico proses lahirannya Ipah?" tanya Cilla yang hari itu terlihat berbeda dengan kerudung menutupi kepalanya.

"Menyakitkan." Jawab Rizky singkat dan padat.

"Kok elo tau?"

"Taulah... lah wong dia sampe pingsan." celetuk Alana.

"Kan si Ipah yang lahiran. Kok dia yang pingsan?" tanya Onit heran.

"Gimana nggak pingsan, kalau kepalanya dijambak selama proses ngeluarin tuh bayi. Kalau ngeluarin satu doang mungkin nggak masalah. Ini ngeluarin 3 bo." jelas Alana. Yang lain tergelak mendengar penjelasan Alana. Sementara itu muka Rizky ditekuk karena kesal.

"Emang dulu lo nggak gitu Cil, pas ngelahirin Quina?" tanya Ifa penasaran.

"Hehehe.. beda dikitlah. Gue sih nggak ngejambak bang Athar. Tapi gue gigit lengan bang athar. Untung cuma ngelahirin satu bayi. Kalau lebih, bisa terkoyak-koyak tuh lengannya."

"Nanti kamu jangan gitu ya sayang," ucap Rivaldi yang baru saja masuk. Kebetulan tempat Ifa dirawat adalah tempat praktek Rivaldi dan Guntur. Ia langsung duduk di samping istrinya dan mencium pelipisnya.

"Wah.. Onit nggak janji ya mas. Seperti kata Ifa, sakitnya uncontrollable. Bagaimana reaksiku saat melahirkan gak akan bisa diprediksi mas." sahut Onit sambil pasang wajah polos.

"Nggak papalah bang Aldi, daripada bang Aldi yang harus hamil. Hahaha.." ledek Ifa. "Tapi kata Onit, bang Aldi ikutan morning sickness ya?"

"Iya Fa. Aku yang mual-mual. Padahal Onit santai aja. Tapi untungnya hanya sebulan pertama. Kalau kelamaan kasihan pasien-pasien cilikku."

"Untung aku gak ngalamin mual-mual ya, Yang." Rizky mendekati Ifa yang duduk bersandar di tempat tidur. Tangannya mengusap-usap kepala Ifa.

"Ky, Pah, siapa nama anak-anaklo?" tanya Meta penasaran.

"Hmm... nama lengkap sih belum ada tapi nama depannya sudah. Fathia, Fathan dan Fatih." jawab Rizky. "Kamu setuju kan, Yang? Nggak papa kan kalau aku yang menyiapkan nama untuk mereka. Tapi kalau nggak setuju kamu bisa kok pilih nama lain."

"Bang Iky sayang, gue ikut aja apa pilihan kamu. Nama anak adalah doa kedua orang tuanya. Gue yakin kamu pilih nama-nama itu pasti dengan pertimbangan matang." Sahut Ifa dengan lembut.

"Aiiih... sumpah najong banget nih laki bini. Kenapa elo berdua mendadak jadi manis gini sih? Nggak kalian banget deh." tanya Meta heran.

"Ya bagus dong Met. Lebih keliatan kayak laki bini beneran kan." sahut Onit sambil bersandar manja pada Rivaldi.

"Emangnya lo lebih senang liat kita kayak dulu Nyet?" tanya Rizky.

"Nggak biasa aja gue liat saudara gue dan sahabat gue mendadak sok iye banget." sahut Meta yang langsung mendapat hadiah bantal melayang. "Pah, elo mah habis lahiran tetap aja ganas."

"Lagian mulut lo suka lemes."

"Tapi benerkan? Kalian berdua biasanya kan lebih mirip teman daripada laki bini. Tapi gue demen liat elo sekarang nurut sama laki. Itu baru yang namanya istri shalihah."

"Alhamdulillah kita berdua bisa cepat sadar, betapa kita berdua saling membutuhkan dan saling melengkapi. Dari kejadian kemarin itu kita belajar mengerti dan memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ternyata cinta aja nggak cukup. Terutama buat yang nikahnya sudah lewat setahun." ucap Ifa sambil memandang mesra Rizky.

"Huueeek.. cukuuup... sumpah gue nggak sabaran banget deh nungguin hari pernikahan gue. Capek gue liat kalian bermesraan. Elo, Alana, Cilla, bahkan Onit yg sempat putus aja sekarang sudah nikah. Padahal pacarannya lamaan gue." keluh Meta sambil pasang wajah memelas. "Kenapa sih gue jadi yang paling buntut kawin."

"Makanya jangan kebanyakan mikir. Tapi tenang aja Nyet, bulan depan kan elo bakal nikah sama Guntur. Itu pun kalau Guntur nggak kepincut suster atau dokter lain." ledek Rizky.

"Dasar saudara sompret!!" Meta menghampiri Rizky dan mulai memukulinya.

"Wadaaauuuw... gila, pukulan lo masih pedes ya." omel Rizky sambil mengelus-elus lengannya. "Yang, lihat nih lengan aku sakit gara-gara sahabat kamu."

"Mana sini gue liat. Kaciaan.. cakit ya? Sini gue cium biar hilang sakitnya.," sahut Ifa dengan gaya bicara seperti bicara kepada anak kecil. "Mana lagi yang sakit sayang?" Rizky menunjuk bibirnya dan Ifa langsung mengecupnya.

"Eh kuyaaa.... kenapa jadi bibir lo yang sakit? Gue kan mukul tangan lo?" tanya Meta sewot.

"Sekalian Nyet," sahut Rizky sambil nyengir.

"Teman kamu lucu-lucu ya, Sayang." bisik Rivaldi. "Plus aneh."

"Nit, ngapain lo sama bang Aldi bisik-bisik gitu?" tanya Meta curiga. Entahlah, hari ini Meta sepertinya lebih sensitif dibanding biasanya.

"Ngeghibahin elo pada." jawab Onit santai. "Eh, tapi karena gue sudah kasih tau elo langsung berarti bukan ghibah lagi ya."

"Sudah Met, elo jangan sensian deh. Kenapa sih lo? Stress ya ngadepin pernikahan yang tinggal sebulan lagi? Santai aja kali. Kalau stress muka lo jadi jelek tau." ucap Alana.

"Assalamu'alaikum," terdengar seseorang mengucap salam. Ternyata itu Guntur.

"Wa'alaikumussalaam," jawab yang lain serentak.

"Eh, ada dokter Aldi. Sudah selesai praktek dok?" sapa Guntur kepada Rivaldi.

"Eh dokter Guntur. Kebetulan hari ini nggak ada jadwal praktek siang. Nanti sore baru mulai praktek. Sekarang lagi tugas di bagian apa? Siapa konsulennya?"

"Kebetulan lagi di bagian UGD dok. Konsulennya dokter Febrina. Sengaja bulan ini minta di bagian yang hectic. Biar bulan depan bisa dapat di bagian yang lebih tenang."

"Biar bisa honeymoon ya dok?" ledek Rivaldi. Guntur hanya cengar-cengir mendengar ledekan tersebut.

"Yang, kok baru kesini?" tanya Meta pada kekasihnya.

"Ini aja bisa kabur kesini pake nyuap dokter Tedi, asistennya dokter Febrina. Kalau nggak mah nggak bisa nemuin kamu, Yang." Guntur mengacak rambut Meta. "Selamat ya Ky, selamat ya Pah atas kelahiran triplet. Semoga jadi anak shalihah dan shalih."

"Nah yang benar tuh begitu. Datang langsung ngucapin selamat, mendoakan. Bukannya ngajak berantem," sindir Rizky.

"Yaelah babang Chico. Tanpa diucapin, Ifa juga tau kalau kita pasti memberi selamat dan mendoakan anak-anak kalian." sahut Cilla.

"Kok nggak pada bawa kado?" tanya Ifa tiba-tiba. Yang lain saling berpandangan dan nyengir.

"Nanti aja Pah, pas elo ngadain aqiqah." sahut Onit. "Lagian gue bingung mau kasih apaan buat elo."

"Kasih mentahnya juga nggak papa, Nit." sahut Ifa sambil terkekeh.

"Yakin banget lo pada diundang," celetuk Meta

"Pasti dong. Kita semua kan besties. Iya kan, Pah?" sahut Cilla. Semuanya mengangguk setuju, termasuk Ifa.

"Gue pasti undang kalian ke acara aqiqah anak-anak gue, tapi jangan lupa kadonya ya. Yang mahal."

"Huuuuu... dasar matre!!"

⭐⭐⭐⭐

Tak terasa si triplet sudah berusia 3 bulan. Ifa dan Rizky sudah pindah ke paviliun yang sudah direnovasi menjadi tempat tinggal yang lebih besar guna menampung Rizky dan anak istrinya.

"Yang, kamu nggak capek urus anak-anak sendirian?" tanya Rizky sambil membantu Ifa mengganti diaper Fathan yang baru selesai mandi. Untunglah Rizky suami siaga yang tak mengeluh saat membantu istri mengurus anak-anak. "Apalagi kamu 3 kali dalam seminggu harus ke resto."

"Aih, jagoan ibu sudah wangi dan ganteng nih." ucap Ifa sambil mengambil Fathan dari Rizky. "Capek sih pasti, tapi gue enjoy aja kok."

"Tapi aku yang nggak tega lihatnya. Belum lagi kalau malam kamu musti bangun untuk menyusui mereka."

"Ini kamu beneran khawatirin gue atau khawatir gue nggak bisa ngelyanin kamu?" tanya Ifa. "Uuh cayang ibu.. main disini dulu ya sama kakak adikmu."

"Hmm.. itu juga jadi concern aku, Yang."

"Yang penting gue nggak pernah menolak melayani kamu kan?" tanya Ifa.

"Memang nggak nolak, tapi aku kan kasihan liat kamu kecapekan. Aku khawatir kamu jatuh sakit." Rizky menyampaikan kecemasannya.

"Yang, kalau siang gue kan dibantuin sama emak dan bunda. Lagian kasihan kamu harus keluar biaya tambahan buat menggaji tenaga tambahan." tolak Ifa.

"Kamu lupa kalau sekarang aku bukan cuma manager biasa? Aku kan pemilik saham mayoritas di perusahaan i

tempatku bekerja. Oh ya, aku lupa kasih tau, kemarin om Ridwan bilang kalau sekarang jabatan menjadi CFO."

"Oh ya? Waah hebat nih suami gue." Ifa memberi selamat.

"Yang, boleh nggak...."

"Kamu mau minta gue merubah cara bicara?" tembak Ifa langsung sambil memandang serius suaminya. Rizky mengangguk perlahan dan ragu. Ia cemas Ifa akan ngambek seperti waktu itu.

"Tapi aku nggak maksa lho. Ini demi kebaikan anak-anak kita." Rizky buru-buru menambahkan. Ifa terdiam dan berpikir. Lalu...

"Gu.. eh aku.. nggak janji akan langsung bisa ya. Benar kata kamu, aku sudah harus memikirkan anak-anak kita. Nanti mereka akan sampai pada tahap meniru apapun yang gu.. eh aku lakukan. Hehehe.. susah ya. Tapi demi anak-anak gue.. aku akan mencoba."

"Beneran?" tanya Rizky tak percaya. Ia pun langsung memeluk istrinya. "Bilang sama aku kalau susah ya. Kalau kita hanya berdua kamu boleh ngomong pake gue elo lagi. Okay?"

"Terima kasih abang Iky tersayang atas pengertiannya. Cup.. cup.." Ifa mengecup sekilas bibir Rizky.

"Kok cuma begitu ciumnya?" tanya Rizky kesal. "Mau lagi dong."

"Jangan sekarang," jawab Ifa singkat.

"Terus kapan?"

"Nanti malam."

"Cium aja kok nunggu nanti malam." omel Rizky.

"Sama kamu tuh nggak ada yang namanya cuma cium aja. Pasti bakalan ada plus-plusnya."

"Hahahaha.. Jadi kalau nanti malam boleh pake plus plus plus?" bisik Rizky sambil memeluk Ifa dari belakang dan menciumi lehernya.

Ifa berbalik dan menangkup wajah Rizky. Dibelainya wajah Rizky dan mencium bibir sang suami dengan lembut. Rizky langsung membalasnya. Awalnya ciuman tersebut lembut, namun rupanya desahan tertahan yang keluar dari mulut Ifa membangunkan si otong. Perlahan tangan Rizky mulai meraba dada sang istri yang semakin padat dan berisi. Tiba-tiba moment mesra tersebut dirusak oleh tangis anak-anak. Tidak hanya satu, namun ketiganya menangis dengan kencang tanpa mempedulikan hasrat sang ayah.

Ifa langsung melepaskan tautan bibir mereka dan mencoba menjauh, namun Rizky menahan pelukannya.

"Yang....."

"Hmm...." Hanya itu jawaban Rizky tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Akhirnya Ifa terpaksa menggigit lidah Rizky. Cara ini cukup ampuh dan membawa Rizky ke alam nyata. Sementara itu si triplet masih konser dengan lantangnya.🤣

"Ikiiiy... Ifaaa... kenapa kalian diam.... astagaaa.. kalian kalau lagi mesraan kunci dong pintu kamarnya." Tiba-tiba emak Bella merangsek masuk.

"Eh, emak." sahut Rizky malu. Ifa buru-buru merapikan bajunya yang sudah berantakan. Ia langsung menghampiri tempat tidur anak-anak mereka dan mengangkat Fathia. Rizky membantu dengan menggendong Fatih dan emak menggendong Fathan.

"Elo berdua tuh sabar dikit kenapa sih." omel emak Bella. "Kalau memang mau mesra-mesraan bilang sama emak. Biar anak-anak emak ambil."

"Ini gara-gara Iky nih. Nggak sabaran." Kali ini ganti Ifa yang mengomel. Mirip dengan emaknya. 🤣

"Emak kayak nggak pernah muda aja. Mana bisa Iky nahan sampai triplet tidur kalau anak emak makin bohay begini. Iky kan masih normal, Mak. Si otong lagi bandel-bandelnya." jawab Rizky tak mau kalah. "Apalagi tadi anak emak yang mancing duluan."

"Ikan kali, pakai dipancing segala." balas Ifa.

"Kalian ini, sudah punya anak masih juga senang berantem." ucap Emak Bella. "Ky, ayah dan babeh sudah nungguin tuh ngajak ke masjid buat shalat maghrib. Habis itu kita makan malam bareng. Tadi bunda datang bawa ayam bumbu rujak, kesukaan lo."

"Ok, mak. Iky ke masjid dulu ya. Oh iya, emak dan Ifa nggak papa ditinggal sama si triplet?"

"'Nggak papa." Tiba-tiba muncul bunda Ulfa. "Tuh sudah adzan. Sana kamu siap-siap."

"Siap bun." Rizky memberi hormat gaya militer. "Yang, tolong siapin baju koko ya."

⭐⭐⭐⭐

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Suasana kamar tampak temaram dan tenang. Hanya terdengar erangan dan desahan dari si pemilik kamar. Tak lama terdengar erangan yang menandakan mereka telah mencapai puncaknya.

Kini mereka berbaring dengan tubuh polos di bawah selimut.

"Yang, kamu beneran sudah punya anak 3?"

"Iya. Memangnya kenapa?" tanya Ifa masih dengan nafas memburu. Sepertinya efek setelah percintaan mereka masih belum hilang. Apalagi saat ini tangan Rizky masih membelai tubuhnya. Belaian yang selalu sukses membuatnya mendesah.

"Masih sempit," bisik Rizky mesra, sambil mencium bahu Ifa dan meninggalkan tanda disitu. "Si otong demen banget sama yang sempit-sempit begitu."

"Ih, mesum banget sih. Ky, tolong kondisikan tangan lo. Kita kan baru aja selesai, masa mau main lagi?"

"'Salah kamu. Kenapa punya body kok bohay begini. Si otong kan jadi pengen mampir melulu." jawab Iky masih terus membelai tubuh istrinya.

"Ya tapi istirahat dulu ya. Gue.. eh aku capek banget." Tak lama terdengar dengkuran halus dari mulut Ifa. Rizky memandang mesra wajah istrinya kemudian mengecup keningnya. Lalu iapun ikut tertidur dengan tangan dan kaki memeluk Ifa seperti guling.

Belum lama mereka tertidur tiba-tiba terdengar suara rengekan dari kamar si triplet yang terletak di sebelah kamar mereka. Ifa langsung terjaga dan langsung bangkit dari tidur. Ia berjalan mengambil bajunya yang sudah berserakan di lantai kemudian memakainya.

"Aduuh, anak ibu kenapa? Kamu pipis ya? Atau haus?" Ifa menggendong Fathia dna memeriksa putrinya. "Oh kamu haus ya sayang. Sebentar ya. Yuk kita bangunin ayah."

"Yang, bangun sebentar dong. Aku mau bersih-bersih. Princess haus nih." Iky tidak langsung terbangun. Sepertinya ia lelah akibat 'olahraga' tadi. Setelah beberapa saat akhirnya ia bangun.

"Princess kenapa? Mau mimik ya? Sini sama ayah dulu ya. Biar ibu bersih-bersih dulu." Rizky berdiri dan menggendong Fathia.

"Astaga bapak Iky yang terhormat. Kamu kalau mau bangun pakai celana dulu dong! Hadeeuh mana si otong sudah 'bangun lagi!" omel Ifa melihat Rizky yang masih telanjang.

"Masih pengen nambah kayaknya, Yang." jawab Rizky ringan sambil meninabobokan Fathia. "Princess, kalau sudah besar nanti kamu body kamu jangan kayak ibu ya. Jangan sampai menggoda mata lelaki."

"Ikiiiiy, ngomong apa kamu sama Princess? Kok bawa-bawa nama gue?" teriak Ifa dari dalam kamar mandi.

"Ssstt jangan teriak-teriak, Yang. Nanti Fatih dan Fathan bangun."

"'Ikiiiiy, ini dada gue kenapa banyak tanda begini deh?" omel Ifa. Rizky hanya tersenyum tanpa menjawab.

⭐⭐⭐⭐

Nächstes Kapitel