webnovel

CEMBURU PAKE BANGET

"Baru nyadar ya? Kamu itu drama queen banget yang egois dan kegedean gengsi.... " Ifa langsung melotot mendengar ucapan Rikzy. "Tapi gak tau kenapa aku tetap aja cinta banget sama kamu."

⭐⭐⭐⭐

Sengaja double up nih buat para pembaca setiaku

Semoga bisa mengurangi penasaran kalian ya

Happy reading ❤

"Ky,... kamu nggak ke masjid?" Tiba-tiba terdengar suara bunda Ulfa. Ifa dan Rizky saling berpandangan terkejut.

"Ky... gimana nih? Terciduk nih kita." bisik Ifa panik. Sementara itu ketokan di pintu sudah berubah menjadi gedoran.

"Ky... bangun ky..." Kali ini terdengar suara Amir. "Ayo buruan, nanti kamu terlambat ke masjid. Ayah tunggu kamu di ruang tamu."

Rizky langsung kalang kabut mencari pakaian mereka yang berserakan dimana-mana. Sementara Ifa hanya duduk di tempat tidur sambil setengah mati menahan tawanya.

"Ky, sana buruan mandi. Jangan sampai ayah dan bunda maksa masuk ke kamar ini." bisik Ifa. "Jangan lama-lama mandinya. Nanti ayah curiga."

"Cium dulu."

"Astaga.. bukannya buru-buru malah masih minta cium segala. ya sudah sini buruan." Ifa memberikan kecupan singkat di bibir Rizky lalu mendorong tubuh Rizky untuk masuk ke kamar mandi.

"Ky, nanti pas elo ke masjid gue pulang ke rumah ya. Emak pasti khawatir banget karena gue nggak pulang semalam." ucap Ifa pelan di depan pintu kamar mandi.

Pintu kamar mandi terbuka, Rizky keluar melenggang tanpa sehelai benang pun.

"Kiiy... pakai handuk dong." omel Ifa sambil membuang pandangnya ke arah lain. Ya ampun baru juga dua bulan pisah, kenapa gue jadi malu lihat dia telanjang ya. Kayak pengantin baru ajah. Pengantin baru bunting gede. Hihihihi...🤭

"Hehehe.. sorry. Aku lupa bawa handuk. Kan tadi kamu nyuruh aku buru-buru. Lagian kenapa nggak disiapin? Kamu tuh lucu, sudah 3 tahun kita menikah kok masih malu-malu lihat aku telanjang. Peraaaan tadi malam nggak pakai malu-malu."

"Hehehe gue juga lupa. Itu baju koko dan sarungnya sudah gue siapin."

Baru saja Rizky selesai berpakaian, pintu kamarnya kembali diketok oleh bunda Ulfa.

"Ky, buruan dong. Itu ayahmu sudah mulai ngomel karena kamu lama banget. Sebentar lagi iqomat lho."

Rizky membuka pintu kamar lalu buru-buru menutupnya. Ulfa berusaha mengintip ke dalam kamar namun Rizky menghalangi pandangannya.

"Bunda kenapa sih?" Rizky pura-pura tenang.

"Kok bunda kayak dengar kamu ngobrol ya tadi. Ada siapa sih Ky di dalam? Kamu nyembunyiin cewek ya di dalam? Shania?" tanya Ulfa curiga. "Awas ya kalau kamu sampai nyembunyiin cewek di dalam sana. Bunda nggak suka."

"Kiiy... ayo buruan. Kamu lelet banget sih. Tuh keburu iqomat kan. Ayah pasti nggak kebagian barisan depan." Amir muncul dengan wajah kesal.

"Iky berangkat dulu ya bun. Assalamualaikum." Rizky buru-buru mengikuti Amir keluar rumah.

Sepeninggal Rizky, Ulfa masih berdiri di depan pintu kamar Rizky. Kupingku masih normal kok. Aku tadi benar-benar mendengar Iky bicara dengan seseorang. Apakah Iky berani membawa perempuan ke dalam kamarnya. Waduh, apakah dia segitu nggak bisanya menahan syahwat? Ulfa sibuk dengan pikirannya sendiri. Perlahan di pegangnya handle pintu kamar Iky. Masuk atau nggak ya? Ah, masuk aja deh. Aku nggak mau rumah ini menjadi tempat maksiat.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.... Ulfa membuka pintu kamar. Di tatapnya dengan teliti seluruh sudut kamar. Matanya langsung melihat kondisi tempat tidur yang berantakan. Ulfa menajamkan pendengarannya. Ya Tuhan.... anakku benar-benar membawa perempuan ke kamarnya. Dari dalam kamar mandi terdengar bunyi air mengalir. Ya ampun Ky.. kenapa kamu nggak bisa menahan diri sih. Apa kamu lupa kalau kamu masih punya istri. Memang sih nggak mudah menahan gairah, tapi kan nggak gini juga caranya. 😱😭. Bisa gawat kalau mas Amir mengetahui anaknya berbuat maksiat. Bisa-bisa Iky diusir dari rumah. Lalu aku harus bagaimana? Aku harus sesegera mungkin mengusir perempuan itu. Ulfa memasang wajah garang dan menunggu di depan pintu kamar mandi dengan tangan terlipat di dada.

"Dasar kamu perempuan nggak ben..... Lho, Ifa?! Kamu... kamu habis ngapain di kamar mandinya Iky?... Kalian tadi malam.... Ya tuhan... Ifaaa.. bunda tuh lega banget tau. Bunda pikir Iky bawa perempuan lain. Bunda sudah siap-siap mau ngomel nih."

"Hehehe... Bunda..." Ifa tak tau harus bicara apa. Apalagi saat itu ia hanya memakai bathrobe.

Ulfa menatap penampilan Ifa dan rambutnya yang basah. Senyum Ulfa langsung mengembang. Dipeluknya Ifa dengan erat. Air matanya langsung membanjiri pipinya. Kayak air keran dibuka.

"Ifaaa... bunda kangen kalian. Gimana kabar kamu, nak? Gimana kabar cucu-cucu bunda? Kamu jahat banget. Kamu sudah lupa sama bunda. Kamu nggak pernah main kesini lagi. Bunda kangen pengen ngobrol sama kamu, bunda kangen nonton sinetron dan ngejulidin Iky sama kamu. Kamu sudah nggak sayang bunda ya?"

"'Bun, ngomongnya pelan-pelan dong. Maafin Ifa ya bun, sudah buat bunda sedih. Sekarang Ifa mau shalat terus mau pulang."

"Iya sayang. Bunda pasti maafin kamu. Tapi kenapa kamu harus pulang Fa? Ini kan rumahmu juga. Bunda masih pengen ngobrol sama kamu."

"Ifa nggak enak sama ayah, bun. Ifa malu dengan sikap Ifa selama ini. Mungkin ayah sudah nggak mau punya menantu kayak Ifa."

"Huussh.. kamu nggak boleh mikir kayak gitu sayang."

"Buktinya ayah sudah menyiapkan calon istri baru untuk Iky."

"Ayah melakukan itu karena ayah sangat sayang sama Iky. Ayah nggak mau Iky tersiksa karena tidak mendapatkan kebutuhan biologisnya dari kamu. Ayah juga melakukan itu supaya kalian tidak bercerai. Karena ayah tahu sampai kapanpun Iky nggak akan mau berpisah sama kamu."

"Bunda tahu kalau Iky dan Shania sudah tunangan? Mereka akan menikah setelah Ifa melahirkan."

"'Bunda tau sayang. Bunda sebenarnya nggak setuju dengan ide ayahmu itu. Tapi bunda juga nggak bisa melawan kehendak suami. Apalagi alasan yang ayahmu ajukan cukup masuk di akal. Maafin bunda yang nggak bisa membantu kalian."

⭐⭐⭐⭐

"Bang, bantuin Ifa dong." rengek Ifa kepada Zayyan yang baru pulang dari kantor. Alana yang membawakan tas kerja Zayyan hanya menatap Ifa prihatin.

"Abang sudah malas bantuin kamu. Soalnya kamu tuh orangnya tambeng, egois, susah dikasih tau." Jawab Zayyan sambil membuka dasinya.

"Memangnya abang tega liat gue dimadu?"

"Kalau kelakuan kamu kayak gitu terus, menurut abang lebih baik Rizky punya istri satu lagi. Jadi kalau kamu ngambek kayak waktu itu, dia tetap ada yang urusin."

"Abaaang... Ifa kan sudah bilang kalau Ifa sudah minta maaf dan sudah baikan sama Iky."

"Terlambat Pah. Kalaupun kamu menolak pernikahan mereka, om Amir sudah menyiapkan pengacara untuk mengurus perceraian kalian."

"Terus Ifa harus gimana bang? Ifa nggak mau Iky kawin sama Shania."

"Kenapa baru sekarang? Kenapa nggak dari kemarin-kemarin kamu kembali sama Iky. Kasihan si Iky, harus menahan syahwatnya karena istrinya egois dan kegedean gengsi."

"Bang, memangnya abang nggak bisa ngomong sama babe tentang hal ini? Kasian calon keponakan kamu kalau ibunya stress." ucap Alana berusaha membantu Ifa yang terlihat gusar sekaigus sedih.

"Sayang, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Seorang perempuan sudah dilamar dan dipersiapkan untuk menjadi istrinya Iky. Masa perempuan itu harus berkorban demi adikku yang nyebelin ini." jawab Zayyan sambil membuka kemeja kerjanya. "Abang saranin, kamu terima saja keputusan om Amir. Oh ya, kamu mau liat abang ganti baju? Keluar gih."

"Abang jahat!" Ifa menghentakkan kakinya kesal dan keluar kamar sambil membanting pintu.

"Bang, beneran abang nggak mau bantu Ipah?"

"Biar aja dia dapat pelajaran kali ini. Biar dia nggak seenaknya mempermainkan pernikahan. Biar dia bisa lebih dewasa. Sudah mau jadi ibu kok bawaannya mutung, masih minta dikasih kebebasan. Sahabat kamu tuh aneh."

"Itu kan adiknya bang Zayyan." celetuk Alana sambil mengumpulkan pakaian kotor suaminya.

"Abang bingung. Dia sudah lama berteman sama kamu, tapi kenapa dia nggak ketularan sedikit saja sifat kamu. Yang ada malah kamu yang ketularan koplaknya Ifa."

"Tapi abang tetap sayang sama Alana kan walau Alana koplak kayak Ifa."

"Tapi kalau kamu berani bersikap seperti Ifa, abang bakal kawin lagi nih."

"Idiih... bang Zayyan kok gitu sih? Benar kata Ifa, bang Zayyan tega. Pokoknya nanti malam abang nggak dapat jatah. Peluk aja tuh guling.

"Lho, kamu kok jadi ikutan ngambek. Jangan gitu dong sayang. Masak pengantin baru nggak dapat jatah." Zayyan berusaha merayu Alana yang mulai ngamek. "Abang nggak berani menjanjikan apapun ke kamu, sayang. Aku nggak mau kejadian yang melanda rumah tangga Ifa terjadi pada rumah tangga kita. Abang cuma bisa bilang, abang akan mengusahakan yang terbaik untuk pernikahan kita."

⭐⭐⭐⭐

"Bagaimana? Apakah akan dilanjutkan?"

"Sedikit lagi. Biar semuanya lebih pasti dan tidak akan terulang lagi."

"Tapi apakah ini tidak membahayakan?"

"Tinggal sentuhan akhir. Setelah itu insyaa Allah semua akan beres."

"Semoga ini ada hikmahnya.

⭐⭐⭐⭐

"Mas, besok sore temani saya cari kebaya yuk."

"Tolong, kalau di kantor panggil saya dengan sebutan Bapak, bukan Mas."

"Tapi mas kan bukan bapak saya. Jadi nggak mungkin dong saya panggil bapak."

"Tolong jangan aneh-aneh. Cukup satu orang saja yang aneh. Sekali lagi saya ingatkan kamu jangan panggil saya Mas. Bersikaplah profesional." Baru saja Rizky selesai bicara, tiba-tiba Ifa masuk dengan wajah sumringah. Di tangannya terlihat ada kotal bekal makan siang. Di belakangnya ada Fendy yang setia membantu membawakan barang-barang Ifa, saat dia berkunjung ke kantor. Seperti saat ini. Di tangannya terlihat plastik besar.

"Assalaamu'alaikum. Halo sayang. Aku nggak ganggu kamu, kan?" tanya Ifa manis kepada Rizky sehingga membuat Rizky mengerutkan kening. Kesambet jin mana lagi nih bini gue, tiba-tiba jadi manis begini.

"Wa'alaikumussalaam," jawab Rizky dan Shania berbarengan. Rizky langsung bangkit menghampiri dan memeluk Ifa. Sesuatu yang tak pernah ia lakukan dihadapan anak buahnya. "Lho, kamu ngapain ke sini sayang? Kamu itu harus banyak istirahat. Nanti kaki kamu bengkak lho."

"Nggak ada apa-apa. Cuma kangen saja sama kamu." jawaban yang mampu membuat hati Rizky berbunga-bunga. "Sekalian aku bawain makan siang kamu dan tuh ada salad buah buatan Rendy."

"Terima kasih sayang. Oh iya, Shania tolong bantu ibu membagikan salad buah itu kepada yang lainnya." perintah Rizky kepada Shania yang dari tadi hanya diam memperhatikan. "Fendy, kamu bantu Shania. Sekarang silahkan kalian berdua keluar dari ruangan saya."

"Makasih ya Fen untuk bantuannya. Oh iya, kemarin Moya nanyain kenapa kamu nggak main ke resto."

"Eh maaf bu, saya khawatir kalau datang kesana."

"Khawatir kenapa?"

"Khawatir pengen ajak Moya buru-buru nikah," jawab Efendy sambil tersenyum malu. "Suka takut nggak bisa menahan pandangan dan syahwat bu."

"Ya sudah, kamu ajakin Moya nikah saja. Dia anaknya baik kok, shalihah dan berasal dari keluarga baik."

"Itulah bu, saya merasa nggak pantas menikahi dia. Masa sih seorang lulusan D3 menikah sama security kayak saya. Level saya jauh di bawah dia."

"Level apaan? Level game? Sudah deh, nggak usah ragu. Saran saya, kamu gas poll si Moya sebelum dia dilamar sama Bio, security di resto."

"Ehem.. kamu kesini mau ketemu aku atau mau ngobrol sama Fendy?" tegur Rizky. "Fen, kamu boleh kembali ke pos."

"Oh, maaf pak. Saya jadi keenakan ngobrol sama ibu. Saya ijin keluar dulu. Ayo mbak Sha, kita bagiin salad buah ini. Saya nggak enak lama-lama ninggalin pos saya. Permisi pak, bu."

"Kamu akrab banget sama si Fendy. Ada proyek apa kamu sama dia?" Rizky memeluk bahu Ifa yang duduk disampingnya. "Kamu tadi ke resto sama siapa? Jangan nyetir sendiri."

"Nggak kok sayang. Tadi aku diantar sama pak Edi dan bunda."

"Bunda?" Ifa mengangguk.

"Iya sekalian bunda mau pergi pengajian teman-teman SMAnya. Oh iya, kamu pasti belum makan kan?" Ifa langsung membuka kotak bekal yang dibawanya. "Tadi Rendy yang khusus masakin ini buat kamu."

"Kenapa Rendy? Memangnya chef kamu yang lain nggak bisa?" tanya Rizky cemburu.

"Nggak usah cemburu gitu ah. Ini dia baru berhasil membuat makanan tradisional ini. Sudah deh nggak usah ribut. Sini aku suapin" Ifa mulai menyendokkan makanan ke mulut Rizky. "Yang, besok kita jadwal periksa ya."

"Lho, ini kan belum sebulan sayang." Rizky memperhatikan kalender yang ada di ponselnya. "Oh iya, jadwal kamu sekarang dua mingguan ya. Bagaimana, perutnya. Nggak ada kontraksi palsu kan?" Rizky mengelus perut Ifa yang semakin membulat.

"Besok kamu nggak bisa ya?" Ifa terlihat mulai merajuk. Membuat Rizky merasa gemas dan ingin menciumnya.

"Duh, jangan pasang muka kayak begitu dong. Bikin aku gemas, deh. Aku bisa kok temani kamu ke dokter." Baru selesai bicara, tiba-tiba Shania masuk ke dalam ruangan.

"Mas, besok kan kamu mau menemaniku mencari kebaya." ucapnya dengan wajah kecewa. Namun Rizky tak pedulikan hal itu. "Pernikahanku kan sebentar lagi. Tuh kehamilan mbak Ifa aja sudah masuk 8 bulan."

"Maaf, aku nggak bisa menemani kamu mencari kebaya. Kamu cari aja sendiri." sahut Rizky dengan wajah dingin.

"Tapi mas..."

"Kamu itu belum jadi istrinya. Dan mungkin juga akan batal jadi istrinya. Jadi, nggak usah panggil pake sebutan mas, bisa?"

"Tapi mbak..."

"Tidak ada tapi. Dia bukan suami kamu dan juga bukan kakak kamu. Jadi tolong tidak usah sok manja-manjaan memanggil dia dengan panggilan mas. Oh iya satu lagi, tolong panggil saya dengan sebutan ibu, bukan mbak. Ngerti kamu?" ujar Ifa manis tapi dengan nada tajam, setajam golok. Mau pake silet takut dibilang niru kak Fenny Rose😄.

"Ibu cemburu?" tanya Shania dengan wajah polos. "Cemburu aja atau cemburu banget?"

"Kamu kepo? Kepo aja atau kepo pake banget?" Ifa balik bertanya. "Kalau saya bilang saya cemburu pake banget kamu mau apa?"

"Ya nggak mau apa-apa bu. Senang aja dengarnya. Saya permisi dulu, pak, bu." Shania keluar ruangan sambil tersenyum simpul. Meninggalkan sepasang suami istri itu dalam kebingungan.

⭐⭐⭐⭐

Nächstes Kapitel