webnovel

IFA SIDANG

Happy reading💜

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Besok Ifa akan sidang skripsi. Ifa sudah mulai stress. Bolak-balik mencoba baju. Pakai lagi, lepas lagi. Rizky yang sedang sibuk dengan laptopnya mulai merasa terganggu.

"Yang, kamu ngapain sih? Sudahlah santai saja."

"Mana bisa santai, beb. Besok itu penentuan masa depan gue." sahut Ifa agak sengit.

Rizky meletakkan laptopnya dan mendekati istrinya. Dipeluknya Ifa dari belakang.

"Jangan stress. Kamu lupa kalau kamu lagi menjalani program? Ingat kata-kata Encing Husna kalau kamu nggak boleh stress apapun alasannya kalau kamu mau program itu berhasil."

"Yaelah, Encing Husna sih pake maksain mulai program dua bulan lalu. Kan rencana awal kita mau mulai program setelah gue lulus." Omel Ifa sambil bersandar di dada suaminya

"Nggak usah nyalahin Encing Husna. Kan sudah kesepakatan bersama. Saat itu kondisi kamu paling bagus buat melaksanakan program."

Ya, memasuki tahun ketiga pernikahan mereka sepakat mencoba program bayi tabung setelah sebelumnya menjalani terapi kesuburan. Ini merupakan ikhtiar mereka untuk memiliki anak. Sebenarnya Ifa masih belum siap sepenuhnya mengingat skrpsinya saat itu belum selesai. Namun Encing Husna mengatakan bahwa dua bulan lalu Ifa berada dalam kondisi prima. Akhirnya mereka menyetujui hal tersebut.

"Aku yakin, sidang besok akan berjalan lancar. Selain rajin diskusi dengan dosen pembimbing, kamu kan juga disupport oleh suamimu dan Athar yang memang pintar. Dan jangan lupa doa dari semuanya. Percaya deh, insyaa Allah besok kamu pasti bisa. Lagipula masa depan kamu bukan ditentukan besok kok. Masa depan kamu adalah AKU dan CALON ANAK yang nanti akan hadir di antara kita." Rizky mengusap perut Ifa yang masih rata sambil mengecup pipi.

"Uuh... so sweet banget sih suami gue ini." Ifa berbalik menghadap Rizky dan mengecup bibirnya. "Besok elo datang nggak?"

"Kamu mau aku temani?" Rizky balik bertanya.

"Gitu aja kok pake nanya." Ifa pura-pura merajuk. "Atau gue minta si Ruben yang nemenin? Dulu elo kan juga ditemani sama Neena."

"Masih cemburu sama Neena?" Rizky mengecup pucuk hidung Ifa yang dijawab dengan anggukan dan wajah cemberut. "Senang banget dicemburui oleh seorang Akifah."

"Memang kamu nggak cemburu kalau besok aku sidang ditemani Ruben atau Fadhil?"

"Harus ya ditanya?" Rizky balik bertanya. Kali ini ganti wajahnya yang cemberut. Ifa terkekeh geli melihatnya.

"Tau gak kalo muka lo tuh jelek banget kalau lagi cemberut." ledek Ifa sambil menangkup wajah suaminya. "Tapi biar elo jelek, gw kok suka ya."

"Cuma suka? Nggak cinta?"

"Hmm.. gimana yaaa... " Ifa pura-pura berpikir keras. "Kayaknya cinta."

"Cuma kayaknya?" Rizky melepaskan pelukannya dan kembali ke tempat tidur. Wajahnya benar-benar tak bersahabat. Sambil terkekeh Ifa mendekati suaminya dan langsung melumat bibirnya. Rizki awalnya terkejut namun tak lama langsung membalas ciuman tersebut.

"Masih tanya suka atau cinta?" tanya Ifa setelah mereka selesai berciuman. "Gue bakal semangat banget kalau nanti saat sidang ditunggui oleh suami tercinta."

"Siap Nyonya Rizky! Aku akan bilang sama om Ridwan kalau besok aku ijin nggak ke kantor karena mau menemani istri tercinta sidang."

"Terima kasih sayang. Malam ini gue mau tidur cepat biar besok pagi segar bangunnya." Ifa bersiap-siap tidur.

"Jadi malam ini nggak ada jatah nih? Biar besok segar tubuh butuh di 'charge' lho." Rizky mulai melancarkan aksi mesumnya. Ia mulai mengecup leher jenjang Ifa dan tangannya mulai nakal, tapi bukannya dapat jatah Ifa malah menaruh guling di antara mereka.

"Yang, besok aja habis sidang. Kalau di charge sekarang, bukannya segar tapi malah capek. Elo kan nggak cukup hanya sekali. Gue benar-benar butuh tidur."

"Janji cuma sekali, yang." bujuk Rizky namun tak diperdulikan oleh Ifa. Tak lama terdengar nafas Ifa yang mulai teratur. "Yeee.. dia malah tidur. Beneran gak dapat jatah nih gue. Apes banget dah. Sabar ya tong. Nyonya lo lagi nggak bisa diganggu."

⭐⭐⭐⭐

Suasana di depan ruang sidang terasa menegangkan. Di dalam Ifa sedang memperjuangkan skripsinya. Rizky, Meta dan Alana yang menemani dari pagi mulai gelisah. Sudah satu jam tiga puluh menit Ifa berada di dalam sana. Rizky yang sudah siap dengan bunga dan buket coklat berjalan mondar-mandir. Meta dan Alana terlihat lebih tenang, walau wajah mereka juga terlihat sedikit tegang.

"Ky, jangan mondar mandir mulu kenapa?" protes Meta. "Pusing gue ngeliatnya. Elo kayak kucing mau beranak."

"Lama banget sih di dalam. Biasanya nggak selama ini kan. Gue aja waktu itu cuma 45 menit beres."

"Isi skripsi lo terlalu dangkal dan nggak menarik sih, jadi dosennya bingung mau nanya apa lagi sama elo." ledek Meta.

"Sialan lo. Guenya aja yang terlalu pintar membuat para dosen mati kutu. Perasaan Ifa juga pintar, tapi kenapa lama banget. Kena bantai nih anak."

Dari kejauhan mereka melihat Cilla dan Athar yang jalan terburu-buru. Wajah Athar terlihat khawatir karena istri tercintanya seolah ingin lari, padahal perutnya sudah mulai gendut akibat hamil 6 bulan.

"Yang, jalannya pelan-pelan dong. Kamu kan lagi hamil, bukan bawa drumband."

"Bang Athar yang jalannya lelet. Nanti kalau Ipah keburu keluar kan nggak seru. Cilla maunya pas Ipah keluar ruang sidang ada kita semua siap mengucapkan selamat buat dia. Ayo dong bang, buruan jalannya." Tanpa protes Athar mengikuti istrinya. Dasar bumil, susah banget dikasih tau, omel Athar dalam hati.

"Gimana Met, Al, Ky? Sudah beres? Mana si Ipah. Kok belum keliatan?" tanya Cilla sambil celingukan mencari sahabatnya. "Onit mana? Katanya dia mau datang sama bang Aldi."

"Tadi Onit WA, kasih tau kalau dia nggak bisa ijin. Lagi tutup buku hari ini. Bang Aldi juga kebetulan hari ini harus mendampingi pasiennya operasi." jawab Alana.

Baru saja Alana selesai bicara, pintu ruang sidang terbuka dan Ifa keluar dengan muka sedih. Yang lain terkejut melihatnya. Cilla malah langsung menangis melihat sahabatnya sedih. Rizky langsung memeluk istrinya. Bunga dan coklat yang sudah disiapkan jatuh begitu saja di lantai.

"Sabar ya, Pah. Nggak papa, elo bisa ulang sidangnya bareng gue," ucap Cilla.

"Iya, Pah. Cilla dan gue kan juga belum sidang. Mungkin elo memang harus sidang bareng kita."

Rizky tak banyak bicara. Ia hanya memeluk tubuh istrinya yang sedari tadi terguncang. Ya Allah, semoga Ifa bisa kuat dan tidak stress. Semoga bayinya bisa bertahan. Tanpa terasa matanya berkaca-kaca, ikut merasakan kesedihan sang istri.

"Sudahlah sayang, gagal sidang bukan berarti masa depan kamu berantakan. Ingat ucapanku tadi malam. Masa depan kamu itu AKU dan ANAK-ANAK KITA."

"Kata siapa gue gagal? Gue itu sedih karena gue bakal pisah dengan bapak ibu dosen yang baik-baik. Gue nggak bisa lagi gangguin pak Bayu. Gue nggak bisa lagi ngerumpi sama bu Sonya. Dan gue sedih banget nggak bisa sering-sering jajan di kantin kampus dengan mie ayamnya yang yahud itu."

"Lho, jadi elo lulus?!" tanya yang lain serempak. Ifa mengangguk sambil tersenyum lebar. Sontak semuanya bersorak gembira sehingga membuat mahasiswa lain geleng kepala melihat tingkah mereka.

Rizky bergegas mengambil hadiah yang sudah ia siapkan dan memberikannya kepada sang istri tercinta. Ifa menerimanya dengan senang hati dan mengecup sekilas bibir Rizky. Saat sang suami hendak menciumnya lebih lama, Ifa mendorong tubuh sang suami.

"Kenapa?"

"Malu sama mahasiswa lain." jawab Ifa sambil menunduk. Rizky jadi gemas melihatnya. Bukannya menuruti istrinya, ia malah dengan sengaja menarik tubuh Ifa hingga menempel dengannya. Satu tangannya menahan tengkuk Ifa dan satu tangan lagi merengkuh pinggang Ifa. Lalu ia mencium bibir sang istri, dengan ciuman lembut dan dalam. Tentu saja aksi keduanya menjadi tontonan orang-orang yang ada disekitar situ. Mereka bersorak seakan menyemangati Rizky. Bahkan ada yang memvideokan adegan tersebut. Ifa yang tadinya menolak lama kelamaan ikut terhanyut dengan ciuman sang suami.

"Selamat ya sayang. Tugasmu sebagai mahasiswa sudah selesai." bisik Rizky dengan nafas menderu saat keduanya selesai berciuman.

"Terima kasih karena sudah bersedia mendampingi dan mengajari gue. Kini gue siap lahir batin memberikan keturunan buat elo." jawab Ifa sambil sekali lagi mengecup singkat bibir sang suami.

"Aaaah... so sweet..." jerit Cilla, Alana dan Meta bersamaan. Bahkan Cilla sampai melompat-lompat melihat keuwuan di antara dua insan tersebut. Athar hanya bisa geleng kepala sekaligus khawatir melihat tingkah istrinya.

"Hati-hati sayang. Ingat, kamu lagi hamil." ucap Athar mengingatkan.

"Oh iya, lupa. Soalnya aku bahagia banget karena sahabatku sudah lulus dan siap punya anak." sahut Cilla terengah-engah. Athar dengan lembut mengelus-elus punggung dan perut Cilla.

"Tuh kan, kamunya jadi capek. Ingat dong di dalam perut kamu ada dedek bayi. Kasihan kalau kamu lompat-lompat begitu, dedek bayinya juga terguncang." Athar kembali mengingatkan dengan lembut. Duuh jadi gemes deh liat keuwuan mereka berdua🥰

"Kalau Cilla capek kan ada bang Athar yang nanti pijetin Cilla," sahut Cilla genit sambil kedip-kedip mata kayak orang cacingan😄. "Lagipula dedek bayi senang kok diajak lompat-lompat. Kayak naik roller-coaster."

Athar tidak mau mendebat Cilla. Percuma mendebat bumil, nggak akan pernah menang. Daripada Cilla ngambek dan nanti malam tidur dikasih punggung, mendingan di-iya-in aja deh ucapan Cilla.

"Akhirnya satu persatu dari kita lulus. Tinggal Meta dan Cilla nih yang insyaa Allah bulan depan akan sidang." ucap Alana penuh syukur. Saat itu mereka berkumpul di resto milik Alana dan Ifa. Ya, sejak setahun yang lalu mereka berdua berkolaborasi menggabungkan kemahiran mereka menjadi bisnis resto dan cafe. Keputusan itu diambil karena Rizky dan Zayyan tidak mau istri dan calon istri mereka bekerja di kantor.

"Alhamdulillah banget, Al. Semua ini berkat dukungan kalian semua," sahut Ifa yang duduk berdampingan dengan Rizky yang sedari tadi terus memeluk bahunya.

"Doain ya guys, promil Ifa dan gue berhasil." ucap Rizky sambil menyesap ice coffee lattenya.

"Oh ya?! Kalian berdua sudah mulai program hamil? Kapan mulainya? Pakai program apa? Ke Encing Husna? Kok kalian nggak cerita-cerita sih?" Meta memberondong mereka dengan pertanyaan seperti reporter tanpa media.

"Nyet, kalau nanya tuh satu-satu. Bingung kita jawabnya." jawab Rizky sambil menyentil kening Meta yang duduk di hadapannya.

"Ouch.. sakit sapi!!" omel Meta sambil mengusap-usap keningnya yang sedikit memerah.

"Ky, jangan gitulah sama Meta. Jelek-jelek gitu dia kan saudara lo," ucap Ifa membela sekaligus menjatuhkan Meta.

"Yaelah Paaaah... elo mah belain gue sekalian nyela gue. Sakit tau Pah.. sakiiit...!! Mentang-mentang gw nggak ada yang belain, kalian kompak ya nge-bully gue. Liat aja, gue laporin ke Guntur lho." Meta masih mengomel.

"Cieee... tumben sensi Nyet. Lagi PMS ya. Bercanda Nyet.. bercanda.." ledek Rizky.

"Kalian mah demen banget ngebully gue."

"Masih ngambek nggak kalau gue kasih elo cheesecake gratis?" tanya Ifa. Dia tau banget kalau Meta akan luluh dengan makanan enak. Untunglah badan Meta nggak obesitas. 😉

"Beneran nih? Plus chocolate cake nya ya?" Ifa mengiyakan kemudian menyuruh anak buahnya menyajikan kue-kue tersebut buat Meta. Tentunya dengan porsi yang melebihi porsi normal. Nggak papalah, demi sahabat sekaligus saudara.

"Yang, tadi kenapa sidangnya lama banget? Kamu dibantai sama dosen penguji?"

"Nggak, sidangnya mah cuma 45 menitan. Sisanya ngobrol sama dosen-dosen. Mereka itu kan pelanggan gue. Jadi tadi setelah dikasih tahu kalau sidang gue berhasil, kita ngebahas masalah bisnis resto ini. Mereka tertarik untuk menyewa resto ini kalau seandainya mereka mau meeting atau mau adain acara keluarga. Jadi tadi gue promosiin dulu resto ini. Gimana nggak lama, mereka nanyanya detail banget. Lebih detail daripada sidang skripsi."

"Oalaaaah.. kita pikir elo dibantai habis." Yang lain tertawa mendengar cerita Ifa.

"Memang nggak salah gue pilih elo jadi partner, Pah. Marketing lo mantap banget. Semoga bisnis kita lancar terus ya." ucap Alana yang diaminkan oleh yang lain.

⭐⭐⭐⭐

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Moci_phoenixcreators' thoughts
Nächstes Kapitel