Tanpa pikir panjang Yi Baoyin Lang melesat mengejar gadis baju merah.
"Xiu Juan tunggu di sini!! Aku mau mengikuti mereka!!"
"Tapi kita harus segera ke kediaman Tianshi Emo!!"
Fengying tak mengacuhkan kata-kata Xiu Juan, lantas ia melesat. Baru beberapa saat, Fengying kembali lagi ke tempat itu.
"Cepat sekali larinya gadis itu. Gerombolan itu juga tak berhasil menemukannya," ujar Fengying memberitahu. Melihat wajah Xiu Juan yang penuh tanda tanya, Fengying melanjutkan.
"Kita tunda dulu keberangkatan kita. Nanti di penginapan akan aku jelaskan alasanku."
Xiu Juan mengangguk. Kemudian keduanya berjalan mencari penginapan. Sesampainya di penginapan, Fengying menjelaskan alasannya menunda keberangkatan ke kediaman Tianshi Emo.
"Jadi menurutmu ada bahaya yang mengancam Kerajaan Song?" tanya Xiu Juan setelah mendengar penjelasan Fengying.
"Begitulah. Setelah mendengar pembicaraan di kedai dan melihat kemunculan anggota Hong Jin Paidui, makin menguatkan keyakinanku."
"Maksudmu Hong Jin Paidui ada di balik pembunuhan Tien Zhang dan Petinggi Lao Chen?"
Fengying mengangguk, lalu melanjutkan, "Hong Jin Paidui adalah partai golongan hitam yang dipimpin oleh seorang perempuan sakti berjuluk Xue Yue Nuwang. Partai itu kekejiannya tak terukur. Mereka tega berbuat apa saja demi tujuan mereka. Aku pernah melihat dua desa menjadi korban mereka. Semuanya tewas mengenaskan, termasuk anak-anak dan perempuan. Ada yang ususnya terjurai, ada yang kepalanya terpotong tiga, macam-macam. Yang jelas mereka kejam sekali."
Xiu Juan bergidik sekaligus geram mendengar kekejian Hong Jin Paidui. Tapi ia melihat satu kejadian janggal. "Kalau memang katamu mereka kejam, lantas kenapa gadis tadi tidak membunuh Yi Baoyin Lang, padahal ilmunya jauh di atas mereka?"
"Kalaupun perempuan tadi tidak menghabisi Yi Baoyin Lang, aku yakin karena ia tak ingin keberadaan Hong Jin Paidui terbongkar. Bisa-bisa pembunuhan Tien Zhang dan Petinggi Lao Chen dituduhkan pada mereka sehingga bisa membuyarkan rencana yang telah mereka susun."
Kata-kata Fengying memang masuk akal. Pantas saja gadis tadi menghindari pertempuran. Padahal kalau ia mau, bisa dengan mudah menghabisi nyawa gerombolan itu.
"Aku rasa kalau kita bisa meringkus Xue Yue Nuwang, maka kejadian yang tidak kita harapkan akan dapat dicegah. Waktu kita memang tidak banyak, tapi aku yakin masih cukup untuk menguak tabir Hong Jin Paidui."
"Kita masih terluka parah. Bagaimana mungkin menghadapi mereka?"
Mendengar kalimat yang meluncur dari mulut Xiu Juan, Fengying tersenyum. "Jangan takut kalau kita benar Xiu Juan. Kebatilan akan selalu dikalahkan oleh kebajikan. Baiklah, nanti malam aku mau mencari tahu mengenai Hong Jin Paidui. Sebaiknya kamu tidak usah ikut."
"Kita harus pergi bersama. Dengan luka yang kamu derita. Jelas tidak mungkin kamu sanggup menghadapi pendekar berilmu tinggi. Kamu pasti ingat ketika melawan Mogui De Gujia? Kalau kita tidak melawannya bersama, mungkin kini jasad kita sudah dimakan burung gagak di sekitar Goa Tengkorak. Memang nanti kita hanya menyelidiki, tapi bisa saja kita dihadang pendekar berilmu tinggi."
Kata-kata Xiu Juan memang benar. Tetapi sebetulnya dari pembicaraan mereka, tersirat bahwa keduanya saling mengkhawatirkan keselamatan satu sama lain. Perasaan saling mengagumi dan kebersamaan mereka selama ini menimbulkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Pada malam harinya. Di dalam sebuah istana pualam. Tampak seorang gadis berwajah manis berbaju merah mengayunkan kakinya yang jenjang, berjalan melewati koridor pualam. Di kedua sisi koridor, berbaris belasan wanita cantik mengenakan pakaian merah dan berkerudung. Belasan wanita cantik merunduk ketika gadis itu berjalan melewati mereka. Sepertinya gadis berbaju merah cukup disegani di tempat itu. Setelah belasan langkah, gadis jangkung berkulit sawo matang menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari batu pualam. Ia melihat seorang gadis berwajah ayu telah menunggunya di sana. Wajahnya yang lonjong dibingkai rambut panjang lurus berwarna kemerahan. Selain memiliki mata yang indah, hidung mancung dan bibir merah tebal, gadis itu juga memiliki tubuh yang sintal. Payudara besar gadis itu mendesak baju merahnya yang ketat dan tipis. Gadis itu memiliki tinggi rata-rata perempuan kebanyakan, tetapi dibandingkan gadis sawo matang, tingginya belum seberapa. Gadis itu tak lain adalah orang yang telah merenggut nyawa Tien Zhang.
"Ming Mei, guru telah menunggu kita di dalam."
"Baik Kakak Bao Yu."
Kemudian dua orang gadis menawan memasuki ruangan di balik pintu pualam. Ruangan itu besar sekali. Selain dinding-dinding pualam, terdapat berbagai macam hiasan yang terbuat dari emas tertata apik di ruangan itu. Di kanan kiri, belasan wanita berbaju merah berdiri dengan tombak di tangan. Di ujung ruangan, berdiri sebuah ranjang emas bertahta berlian. Di atasnya terdapat dua orang yang sedang asyik bersenggama. Salah seorang di antaranya adalah seorang wanita. Wajah wanita itu berbentuk oval. Matanya lebar dan memiliki bulu mata lentik. Hidungnya yang mancung berpadu dengan bibirnya yang merah dan tebal. Pantatnya yang molek bergerak naik turun sambil menunggangi dan membelakangi seorang pria. Rambutnya yang panjang dan berwarna merah melambai-lambai mengikuti gerakan tubuhnya. Wanita itu tak lain adalah Xue Yue Nuwang (Ratu Rembulan Merah) yang kecantikannya tersohor di seluruh pelosok negeri. Kecantikan Xue Yue Nuwang hanya bisa ditandingi Yueliang Gongzhu dan Xiu Juan. Pendekar wanita dari golongan hitam itu memiliki ilmu kanuragan tinggi. Sama seperti Xingguang Zhao dan Mogui De Gujia, kesaktiannya dapat meningkat dengan melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya.
Melihat sang ratu sedang melakukan ritual, Bao Yu dan Ming Mei tak berani mengganggu. Mereka hanya berdiri memandangi sang ratu bergerak. Setelah beberapa saat, terdengar suara laki-laki berteriak lalu tewas mengenaskan. Xue Yue Nuwang kemudian bangkit seraya memberi perintah kepada muridnya.
"Aku tak puas dibuatnya. Ilmunya cetek! Beri makan mayatnya pada buaya!!" Setelah berkata demikian. Matanya memandang tajam pada dua orang muridnya. "Bao Yu, Ming Mei! Apakah kalian tahu maksudku memanggil kalian?"
"Ampun Guru. Mohon petunjuk Guru," jawab Bao Yu dan Ming Mei serentak. Xue Yue Nuwang kepalanya menengadah menatap jendela.
"Kalian tahu? Apa yang selama ini kita rencanakan adalah demi sebuah tujuan besar."
Kata-kata sang ratu bergema di ruangan itu. Kakinya melangkah mendekati sebuah lukisan yang tergantung di salah satu dinding. Di dalamnya terdapat gambar seorang wanita cantik berparas ayu berambut hitam lurus dan panjang.
"Bertahun-tahun nenek guru kalian mengabdi pada Kerajaan Song. Namun justru kerajaan itu mengkhianatinya. Begitu dianggap sudah tidak berguna, beliau dibuang seperti sampah!! Diperkosa oleh Tien Zhang dan Lao Chen!! Hingga akhirnya beliau melarikan diri ke hutan ini, memperdalam kanuragan, lalu mendirikan Hong Jin Paidui. Semua itu beliau lakukan demi satu tujuan!!! Membuat Kerajaan Song rata dengan tanah!!"
***