webnovel

Anak Bawang

"Eh? Hai... nyariin aku? Gimana-gimana?". Sahut Jeka ramah eh ralat manis banget, tapi dimata Unaya sih kelihatan sok manis. Dih... Jeka tobat jadi berandal sekolah terus sekarang berubah jadi buaya buntung kali ya?

"Aku? Dihh... najis!". Gerutu Unaya dengan wajah sewot. Ngomongnya pakai volume kecil banget tapi tetep aja radar duo cumi ini cepet banget nangkap suara-suara hati yang patah.

"Saya mencium aroma-aroma...". Victor berlagak mengendus kesekitar. Unaya dan Jimi sontak mencium tubuh mereka, takut-takut badannya bau.

"Aroma apaan? Kentut?". Tanya Jimi bingung.

"Yang ini aromanya lebih menyengat daripada aroma kentut". Kata Victor sok misterius.

"Apaan tuh?".

"Tentu saja aroma hati yang terbakar api cemburu... Eaaaakkk!!!". Unaya memutar bola mata malas, sementara itu Victor dan Jimi saling tos. Yaleah udah bertahun-tahun lamanya otak mereka ternyata belum di-upgrade.

"Berisik! Tuh cewek siapa? Doi-nya si Jeka?". Bisik Unaya pada duo cumi. Sementara itu yang jadi bahan ghibah masih ngobrol asyik dengan gadis yang belum Unaya ketahui identitasnya. Sumpah deh baru kali ini Unaya merasa insecure setelah jadi selebgram. Biasanya dimana pun ia berada, dunia seakan berpusat padanya. Namun kali ini beda, dan Unaya semakin penasaran pada sosok gadis yang dengan mudahnya mampu membuat Jeka tertawa lepas.

"Hih! Yang bertugas buat bikin Jeka bahagia itu gue!". Batin Unaya dongkol.

"Aukkk... tanya aja tuh sama yang bersangkutan". Dan jawaban Jimi yang mengambang sukses membuat Unaya semakin dongkol.

"Ini aku cuma mau konfirmasi aja, emang bener kamu ada apa-apa sama Una Frozen? Kok bisa anak jurnalis kampus dapet foto-foto ini". Ujar gadis cantik bernama Juwita Maharani itu. The most beautiful face in The Campus tentu saja. Jeka menarik sebelah alisnya sebelum merapatkan diri pada Juwi, ikut menatap foto-foto yang ada di kamera. Perasaan tadi foto yang dari kamera Yuna udah dihapus, kok masih ada aja. Begitulah batin Jeka.

"Emang ya lambe turah tuh dimana-mana ada aja kelakuan. Tadi aku mergokin Yuna yang mau bikin artikel aneh-aneh dan gak berbobot. Lagian kamu nyuruh anak-anak jurnalis bikin artikel yang menggemparkan tuh buat apa? Hmmm...". Omel Jeka tapi tidak kelihatan seperti tengah mengomel. Malahan ketawa-tawa bareng Juwi berasa gak ada orang lain disekitar mereka. Padahal tadi Yuna dimaki-maki lumayan kasar, hmmmm sekarang Unaya percaya kalau keadilan sosial bagi kaum good looking memang benar adanya.

Kata orang yang putus asa dan insecure, orang good looking setengah masalah hidupnya terangkat, semuanya serba mudah. Ya memang sih Unaya juga merasakan kok privilage-nya jadi orang cantik. Tapi kan gak selalu bisa diukur dari hal itu, jadi cantik juga ada perjuangannya kali. Dan jadi orang good looking tapi gak smart juga sama aja. Jadi intinya good looking dan smart tuh ada distrata yang sama. Tinggal mau jadi yang mana. Seenggaknya kalau kamu gak good looking ya smart dikit lah. Biar gak jadi beban negara, peace canda :)

"Dihhh... mana ada aku nyuruh kayak gitu. Emang Yuna aja orangnya yang suka ngasih bumbu kalau nulis artikel...". Sahut Juwi sembari memukul pundak Jeka pelan. Mata gadis itu tak sengaja beradu tatap dengan Unaya yang terlihat memelas.

"Eh? Hai... kamu Una Frozen bukan sih? Loh kamu beneran ada disini sama Jeka? Aku kira foto tadi editan. Kok kamu gak bilang-bilang sih Jek?". Juwi orangnya ramah banget bikin Unaya jadi merasa tidak enak karena sudah punya niatan untuk mengibarkan bendera perang pada gadis itu. Alhasil yang bisa Unaya  lakukan hanyalah tersenyum kikuk.

"Hai... iya gue- eh maksudnya aku Unaya, kembarannya Jeka. Salam kenal". Juwi langsung menyalami tangan Unaya. Jelas lah Juwi bersikap  ramah selain karena ia memang baik hati, juga kesempatan emas karena dapat bahan untuk membuat artikel tentang sosok Una Frozen. Secara Unaya memang lagi digandrungi para remaja saat ini, bak idol KPOP yang tengah naik daun. Dimana-mana foto Unaya terpampang nyata, bahkan sampai dibungkusan nasi kucing juga ada.

"Kembaran? Seriously? Wow...". Pekik Juwi sembari menutup mulutnya karena shock.

"Sumpah Jeka parah banget gak pernah cerita kalau punya kembaran secantik ini. Kamu anggep hubungan kita apaan sih Jek?". Protes Juwi. Wait, wait hubungan kita? Asli deh omongan Juwi maknanya ambigu gitu, ini sukses bikin Unaya overthinking.

"Hehe. Ya gitu lah, Unaya tuh gak suka kalau kehidupan pribadinya diumbar-umbar. Yang penting sekarang orang-orang udah pada tahu". Sahut Jeka santai. Pemuda itu merangkul bahu Unaya yang membuat siempunya tersenyum kecut. Yang tadinya berbunga-bunga karena bisa skinship sama Jeka lagi mendadak jadi jijik.

"Gue kangen banget sama lo". Ucapan Jeka di koridor kampus tadi tiba-tiba terngiang ditelinganya.

HALAH PREETTTT!!! DASAR BUAYA BUNTUNG!!!

Dilepaskannya rangkulan Jeka kemudian menatap Juwi lurus-lurus.

"Kalau kamu siapa?". Tanya Unaya langsung.

"Nama aku Juwita Maharani. Kalau gak tahu siapa aku, silahkan cek di Google". Juwi ini kalau bicara emang manis semanis marsh mellow tapi kok sombwong ya!!!

"Juwita Maharani? Bentar-bentar kayaknya gak asing". Gumam Unaya sembari mengingat-ingat sesuatu.

"Juwi anaknya bangsawan Taiwan masa lo gak tahu sih Na? Itu loh yang ngalahin lo di nominasi The most beautiful face in The World. Dia nomor satu, nah lo nomer sebelas". Jelas Jeka. Sontak saja mulut Unaya langsung mengaga lebar begitu mendengar penjelasan Jeka akan sosok gadis didepannya ini.

MAMA HELP!!! UNA NAMBAH INSECURE!!!

Tapi tunggu, bukan Unaya namanya kalau menyerah secepat itu. Unaya sudah terlahir kembali untuk menjadi sosok yang tangguh. Ia cukup bangga dengan pencapaian yang ia dapatkan selama ini.

"Ah... Jeka bisa aja sih. Gak kok bagi aku kalau yang kaya orangtua mah gak perlu dibangga-banggain". Juwi mengibaskan tangannya, terlihat merendah.

"Duh! Iya sih bener banget kalau apa yang kita punya masih beli pake duit ortu, buat apa dipamer-pamerin. Ya untung aja gituloh aku udah bisa beli perhiasan, baju-baju mahal pake duit aku sendiri". Kata Unaya sombong. Bodo amat berlagak sombong. Ini biar gak terlihat insecure di depan Juwi. Unaya kira Juwi bakalan tertohok dengan perkataanya, tapi ternyata memang tidak semudah itu gaes. Si Juwi justru tersenyum manis sambil bertepuk tangan.

"Omg, gak salah sih kalau kamu bisa jadi selebgram kondang yang banyak fans-nya. Selain cantik ternyata kamu punya pikiran yang luas...". Puji Juwi kemudian beralih menatap Jeka.

"Oh ya btw. Gimana Jek soal bisnis kita. Jadi join kan? Kedai kopi aku sama kedai Boba kamu kalo digabung keren gak sih? Kita bisa bikin inovasi baru". Ditelinga Unaya, gadis didepannya ini terdengar sengaja menyombong. Seakan hendak menyangkal segala tuduhan Unaya yang diajukan padanya secara tidak langsung. Namun yang terlihat dimatanya, Juwi biasa saja. Bahkan tidak ada raut sinis ataupun sombong. Wow! Amazing, Unaya akui kulit aslinya tertutup dengan sangat rapi. 

Sementara itu Jeka bingung dengan obrolan para gadis yang lama-lama jadi saling menyombongkan diri. Menjatuhkan lawan dengan omongan pedas ternyata lebih mengerikan ketimbang dengan parang, menurutnya. Jangan salah paham dulu, antara Jeka dan Juwi tidak ada apa-apa. Jeka respect ke Juwi juga karena gadis itu tidak seperti kebanyakan gadis di kampus yang nge-gas padanya.

Ditambah ia dan Juwi kerap berpartner di beberapa organisasi kampus. Setidaknya Jeka tidak merasa risih pada Juwi karena yang selalu jadi topik obrolan diantara mereka ya cuma soal organisasi atau bisnis. Nilai plus Juwi dimata Jeka, gadis itu smart. Dan jangan lupakan Jeka yang hanya akan menanggapi seorang gadis kalau gadis itu berkontribusi dalam hidupnya. Yeahhh... selain Unaya, Juwi juga sudah memenuhi kriteria gadis yang bakal ia notice.

Soal panggilan aku-kamu, Jeka hanya menyesuaikan lawan bicaranya saja. Juwi ngomongnya sopan dan manis, alhasil ia juga harus begitu dong. Pengecualian kalau ngomongnya pakai bahasa bangsat, ya Jeka bakal lebih bangsat lagi hehe. Jadi gak usah baper ;)

Sebenarnya Juwi ini termasuk orang yang down to earth meski seluruh warga dinegara Asia tahu siapa dirinya. Makannya agak kaget juga saat tadi gadis itu membalas perkataan Unaya tak kalah sombong. Dan jangan salah paham pada Juwi, gadis itu tidak bermaksud jahat pada Unaya. Ya masa cewek berwajah malaikat kayak aku jadi peran antagonis di Wattpad sih?! Begitulah batin Juwi.

Hanya saja Juwi tidak suka kalau ada orang yang nge judge dia sesuka hati. Ia kenyang dengan kalimat; ya iyalah dia bisa buka usaha, sukses diusia muda, kan ada koneksi dari Papa-nya. Semua itu pasti duit dari Papa-nya. Hellow! Please iqro! Meski papanya tajir melintir tapi Juwi juga berjuang dari nol, ia sama sekali tidak minta uang dari Papanya. Dari SMA ia memang sudah tertarik dengan saham, ia pandai memanfaatkan peluang alhasil gadis itu bisa dapat modal dari situ. Ayolah mau punya koneksi atau enggak dilihatnya jangan pas udah berhasil aja dong, tapi proses menuju keberhasilan itu. Gak semua anak konglomerat itu manja dan kerjaannya ongkang-ongkang kaki sambil nikmatin uang orangtua. Tolong jangan menyamaratakan.

"Ahhh... kalau aku sih gak begitu bangga dipuji cantik. Gak jadi The most beautiful face in The World juga b aja. Aku lebih bangga kalau dipuji pinter sih. Ya buat apa gituloh cantik tapi gak punya wawasan? Bakal dibodohin pasti...".

"Dibodohin sama buaya buntung yang berdiri disamping gue ini salah satunya". Lanjut Unaya dalam hati sembari menatap Jeka sinis. Yang ditatap cuma plongah-plongoh karena gak ngerti.

"Aku setuju banget sama kamu, cantik itu cuma bonus. Otak tetaplah nomor satu. Ahhhh... maaf ya Unaya, Jeka... waktu aku tuh sangat berharga. Jadwal aku padat merayap... aduh pusing...". Juwi memijit pelipisnya berlagak puyeng.

"Aku duluan ya. Unaya kalau kamu jadi masuk kampus ini, jangan sungkan buat tanya info apa aja ke aku. Aku ini sekertaris BEM loh, ketua jurnalis kampus juga. Bye... bye...". Lanjut Juwi sembari melambaikan tangannya. Jujur Juwi agak tersinggung dengan pemikiran Unaya tentangnya yang secara tidak langsung memandangnya dengan sebelah mata. Niatnya untuk membuat artikel soal Unaya batal! Udah bete!

"Byeee... jangan lupa minum air putih". Seru Jeka yang dibalas acungan jempol Juwi.

"Genit!". Omel Unaya sambil menghentak-hentakan kakinya. Unaya tambah sebel karena tahu kalau Juwi itu ternyata miss perfect!

--Ex-Bangsat Boys--

Unaya ngambek gak jelas hingga Jeka sukses dibuat terkikik geli, pemuda itu tak henti menguyel-uyel pipi marshmellow Unaya. Unaya tuh pingin nanya soal hubungan Jeka dan Juwi, tapi malu. Jadilah ia berasumsi sendiri. Lagian Jeka juga tidak ada inisiatif untuk menjelaskan tanpa diminta. Ya mana tahu Unaya, emang Jeka dukun yang bisa baca pikiran orang?

"Lucu banget sih kembaran aku ini". Jeka mengecupi pipi Unaya, ditekan-tekan gitu sampai kepala Unaya miring-miring. Yang lain jadi iri dengki, enaknya jadi kembaran Unaya.

"Duh, yang kembaran mah emang beda. Bisa banget tuh modusnya". Sindir Jimi sebelum berlalu untuk memimpin pemanasan. Semuanya bubar dan membiarkan dua sejoli yang katanya kembaran itu saling bermesraan.

"Lo tunggu disini dulu, gue mau ganti baju". Ujar Jeka sembari mendorong bahu Unaya pelan agar duduk disebuah kursi.

"Oke". Ujar Unaya sembari mengacukan jempolnya namun Jeka tak kunjung pergi.

"Kenapa?". Unaya menatap Jeka bingung.

"Kirain lo mau jawab ikut dong gitu, gak tahunya malah oke". Jeka pura-pura kecewa dengan bibir manyun. Unaya menatap Jeka jijik sebelum mendorong perut pemuda itu agar segera pergi.

"Kalau gue ikut nanti ada yang tegak tapi bukan keadilan loh". Jawaban tak terduga dari bibir kecil Unaya sontak membuat Jeka terperangah. Kaget saja Unaya yang unyu-unyu bisa jawab candaannya kayak gitu. Pemuda itu langsung duduk disamping Unaya, harus disidak nih.

"Heh! Belajar darimana ngomong kek gitu?". Jeka mencubit bibir Unaya dengan gemas.

"Ihhh... apaan sih? Emang gue salah ngomong?". Unaya nyolot sambil mengusap bibirnya yang terasa asin kena tangan Jeka.

"Ya iyalah, tegak tapi bukan keadilan tuh ambigu ya. Gue sih konek, jangan ngomong kek gitu lagi Unaya". Nasehat Jeka. Padahal yang mancing juga Jeka sendiri, giliran dibalas pemuda itu malah kaget.

"Gue udah gedhe ya, suka-suka gue dong mau ngomong apa. Wleee...".

Ledek Unaya sambil menjulurkan lidahnya.

"Mau ngajakin bertarung nih?". Pancing Jeka lagi, kirain bakal bikin Unaya takut tapi ternyata salah. Unaya justru tertantang.

"Ayok! Yang kalah beliin Mogu-mogu ya".

"Anjir! Ngalah aja deh, daripada kebablasan. Nanti gue beliin Mogu-mogu". Jeka beranjak dari tempat duduknya sembari mengacak rambut dengan frustasi. Kalau diladenin Unaya itu bahaya, udah bisa nantangin gitu. Kalau Jeka brengsek udah pasti langsung dibopong bawa ketempat ganti baju terus bertarung, yang lain-lain juga boleh. Tapi Jeka berprinsip jika gadis yang ia sayang itu bukan untuk dirusak, dirusaknya kalau udah ijab qobul aja lebih nikmat. Ya tapi masih lama, Jeka sabar Jeka tabah.

"Hahaha". Unaya tergelak melihat wajah malu-malu Jeka. Jeka itu hobinya mancing tapi kalau ditangkap umpannya langsung panik. Padahal Unaya juga gak serius-serius amat, gadis itu memahami permainan Jeka. Yang awalnya ngeri karena Jeka mendadak mesum, tapi pas tahu kalau pemuda itu hanya sekedar menggoda saja, Unaya tidak takut lagi justru ketagihan menjahilinya.

--Ex-Bangsat Boys--

Sejak tiga puluh menit yang lalu Unaya masih Istiqomah menunggu Jeka latihan. Meski melihat Jeka berbalut seragam Taekwondo itu vitamin sekali, tapi lama-lama Unaya bosan juga. Yang gadis itu lakukan hanyalah membuka-tutup aplikasi di ponselnya, kegabutan yang hakiki. Unaya juga masih kepikiran soal Juwi, tapi rasa kesalnya ke Jeka sudah lumayan mereda. Gadis itu harus cari tahu soal si Juwita, kayaknya sih bukan lawan yang mudah.

"Syalala...lala...lala...". Unaya menoleh kearah pintu begitu mendengar suara gadis bersenandung.

"Ririn". Pekik Unaya girang begitu melihat presensi sahabat kesayangannya itu.

"Una! Ya ampun ngapain lo nyasar di sarang maung?". Ujar gadis itu dengan hebohnya dan segera menghampiri Unaya.

"Lo anggota UKM Taekwondo juga?". Tanya Unaya sembari menelisik penampilan Ririn. Gadis berkuncir dua itu mengenakan stelan seragam Taekwondo lengkap.

"Eumm... disebut anggota sih bukan, kayaknya gue lebih kayak anak bawang deh hehe". Sahut Ririn cengengesan hingga matanya menyipit lucu. Unaya keheranan emang ada ya anggota anak bawang?

"Emang apa bedanya anggota sama anak bawang?".

"Kalau anggota resmi ya kayak trio Bangsat...". Ririn menggedikan dagunya kearah Jeka, Victor, dan Jimi. Oh Unaya baru tahu kalau Jeka dan dua antek-anteknya itu disebut trio Bangsat.

"Nah kalau anak bawang...".

"Ririn ambilkan batu bata lima". Teriak pelatih Taekwondo tiba-tiba. Ririn langsung menegakkan tubuhnya kemudian membungkuk kearah si pelatih.

"Siap, laksanakan!". Ujar Ririn kemudian langsung ngacir begitu saja entah kemana. Unaya menatap kepergian Ririn dengan sejuta pertanyaan, maksud jadi anak bawang tuh babu? Sedih amat nasib Ririn udah pakai seragam bagus-bagus eh ujung-ujungnya dibabuin.

"Sabeum-nim (*panggilan untuk pelatih Taekwondo)...". Panggil Jimi membuat pelatih Taekwondo yang bernama Saga itu menoleh.

"Ya?". Sahut Saga cuek seperti biasanya. Kendati pelatih Taekwondo-nya ini tampan dan masih muda namun sikap acuh-nya luar biasa sekali.

"Kembaran Jeka mau gabung UKM kita katanya". Kata Jimi sembari menggedikan dagunya kearah Unaya. Anjir si Jimi ember banget, dia mau ikut UKM Taekwondo gak serius-serius amat kok. Unaya sontak tergagap dan menunjuk dirinya sendiri. Apalagi begitu Saga menatapnya super datar. Sementara itu Jeka dibuat harap-harap cemas kalau Saga bakal mengomentari Unaya dengan pedas. Secara Unaya kan baperan, Jeka tidak mau gadis itu sakit hati dan berujung insecure gara-gara komentar Saga.

"Kembaran Jeka, selebgram alay itu? Yang cuma modal mangap-mangap kayak ikan koi tapi viral?".

Jleb!!!

Unaya meneguk ludahnya susah payah, dikatain ikan koi dong. Padahal konten di Tik-Tok Unaya gak cuma joget-joget gaje aja kok, Saga aja yang gak kepo-kepo.

"Maaf pelatih Taekwondo, ralat saya bukan viral karena mangap-mangap kayak ikan koi. Tapi saya viral gara-gara mirip Elsa Frozen". Kata Unaya cepat-cepat tanpa takut. Gadis itu menatap Saga tidak suka, gak kenal kok asal ngatain aja.

"Ralat panggil saya Subaem-nim". Sahut Saga tak mau kalah. Unaya hanya mendengus tak menanggapi kemudian Saga menelisik gadis tengil didepannya dengan teliti.

"Maaf Subaem-nim, kembaran saya cuma nemenin latihan kok. Gak ada niat mau gabung. Jangan dibikin sawan ya". Kata Jeka mewanti-wanti. Jeka ini berteman cukup dekat kok dengan Saga, kalau diluar jam latihan ia bakal memanggilnya Bang Saga.

"Kamu mau gabung UKM Taekwondo? Memang kamu mahasiswi kampus sini?". Tanya Saga tak menggubris perkataan Jeka.

"Calon. Tapi kalau dikasih dispensasi, saya mau gabung UKM Taekwondo". Kata Unaya basa-basi. Jeka memberi kode gadis itu untuk segera keluar dari ruang UKM sebelum Saga menyiksa gadis itu dengan hal-hal yang sadis.

"Heum... menarik. Sebelum benar-benar bergabung dengan UKM Taekwondo, kamu harus dites seperti Ririn tadi".

"Jadi babu? Eh, maksudnya anak bawang?". Unaya hampir saja keceplosan untung Saga tidak mendengar kalimat pertama yang ia ucapkan.

"Yup. Kamu sanggup? Latihan fisik yang pastinya menguras tenaga? Dibanting bolak-balik bahkan kalau lagi apes bisa cidera". Unaya meneguk ludahnya susah payah, tapi begitu ingat sosok Juwi yang merupakan mahasiswi aktif, gadis itu dibuat on fire. Pokoknya Unaya gak mau kalah, sikat ajalah.

"Siap, Subaem-nim!". Sahut Unaya tanpa ragu. Saga mengangguk puas mendengar jawaban Unaya. Sedangkan Jeka sudah mengembuskan nafas berat, Unaya sok-sokan banget nge-iyain syarat dari Saga padahal pemuda itu yakin jika Unaya bakal ngerengek ke dia.

"Kalau gitu sekarang kamu susul Ririn, cari batu bata sebanyak-banyaknya terus bawa kesini".

"Hah?!". Unaya melongo.

"Go! Go! Kalau mau jadi anggota Taekwondo harus cepat dan tangkas!". Bentak Saga galak.

"I-iya". Sahut Unaya cepat-cepat sebelum berlari keluar untuk menyusul Ririn.

Jeka menatap kepergian Unaya dengan prihatin, kayak gak rela aja gitu loh kalau semisal Unaya nanti lecet. Pemuda itu menahan lengan Saga yang hendak meneruskan pemanasan.

"Subaem-nim, bisa gak kembaran saya dikasih keringanan? Saya takut dia lecet". Kata Jeka dengan wajah memelas.

"Sejak kapan lo punya kembaran modelan kek dia Sat? Gak yakin gue". Sahut Saga. Jeka melirik jam di dinding, oh waktunya istirahat makannaya Saga bicara pakai bahasa santai.

"Ya gimana Sat, mau ngakuin doi pacar tapi udah ada yang punya". Saga terkekeh kemudian menepuk pundak Jeka beberapa kali.

"Doi lo yang bilang mau gabung, udah niat banget gitu. Kasihan gue mah kalau mau nolak dia, padahal udah ngarep gitu".

"Kalau sampai doi lecet, gue putus kontrak kerjasama kita ya Bang". Ancam Jeka yang langsung membuat Saga ketar-ketir.

"Yaelah gak profesional banget sih lo Jek. Jangan libatin bisnis kita dong, gak asyik ah". Saga merangkul bahu Jeka, membujuk pemuda itu. Kebetulan keduanya punya bisnis kerjasama, dan tentu saja peran Jeka lebih besar dalam bisnis itu.

"Ya suka-suka gue dong Bang, yang nanam model lebih gedhe juga gue". Ujar Jeka sombong. Saga melepaskan rangkulannya kemudian berdecih malas.

"Iya-iya sorry gak lagi-lagi deh. Kembaran lo itu bakal jadi anak bawang spesial disini, gak gue siksa kek Ririn. Bukan anak bawang lagi tuh tapi bawang bombay". Ujar Saga dengan sebal.

"Nah gitu dong Bang. Baek-baek lo sama gue, Thanks ya Bang". Ujar Jeka sembari cengengesan sebelum berlari hendak menyusul Unaya.

--Ex-Bangsat Boys--

"Bisa-bisanya sih lo Rin jadi babu kek gini. Lagian kenapa tuh pelatih Taekwondo-nya ngeselin banget... huwaaa baju gue kotor Rin". Rengek Unaya yang membuat Ririn sebal setengah mati.

"Hih!". Ririn menjatuhkan batu bata yang ia bawa begitu saja saking jengkel-nya dengan Unaya. Batu batanya remuk, alamat dimarahin Saga. Unaya langsung berhenti merengek begitu melihat wajah marah Ririn.

"Lo tuh udah bagus foto-foto centil jadi selebgram gak usah aneh-aneh ikut UKM Taekwondo segala Na. Gue sebagai emak beranak satu pusing denger rengekan lo, gue ini udah pusing mikirin uang kontarkan, beli popok, kredit panci. Jangan nambah beban, jadi istri itu sulit Unaya. Sulit!". Ujar Ririn yang sepertinya sedang curhat, sedih banget gitu Unaya jadi kasihan.

"Ya maaf Rin. Sini-sini kita pungut lagi batu batanya". Unaya berjongkok dan membantu Ririn memunguti batu bata yang sudah remuk itu.

Melihat Unaya ngejogrok ditanah seperti itu membuat Jeka tidak tega. Pemuda yang membawa sebotol Mogu-mogu itu bergegas mendekati sang gadis kemudian menarik tangannya agar berdiri.

"Udah gak usah diterusin, ini baju lo bagus-bagus jadi kotor". Jeka membersihkan rok Unaya yang kotor terkena tanah.

"Gak apa-apa, gue mau bantuin Ririn". Unaya hendak berjongkok kembali tapi langsung dicegah oleh Jeka.

"Ayo kita makan, lo pasti capek". Ujar Jeka lebay. Ririn hanya menggerutu dalam hati, yaelah belum ada lima menit bantuin capek darimananya.

"Enggak Jeka, gue mau bantu Ririn".

"Enggak Unaya, lo harus makan dulu. Tenaga lo terkuras kan? Nih sampai keringetan gitu". Jeka mengusap peluh didahi Unaya.

"Gue mau bantuin Ririn, Jeka".

"Gak Unaya".

"Jeka?!".

"Unaya?!". Keduanya malah berdebat tanpa memikirkan Ririn yang kepalanya hampir meledak.

"Gue mau bantu Ririn. Udah sana lo minggir!". Unaya mulai nge-gas.

"Nurut gak?! Gue ini kembaran lo". Jeka tak mau kalah.

"JEKA GUE...".

"PERGI SONO LO BERDUA SEBELUM GUE LEMPAR PAKAI BATU BATA!". Teriak Ririn emosi. Heran deh dua sejoli ini bucin-nya gak ada obat. Perkara mungutin batu bata aja loh ya sampai bikin mamah muda satu ini peranakannya hampir geser gara-gara terlalu nge-gas.

--Ex-Bangsat Boys--

Nächstes Kapitel