webnovel

Bendera Putih Yang Berkibar

-----------------

Kemarin malam di kamar FeiEr.

"Adikmu, terlahir dengan hanya memiliki energi Yin di tubuhnya, ia tidak menangis tidak terlihat menahan lapar atau apapun, menurut tabib sakti Huang, Hong bisa saja sudah tidak selamat sejak ia dilahirkan, inti darahnya mengalami kelainan, saat itu, tabib Wang menyelamatkan hidup adikmu dengan tali pusar peninggalan MeiEr, ia bisa selamat, dan tiba-tiba saat ia sembuh ia menangis sekeras-kerasnya, he Ibundamu sangat lega hingga tak melepaskan pelukannya pada Hong selama semalaman, ia juga meminum susu Ibundamu dengan lahap, tapi, heh saat itu tabib Wang menemukan kejanggalan pada darah Hong dan memprediksi kalau sesuatu yang sangat mematikan akan muncul saat usia Hong tujuh belas tahun, sejak itu, Ayahanda dan Sang berusaha menemukan segala obat terbaik dari penjuru negeri untuk Hong, dan tabib Wang juga pergi ke Hua untuk mempelajari cara mengobati Hong, hingga beliau menghilang dan tidak kembali hingga kini" BaiHu menaikkan selimut yang menutupi tubuh Fei yang enggan melihat ke arahnya, Fei terluka dalam karena kelelahan berlatih.

"Ayahanda, tidak tahu harus mengatakan apa pada Fei dan Ibundamu, Fei tahu sendiri, bagaimana Ibundamu sangat menyayangi Hong, ia tidak akan bisa bertahan setiap hari memikirkan hal terburuk yang akan terjadi pada adikmu, Ayahanda tidak tega memberitahukan pada kalian"

Fei menahan air matanya, tapi air itu terus turun membasahi pipinya, DaHuang memegang tubuh tuan mudanya yang jatuh berlutut kuat, tubuhnya bergetar, menangis hingga tak bisa menangis lagi.

"Huks HongEr, adik Hong"

"Tuan muda Hong" bahkan DaHuang yang bertubuh besar dan kuat tidak sanggup menahan sakit hatinya melihat tuan mudanya tidak akan bangun lagi untuk selamanya, ini terakhir ia melihatnya.

....................

Angin dingin lembah Jie berhembus kencang.

Kediaman Jie sudah dipenuhi bendera putih dan hitam untuk berduka, angin yang menghembusnya menambah dingin suasana duka yang sangat mendalam, beberapa layangan besar milik Hong di sudut gudang tak jauh dari dapur terbengkalai, sebentar lagi akan menjadi benda tak bertuan yang akan hilang maknanya oleh waktu.

Tiga hari, BaiHu memutuskan membiarkan tubuh Hong tetap berada di goa walau jantungnya sudah berhenti berdetak karena Jade biru akan menjaga tubuhnya dari kerusakan, Hong akan tetap sempurna hingga hari pemakamannya.

Fei sempat mengurung diri di dalam goa berhari-hari hingga ia tumbang, BaiHu juga datang dan duduk berlama-lama di samping Hong dan berharap Hong akan membuka matanya, dan berharap kalau diagnosis tabib mungkin salah, Hong mungkin masih ada harapan, tapi, ia tidak bergerak sama sekali.

Bendera putih panjang memenuhi setiap tiang pasak rumah besar Jie, para pelayan hingga pengawal tak bisa menahan duka yang sangat dalam, semua orang menangis, tak memiliki energi lebih untuk melakukan apapun juga, SanTu menangis siang dan malam tanpa henti, bahkan saat memasak obat untuk tuan muda Fei ia berusaha menahan air matanya, bibi Lu yang biasa masak makanan untuk Hong juga menangis hingga matanya bengkak.

"Huks Tuan muda Hong"

......................

KaiLe berdiri di depan lembah Jie berusaha mengalihkan pikirannya, ia terus memegang dadanya yang sakit, rasa menusuk-nusuk yang membuat ia sulit untuk bernapas.

Wajah Hong yang pertama dilihatnya di rumah besar, dan tersenyum sangat manis padanya, mengintip adik Hong yang tengah mandi dan ketakutan karena mengira adik Hong adalah anak gadis, adik Hong yang menyerahkan manisan buah Tang yang dibelinya di jalan ke tangannya untuk dicobanya.

"Ini kak, rasanya enak loh coba deh, hehe" tersenyum lebar walau dengan pipi bulat berisi makanan di dalam mulutnya.

Bagaimana KaiLe bisa tiba-tiba kehilangan anak semanis itu, apa yang ada dalam bayangannya seketika hancur, keinginannya membuat Hong tertawa setiap hari musnah berhembus menjauh bagai angin yang terus menderu di sekitarnya. Bagaimana ia bisa melupakan wajah sangat indah itu? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tao mendekat dan mengenakan jubah ke pundak pangerannya.

"Yang mulia angin begitu dingin, sebaiknya kita segera kembali ke rumah"

KaILe merapatkan jubahnya.

"Tao, kita, akan kembali besok setelah proses kremasi, kita harus menemukan dalang di balik penyerangan kemarin, pembunuh adik Hong ada di luar sana, dan kita harus segera menemukannya dengan segala cara"

Tao mengangguk.

"Siap Yang Mulia"

Dada Kai sakit, ia juga berharap bisa mengeluarkan air matanya tapi ia tidak bisa, atas alasan apa ia menangisi Hong? Ia telah gagal menyelamatkannya, walau memeluk Hong erat dan memberikan semua energi yang tersisa di dalam tubuhnya ia tetap gagal menyelamatkannya, ia tidak pantas menangis untuk Hong, tapi, dadanya sakit sekali.

Tao menyadari itu, ia membiarkan pangerannya berdiri lebih lama di sana dan mundur pergi, tepat saat ia menjauh Kai sudah tak bisa menahan diri dan jatuh bertumpu pada lututnya bergetar, tanpa suara, hanya menurunkan kepalanya dalam dan bergetar.

"Heh"

......................

Malam tiba, lampu rumah besar Jie tidak seterang biasanya, beberapa lampion berwarna putih memenuhi jalan masuk gerbang, angin perlahan menghembusnya dan berhasil menjatuhkan beberapa ke atas lantai hingga lampunya padam.

BaiHu terus mengelus punggung istrinya yang tidur di atas ranjang Hong memeluk pakaian putranya dan terus menangis, walau tabib sudah memberi ia obat penenang tapi TangYuan akan bangun dan kembali menangis lagi.

"Heh sayang Hong tidak akan mau melihat kau terus menangis, tenanglah"

"Huk huhuhuuu HongEr, kenapa Hong meninggalkan ibunda, Hongg! HongEr jangan tinggalkan Ibunda, Hong sudah janji, huks huhuhuhu"

BaiHu menarik napas panjang.

Apa yang bisa ia lakukan sekarang?

Dunianya juga seakan berhenti berputar, ia tidak bisa memikirkan apapun juga saat itu, kadang ia juga akan melihat semua barang milik Hong dengan pandangan kosong, kadang seperti mendengar suara anak itu memanggilnya dengan manja.

"Ayahanda!"

Kadang melihat Hong muncul di depan pintu dengan tangan memegang piring berisi kue kering, mulut yang penuh dengan makanan tapi tidak bisa berhenti bicara walau tidak ada orang yang mengerti apa yang ia katakan.

BaiHu mengangkat rambutnya yang jatuh berantakan, ia juga bisa menjadi gila, bagaimana bisa rumah sebesar ini yang dengan setiap jengkalnya ada langkah Hong di sekeliling rumah bisa tiba-tiba tidak akan ada lagi ia di mana-mana, apa yang akan terjadi pada rumah ini tanpa anak itu? BaiHu mengangkat kepalanya, airmatanya hendak turun lagi.

"Heh"

---------------------

Nächstes Kapitel