webnovel

Pahlawan Kesiangan

....

Klop klop klop klop!

Heeeee!

Suara derap kuda cepat, dan ringkih kuda yang berhenti.

Tak lama terdengar derap kaki memasuki sebuah aula yang sejuk dikelilingi kolam ikan penuh bunga teratai.

Buk buk buk buk!

Seorang pria dengan rambut yang hampir memutih semua baru meletakkan cangkir tehnya, tepat berdiri di sampingnya seorang pria yang lebih muda darinya, menggiling tinta di atas meja agar bisa digunakan.

TuKeTang, itu nama pria tua tersebut, ia seorang kepala partai Pemburu Kepala, nama yang cukup mengerikan, sebenarnya hanya sebuah kelompok pemburu barang yang kerap mendapat perintah dari pihak yang dirahasiakan namanya untuk melakukan sebuah misi, lebih mirip sebagai tentara bayaran, di sampingnya adalah YuYang, penasehat setia yang sudah nengikutinya sejak muda.

Pria muda yang baru turun dari kudanya cepat itu berhenti di depan pria tua itu dan memberi hormat.

"Hormat ketua!"

"Apa yang kalian temukan?" Tanya YuYang.

"Lapor penasehat, dua hari yang lalu kediaman besar ekpsedisi Jie cabang Xi'an baru saja diserang kelompok tak dikenal, menurut info kemungkinan penyerang mencari benda yang sama, kami juga melihat pergerakan partai Gagak Hitam di dekat kota LiuYi, kemungkinan akan bergerak menuju Xi'an"

TuKe menegakkan duduknya, pria tua itu menjadi ketua bukan tanpa sebab, ia mendirikan partainya sejak ia muda dan sudah berhasil menemukan apapun yang diinginkan pelanggannya, kali ini permintaan pelanggannya mungkin sangat terkenal hingga semua orang begitu menginginkannya, mereka tidak pernah menunda menyelesaikan kasusnya sejak dulu, tapi kali ini sepertinya akan menjadi cukup lama lebih dari biasanya.

"Kenapa benda itu begitu berharga? Semua orang seperti sangat menginginkannya? YuYang apa kau dapat informasi soal apa benda tersebut?"

YuYang menurunkan kepalanya,

"Lapor kak, kita tahu kalau benda itu tak lebih dari sebuah belati kecil, benda yang sangat umum, hamba rasa pak tua Chang juga tidak tahu mereka memilikinya hingga kelompok itu datang menyerbu kediamannya, ini hanya beberapa orang yang tahu"

TuKe mengelus janggut putihnya, alisnya yang panjang berkerut dalam.

"Hemm, apa BaiHu tahu tentang masalah ini? Kelompok penyerang itu tidak tahu siapa yang mereka hadapi, menantang Lembah Jie bukan suatu pilihan yang pintar, urusan dengan keluarga itu akan menjadi sangat rumit, kalian lanjutkan pengintaian, dan awasi kelompok Gagak Hitam yang bergerak ke Xi'an, kemungkinan kelompok itu juga menginginkan benda tersebut seperti kita" ujar TuKe pada pemuda di depannya, pemuda itu menundukkan kepalanya dan mengangguk.

"Siap ketua!" Lalu permisi mundur dan keluar ruangan.

YuYang mendekati ketuanya kembali.

"Kak, apa, masalah ini akan semakin pelik? Pelanggan itu, mereka tidak menyebut secara gamblang identitas asli mereka tapi kemungkinan mereka juga sudah menyebarkan perintah ke penjuru JiangHu untuk mendapatkan benda itu dengan segala cara, kita sudah sepakat untuk tidak menyinggung partai manapun, berurusan dengan Jie akan sangat rumit kak"

TuKe mengangguk, masih mengelus janggutnya.

"Yah kau benar, tapi, kita sudah menerima bayaran di muka untuk pekerjaan ini, akan sangat mustahil untuk mundur sekarang, katakan pada yang lain agar tidak gegabah, kali ini penyerangan kediaman Chang kalian pura-pura tidak tahu saja, kalau sampai BaiHu mengendus keterlibatan kita ini akan jadi masalah buat kita"

YuYang menundukkan kepalanya mengangguk.

"Baik kak, hamba akan sampaikan"

YuYang hendak keluar dari ruang baca tersebut tapi TuKe menghentikannya.

"YuYang! Di mana SongEr? Kenapa tidak melihatnya sejak pagi?"

YuYang menelan ludahnya bulat, kalau sampai kakaknya tahu kalau putra kecilnya menyelinap keluar lagi ia bisa marah besar.

"Eh itu..."

-------------------------------

"Manisan buah! Manisan buah!! 3 satu Tael!" Suara lantang pedagang.

Jalan begitu ramai, rombongan Ekspedisi Jie tiba di kota dagang FuTang, satu kota lagi sebelum Xi'an.

Kereta kuda berjalan pelan, HongEr dan FeiEr sudah turun ke jalan menelusuri jalan pasar yang ramai dengan pedagang.

"Waah kak ini bagus, Ibunda akan suka tidak yah?" Seru HongEr mengangkat sebuah gelang perak yang dihiasi manik-manik berwarna warni, FeiEr mengerutkan dahinya.

"Emm selera Ibunda kau tahu sendiri Hong, mana mau dia pakai yang seperti itu?"

HongEr mengangkat gelang itu dengan wajah ceria, juga dua buah anting kecil serupa di sampingnya.

"Waah ini lucu sekali, Ibunda pasti suka deh, kak tolong bayarin kak!"

FeiEr menggelengkan kepalanya, ia tidak aneh melihat sikap anak kecil HongEr muncul, anak itu hampir tidak pernah keluar rumah, ia sibuk mengeluarkan uang dari dompet kecilnya saat HongEr sudah bergerak ke tempat lain.

---

"Akkhh!" Tak jauh di depan kerumunan, ada suara rintihan terdengar, suara teriakan, HongEr bergerak mendekat cepat.

"Jangan huks hu kumohon jangan jual aku" seorang gadis muda jatuh terduduk di tengah jalan dengan rambut belakang yang ditarik seorang pria bertubuh besar, beberapa orang hanya melihat saja, walau beberapa mengutuk pria itu tapi ia sepertinya sudah biasa melakukannya.

Gadis itu menangis hingga riasan tebal di wajahnya luntur, ia berusaha melepaskan diri tapi tubuhnya yang kecil tidak ada apa-apanya dibanding pria yang menahannya.

"Jangan kumohon jangan jual aku ke sana"

"Kau ini tidak menghasilkan apa-apa, masih bagus ada rumah bordil yang mau menawarmu, ayo cepat berdiri"

HongEr gemas, ia bingung kenapa tidak ada orang yang tergerak untuk membantu gadis itu, tapi ini bukan hal baik, tidak mungkin menindas seorang gadis di siang hari bolong boleh dilakukan siapapun.

Ia mendekat. Berdiri tegap di depan pria itu.

"Tolong lepaskan tangan anda, anda menyakitinya!" Seru HongEr, semua mata memandang ke arahnya, anak muda itu, seorang anak muda dengan pakaian dan dandanan yang indah, bukan warga biasa kalau sekilas melihat penampilannya, pria itu melihat HongEr dari bawah kaki hingga ke atas kepala, ia menyeringai, giginya yang hampir semua menguning dan rusak terlihat jelas, bahkan dari posisinya yang tidak begitu dekat HongEr bisa mencium bau busuk dari semua bagian tubuh pria berpakaian lusuh itu.

"Wah wah, ada tuan muda di sini, anak manis, apa, kau tertarik pada gadis ini? Bagaimana kalau kau membayarnya dan malam ini kau bisa menikmati tubuhnya"

Beberapa pria yang berdiri tak jauh di belakang pria itu spontan tertawa, HongEr gagap, orang-orang itu mentertawakannya, walau ia tidak mengerti apa maksudnya.

"U untuk apa aku membelinya? Lagipula, ia bukan barang kenapa kau mau menjualnya? Tolong perlakukan ia lebih sopan, menurut Ayahanda seorang pria sejati tidak boleh menindas seorang wanita lemah"

Pria itu tertawa lebih keras mendengar ucapan polos HongEr, ia melepaskan wanita itu menghempasnya keras ke atas tanah, tapi ia menginjak satu kaki wanita itu dengan kakinya, wanita muda itu merintih keras.

"Akhhh!!"

Terlihat sangat menyakitkan, HongEr berusaha membantu tapi apa yang bisa ia lakukan, semua orang hanya melihat saja, sudah kepalang, tak tahan mendengar rintihan gadis itu HongEr maju dan mendorong tubuh pria besar itu menjauh dari gadis itu.

"Lepaskan dia!"

Pria itu ongleng, ia hampir terjatuh setelah HongEr mendorongnya, ia tegap dengan cepat dan menatap HongEr dengan mata besar menahan marah.

"Kurang ajar! Beraninya kau mendorongku!"

Pria itu medekat dengan cepat, mengangkat tangannya yang besar dimana ia sudah mengangkat tinggi tongkat kayu yang sejak tadi ada di tangannya, siap mengayunkannya ke arah HongEr.

Semua penonton bersuara memperingatkan HongEr yang sepertinya tidak sadar pria itu merangsek ke arahnya, hingga ia mengangkat kepalanya tepat saat tongkat kayu itu diayun dan hanya bisa melihat dengan matanya yang bulat besar.

++++++++

Nächstes Kapitel