"Jadi, Tuan, itu anak tunggal ya? Wah, berarti kita sama. Aku juga anak tunggal! Salam kenal!" Hans mengulurkan tangannya kepada Evan. Anak lelaki itu memutuskan untuk menjalin pertemanan yang baik dengan Evan.
"Kau baik sekali, Hans," puji Luci. Bibir indah miliknya tersenyum di belakang Evan. Gadis itu berusaha mengobati benjolan di belakang kepala Evan yang diakibatkan oleh pukulan Hans tadi. "Nah, Tuan…."
"Sudah kubilang jangan panggil aku Tuan! Kau tidak lihat orang-orang yang berada di luar pintu?" Evan memperingatkan Luci. Mata CEO itu melirik pada pintu yang saat ini menyembunyikan beberapa orang mata-mata suruhan neneknya.
Luci menelan ludah karena baru saja teringat akan itu. "Eh, maaf, aku lupa. Apa suaraku tadi terlalu keras?" bisik Luci kepada Evan. Gadis itu pun ikut melirik ke arah pintu demi mengawasi di sana. Matanya yang lebar dan hidup itu mendapati sebuah kepala yang tadinya muncul kini tiba-tiba tenggelam karena terkejut.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com