webnovel

Kau Mengusirku? Usaplah Kepalaku

Di dalam flat kumuh, Gang U. Bece

Luci tak bisa bergerak, apalagi saat ini Spider memeluknya dan tidak mau melepaskannya. Tadi ketika masih di ruang tamu, Spider mengeluhkan sakit kepala. Oleh karena itu Luci segera menuntunnya untuk menuju ke ranjangnya agar lelaki itu bisa berbaring sebentar.

Tapi ketika Luci hampir pergi, Spider justru menarik gadis itu untuk ikut berbaring. Spider bilang bahwa jika dia sedang mengalami pusing, maka Spider akan sering berhalusinasi.

Spider merasa ketakutan. Oleh sebab itu Spider membutuhkan Luci di sampingnya malam ini.

"Ider," panggil Luci. Tubuh gadis itu sudah membeku dan tak bisa bergerak lagi. Keringat di wajah cantiknya mulai mengucur dan membasahi kulitnya yang mulus.

"Kau sudah tidur? Ider?" panggil Luci kembali.

Gadis itu lalu melirik sebentar kepada Spider. Di sampingnya ternyata Spider sudah menutup matanya. Deru napasnya terdengar dengan jelas karena posisi mereka yang berhimpitan. Sekarang Luci berbaring di samping Spider.

Mengira Spider sudah tidur, Luci pun pelan-pelan mengangkat tangan Spider agar Luci bisa keluar dan tidur di ruang tamu saja. Namun baru sebentar tangan Spider terangkat, lelaki itu menggerung.

"Kenapa?" erang Spider.

Luci kembali membeku. Gadis itu tidak menjawab apa-apa karena di dalam pikirannya Luci beranggapan mungkin saja saat ini Spider sedang mengigau. Terkadang orang yang sedang sakit mereka suka mengigau kan?

"Kenapa kau diam?" Sekarang Spider membuka matanya, matanya yang dalam seolah mampu bisa menjeratmu di dalamnya.

Luci pun kebingungan harus menjawab apa.

"Ma – maksdumu?" gagap Luci.

"Kenapa kau mau meninggalkanku?" serak Spider lagi dengan kepala masih berada di atas bantal empuk milik Luci. Bahkan mereka berdua harus berbagi bantal karena Luci hanya memiliki satu bantal di dalam kamarnya.

"Eh, itu …. itu …. Aku mau mengambil air minum." Luci meringis dengan kaku.

" Kau pikir aku bodoh? Kau mau meninggalkanku tidur sendirian di sini kan?" jawab Spider dengan tepat sasaran.

Luci mengedipkan matanya dengan gugup. Gadis itu tidak menyangka bahwa Spider akan sepeka itu untuk mengetahui setitik kebohongan yang dilakukan oleh Luci.

"Kau berjanji tidak akan pergi malam ini," lanjut Spider. Dengan balutan kaos ketat di tubuhnya yang kekar. Spider terlihat agak lucu dan berbeda. Dia terlihat seperti seorang binaragawan.

"Mmm, apa kau yakin kau tidak ingin pulang malam ini?" tanya Luci dengan agak canggung.

"Kau mengusirku?" Spider memasang wajah cemberut. Bulu-bulu halus di wajahnya terlihat ikut mengkerut dengan drastis.

"Bu – bukan begitu. Ma – maksudku – ma – maksudku." Luci pun mengigit bibirnya sendiri karena terlalu bingung.

Di sepanjang hidupnya Luci tidak pernah sekalipun menerima lelaki untuk menginap di tempat tinggalnya. Salah satu mantan pacarnya juga tidak pernah, bahkan Daniel sekalipun.

Bagi Luci hal seperti menginap itu terlalu intim, dan baiknya tidak pernah dilakukan oleh gadis yang masih lajang. Karena jika tidak, rumor akan banyak menyebar dan itu juga tidak baik bagi Luci. Apalagi Luci hidup di lingkungan para penggosip.

"Sudahlah. Aku akan pulang. Kau memang tidak suka aku di sini." Spider lalu melepaskan pelukannya di tubuh Luci. Lelaki itu lalu bangkit dari berbaring untuk duduk. Namun sebelum kakinya menjejak lantai, Spider pun mengaduh, pura-pura pusing lagi.

"Aduh, awh," erang Spider sembari memegangi kepalanya.

"Ider, kau – kau tidak apa-apa? Astaga, tidurlah kalau begitu!" Luci pun kemudian ikut duduk dan hampir memeriksa kepala Spider. Tapi Spider menepisnya dengan lembut.

"Jangan pedulikan aku! Aku tidak apa-apa. Aku akan pergi sekarang." Spider melirik Luci dengan senyum tipis karena puas dan merasa menang. Lalu Spder pun menjejakkan kakinya di lantai. Namun lagi-lagi sebelum dia berdiri, Spider mangaduh lagi.

"Aduh! Aduh!" Spider lagi-lagi memegangi kepalanya. Kali ini terlihat semakin kesakitan.

Luci pun semakin kebingungan karena dia belum pernah melihat orang sakit kepala sampai seperti ini. Biasanya mereka hanya merintih tanpa perlu mengerang seperti itu.

"Tidur! Ayo, tidur saja!" Luci lalu menyentuh kepala Spider dengan lembut. Secara perlahan gadis itu menidurkan Spider di atas bantal lagi.

Spider pun menurut kali ini, tanpa perlu berakting kalau dia sedang marah dan ngambek lagi. Di wajahnya terukir sebuah senyuman tipis karena dia bisa membuat Luci mau menemaninya malam ini.

Setelah Spider sudah terbaring di atas ranjang, lelaki itu lalu memeluk luci dengan erat. Wajahnya dipasang semerintih mungkin.

"Apa masih sakit?" Luci bertanya dengan hati-hati.

"Iya, sakit sekali. Bisakah kau usap kepalaku, Bee? Rasanya sungguh sakit." Spider memasang wajah sedih di atas lengan Luci.

"I – iya, akan kuusap kepalamu. Cepatlah tidur!" lirih Luci.

Lagi-lagi Spider pun mengangguk patuh. Lalu lelaki itu pun memejamkan mata sembari menikmati usapan lembut tangan Luci yang menyentuh kepalanya. Bagi orang lain mungkin ini tidak berarti apa-apa, tapi bagi Spider ini sangat berarti banyak untuknya.

Sekitar empat puluh lima menitan usapan tangan itu mulai melambat. Dan ketika menit mulai menunjukkan waktu lima puluh, usapan tangan itu benar-benar berhenti. Ternyata Luci ketiduran.

Spider yang belum tidur sedari tadi pun lantas mendongak. Dipandanginya wajah Luci dengan penuh kasih sayang. Disisirinya wajah gadis itu inchi demi inchi.

'Kau belum berubah banyak, Bee. Aku bangga padamu,' batin Spider.

Pelan-pelan lelaki itu pun duduk dan mengelus wajah Luci yang sudah tertidur pulas. Spider menyentuh rambut gadis itu, turun ke dahinya, ke matanya, ke hidungnya, hingga ke bibirnya.

Pada titik itu Spider menghentikan jemarinya lebih lama. Tanpa pikir panjang Spider pun mendekatkan wajahnya dan mengecup singkat bibir ranum itu.

Spider terdiam untuk beberapa saat. Lalu lelaki itu pun meninggalkan Luci untuk sementara waktu. Spider berjalan ke luar menuju ruang tamu. Lelaki itu lantas mengambil ponsel miliknya.

Ponsel itu berputar-putar di tangannya yang kasar. Setelah kembali ke kamar Luci, Spider pun mengecup wajah Luci, bibir Luci dan memeluk gadis itu dengan sayang. Di setiap gerakan dan ciumannya Spider akan mengambil foto mereka berdua.

Lalu Spider memeriksa hasil foto yang baru saja diambilnya.

'Lihatlah, Bee, kita seperti sepasang pengantin baru,' batin Spider dengan wajah cerah saat memeriksa semua foto yang baru saja diambilnya.

Kemudian lelaki itu pun sempat memotret telapak tangannya yang ditempeli hansaplast hati itu. Spider lalu mengecek hasil jepretannya dengan sangat puas.

"Aha!" desis Spider setelah mendapatkan ide.

Lelaki itu pun lalu meletakkan tangan Luci di atas tangannya. Kedua tangan itu sengaja dibuat tidak bertautan, agar hansaplast pink bentuk hati itu tetap terlihat.

Cekrik!

Foto sudah berhasil diambil. Spider pun mengeceknya, dan dia merasa sangat puas dengan hasil jepretannya.

Tak lupa Spider mengganti semua foto profil akun whatsapp dan sosial media lain miliknya dengan foto tangannya yang berhansaplast unyu-unyu dengan tangan Luci.

Setelah semua foto profilnya sudah berganti, Spider pun berbaring di samping Luci dan memeluk gadis itu sampai pagi.

Sementara itu …

Jauh dari flat kumuh milik Luci, anggota-anggota klan mafia Diamond digemparkan dengan sesuatu.

Mereka mengecek notifikasi di ponsel mereka dan melihat foto profil ketua mereka, Stephen Diamond atau Spider, telah berganti menjadi foto yang aneh dan menggelikan yakni dua tangan bersentuhan dengan salah satu tangan ditempeli hansaplast pink unyu-unyu bergambar hati.

"Victor, kemarilah!" panggil salah seorang lelaki berwajah garang yang merupakan salah satu petinggi klan mafia Diamond.

Anak lelaki bernama Victor yang merupakan hacker sekaligus IT dari klan itu pun mendekat.

"Ada apa, Lev?" tanya Victor.

"Periksa dan teliti akun milik Sir Diamond. Pastikan tidak ada orang yang meretasnya. Dia baru saja mengganti foto profil aneh sekali," resah Lev sembari mengusap berewok miliknya.

***

Nächstes Kapitel