webnovel

Kubu Evil Adalah Sarang Penjahat

Ada pesan susulan dari orang asing yang telah menawan Hans itu,

"Jangan mencoba untuk lapor pada polisi," tutupnya.

Nomor tak dikenal itu lalu memblokir nomor Luci setelah pesan singkat terakhirnya terkirim pada Luci.

"Sial!" umpat gadis itu. Ini bahkan sudah pukul dua dini hari. Mereka mempersiapkan segalanya dengan matang.

Luci pun berlari untuk menuju mobil dan mulai berkendara lagi menuju alamat yang sudah disebutkan.

Luci belum pernah berkunjung ke area itu mengingat area tersebut dikenal berbahaya dan rawan akan kejahatan.

'Jadi apa benar ini semua murni pelaku kejahatan?' batin Luci.

Lalu dia berpikir jika memang ini murni pelaku kejahatan pasti mereka langsung meminata tebusan uang kan? Tapi ini tidak. Mereka hanya meminta Luci datang jika tidak mereka akan membunuh Hans.

'Ada sesuatu yang salah di sini. Apa aku perlu melapor pada polisi? Tidak, mungkin saja mereka sudah menguntitiku dan jika aku berbelok untuk melapor bahaya juga,' pikir Luci.

Gadis itu hampir menangis di belakang setir mobil. Dia menyesali tidak memiliki banyak teman. Dulu dia punya namun sekarang semua menjauh sejak kematian Daniel.

Tante Arum sudah berkoar-koar pada semua orang bahwa Lucilah yang membunuh Daniel. Sekarang Luci sudah tidak memiliki teman lagi. Dan partner yang dimiliki Luci tidak bisa ia libatkan di sini.

"Jika aku mati hari ini, itu tidak masalah. Tapi aku tidak bisa membiarkan Hans mati. Mereka juga tidak menyebutkan secara spesifik apa keinginan mereka," racau Luci pada dirinya sendiri.

Dengan posisi masih mengemudi gadis itu berpikir masak-masak. Lalu sampai ia menemukan sebuah kemungkinnan yang cukup masuk akal. Dan jika memang itu benar maka ini bisa gawat.

Luci curiga ini bahwa ini semua adalah ulah Tuan Philip, salah satu mantan kliennya yang hampir menjebloskan Luci ke penjara dulu, hanya karena Luci mengelak untuk memberikan tubuhnya pada pengusaha berumur enam puluh tahun itu.

Tapi ini agak tiba-tiba jika memang Tuan Philip pelakunya. Sebab dia tidak mendapat peringatan terlebih dahulu dari mantan kliennya itu.

Biasanya Tuan Philip akan mengutarakan niatnya terlebih dahulu.

Setelah dia tidak mendapatan keinginannya maka dia baru akan memberi peringatan. Dan jika dia masih belum mendapat apa yang dia inginkan baru dia akan mengancam secara serius.

Lampu-lampu jalanan kota sudah banyak terlewati dan kelap kelip bangunan sudah mulai hampir habis. Alamat yang diberikan pada Luci bernama Kubu Evil, salah satu tempat di pinggiran kota yang memiliki dunia gelap.

Semua orang tau di situ adalah pusat dan bandar dari pada pelaku kejahatan. Tapi sayangnya tempat itu dilindungi oleh hukum sebab para pelaku-pelakunya mampu membayar biaya sangat tinggi kepada petugas yang berwenang.

Itu sudah peraturan hukum di sini. Selain itu mereka juga sudah menandatangani perjanjian lain yakni tidak boleh ada kekerasan dan pembunuhan di tempat itu.

Harusnya jika memang mereka taat hukum Hans tidak akan mereka apa-apakan.

Pepohonan rimbun mulai terlewati dan Luci semakin mempercepat laju mobilnya. Tempat ini sangat rawan untuk dilewati.

Apa pun bisa terjadi termsauk perampokan dan pembunuhan sebab wilayah ini secara resmi belum memasuki area Kubu Evil.

Sekitar sepuluh menit berkendara dengan kecepatan sangat kilat itu akhirnya dia menghentikan mobilnya di sebuah kompleks remang-remang dengan bangunan kokoh dan bersih.

Di sepanjang kompleks ini akan banya pekerja komersial yang menanti di depan bangunan masing-masing. Bahkan ada yang sudah melakukan hubungan badan di luar bangaunan. Luci menguatkan niatnya.

Tubuhnya turun dengan hati-hati. Tas ransel miliknya dia gendong, beberapa uang dari ransel itu dia keluarkan di dia sembunyikan di bawah kursi mobil.

Saat dia keluar para lelaki hidung belang berhambur padanya dan berusaha menggodanya. Luci berancang-ancang dengan tinju dan kakinya.

"Aku ada urusan di tempat ini," berang Luci dengan suara bergetarnya.

Setelah berurusan dengan Tuan Philip yang dulu sempat hampir memperkosanya gadis itu sangat sensitive terhadap para lelaki yang melihatnya penuh nafsu.

Sekarang setidaknya ada empat lelaki yang mendekat padanya.

"Ayolah Manis, kau pasti ingin mencari kepuasan kan? Kami bisa membantumu Manis," kekeh salah seorang dari mereka dengan tangannya menjawil pada dagu Luci.

Luci menepis tangan lelaki itu, Bau alcohol menguar di mana-mana. Lalu salah seorang dari mereka menarik Luci dan hampir menjamah tubuh Luci hingag akhirnya seseorang datang dan menarik Luci.

"Dia ada urusan dengan Golden," ketus orang tersebut. Ketika Luci mendongak didapatinya seorang lelaki lain yang kali ini mengenakan kemeja putih yang dirangkap dengan sebuah rompi berwarna hitam.

Jika empat lelaki di depan Luci penampilannya dipenuhi brewok maka berbeda dengan lelaki yang sudah menarik lengannya ini, wajahnya cenderung bersih meski bau asap rokok sangat menyengat dari mulutnya.

"Go – Golden? Eh, ka – kami tidak tau. Maaf, maaf kami sungguh tidak tau," gagap salah seorang yang hampir menyentuh tubuh Luci tadi.

"Baik akan kusampaikan maaf kalian," singkat lelaki berompi di samping Luci itu. Sekarang dia menarik lengan Luci dan menyeret gadis itu menuju suatu tempat.

"Aku – saya – aku – eh," gagap Luci.

Luci mulai ketakutan sekarang apalagi setelah melihat tempat ini begitu suram dan sepi. Masih terdengar debuman musik disko yang lirih terdengar namun selebisnya sepi.

Banyak pekerja komersial, banyak para lelaki berewok yang mabuk-mabukan, dan tak jarang dari mereka sudah bergelimpungan di jalanan. Jarum suntik berserakan di bebrapa tempat.

Ini benar-benar sarang para criminal, dan bagaimana bisa Hans terlibat di sini dan bagaimana bisa Luci terlibat di sini.

"Saya diminta datang ke sini sebab saya ingin menjemput seorang anak," jelas Luci dengan cicitannya yang menyedihkan. Namun lelaki itu belum menjawab.

Sekarang mereka bedua sudah memasuki sebuah pintu bar. Orang-orang berdansa dengan sesak di dalamnya.

Lampu kerlap kerlip menyapu seluruh ruangan dan orang-orang masih bersulang satu sama lain. Beberapa bercumbu di sebuah kursi dan mereka bahkan sudah menanggalkan baju mereka.

Ada seorang wanita mendekat pada lelaki rompi hitam yang menyeret Luci itu. Pakaiannya sangat pendek dan seksi berwarna merah cerah, secerah lipstik yang ia kenakan. Tubuhnya kurus dan dia dengan sengaja melorotkan baju yang ia pakai.

"Max, ayo Sayang kita berpesta," goda wanita itu. Matanya sayu saat berbicara dan tubuhnya terseok dan kadang hampir terjatuh. Dan tidak butuh waktu lama wanita itu benar-benar terjatuh.

"Pemabuk yang tak tau aturan!" decih lelaki itu yang bernama Max, lalu dia menarik Luci kembali. Sementara gadis itu mundur hati-hati dengan melindungi tas ransel berisi uang yang ia peluk erat-erat sekarang.

Mereka berdua memasuki banyak ruangan, Luci bahkan lupa untuk menghitungnya. Jalannya pun berkelok-kelok dengan melewati banyak koridor.

Di sepanjang perjalanan ada saja orang yang sedang bercinta. Dan di sepanjang perjalanan Luci tidak diberi tahu akan dibawa kemana dirinya saat ini.

Lalu sampai dia diberhentikan pada sebuah ruangan paling ujung yang suramnya bukan main. Pintu dibuka dengan pelan oleh lelaki berompi hitam yang bernama Max itu. Tubuh Luci dilemparkan begitu saja ke daamnya.

Alhasil Luci terjatuh di lantai dan saat dia hampir bertanya kenapa dia didorong, pintu sudah ditutup oleh Max.

Luci yang bingung akhirnya hampir bangkit dan berdiri namun dia berhenti ketakutan setelah seseorang menodongkan pistol di kepalanya.

"Jangan bergerak!"

***

Nächstes Kapitel