webnovel

Tiga Tetua Cabul 

Ketiga orang yang baru datang tersebut berdiri di tempat mereka masing - masing di sekitar Vivadhi Ranata dan para kekasihnya dan menatap mereka dengan tatapan tajam.

Tiga orang yang berdiri di sekitar mereka tersebut semuanya telah berada di Ranah Inti Emas Tingkat Awal.

Dilihat dari seragamnya, kelihatannya mereka bertiga berasal dari kelompok yang berbeda.

Orang yang berpenampilan seperti lelaki tua di hadapan mereka mengenakan judah dengan warna hitam bergaris - garis putih dan kelabu yang memiliki gambar dengan corak seperti bulu - bulu burung.

Lelaki tua ini jelas - jelas adalah seorang kultivator kalau dilihat dari penampilan serta aura gaib yang kental menyelimuti tubuhnya.

Di sisi kanan Vivadhi Ranata dan para kekasihnya berdiri seorang pria kekar berkepala botak yang menatap mereka dengan tatapan mata yang liar dan tajam bagaikan seekor harimau yang sedang menatap mangsanya.

Di kedua tangan si botak berotot yang mengenakan pakaian ahli beladiri seperti seragam karate berukuran XXXL dengan warna putih bergaris - garis hitam tersebut terdapat senjata berupa gauntlet dengan cakar besi yang menutupi kedua tangannya yang besar dan penuh dengan otot - otot tersebut.

Dan terakhir di sisi kiri mereka berenam berdiri seorang pria yang tak kalah kekarnya dengan pria botak berbaju putih loreng di sebelah kanan.

Pria yang memiliki wajah yang khas penuh kewibawaan bagaikan seorang jendral yang telah pergi ke berbagai medan pertempuran tersebut mengenakan jubah berwarna biru kehijauan, namun jubah tersebut diselempangkan saja sekenanya sehingga hanya menutupi sebelah bahunya dan memamerkan bahu sebelah lagi serta dadanya yang bidang dan penuh akan otot - otot yang terlihat begitu karismatik.

Di tangan pria penuh wibawa tersebut tergenggam sebilah Guan Dao dengan ukiran seekor Naga di gagangnya yang sedang membuka mulutnya yang menjadi tempat keluarnya bilah tajam dari Guan Dao tersebut.

Matanya yang tajam juga menatap Vivadhi Ranata dan rombongan kekasihnya sebelum beralih memandangi pria botak kekar yang berdiri di seberangnya, di sisi kanan kelompok sang lelaki.

Vivadhi Ranata yang telah mengukur seberapa tinggi kekuatan ketiga orang tersebut dengan Ilmu Pandangan Surgawi miliknya dengan santai memasang kuda - kuda siaga dan sudah siap sepenuhnya untuk melancarkan jurus - jurusnya kapan saja saat diperlukan.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane juga masing - masing sudah bersiap untuk mengeluarkan senjata mereka masing - masing.

Sementara si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya telah menghunus pedang mereka berdua.

Sedangkan Saladhina Olivia yang tampak tak bersenjata tetap tenang seperti danau yang airnya dalam siap menenggelamkan siapa pun yang lengah menghadapi dirinya.

Lelaki tua berjubah hitam yang berada di hadapan Vivadhi Ranata dan para kekasihnya adalah yang pertama membuka mulutnya.

"Ho ho ho, ada anak - anak muda yang nyasar masuk ke dalam hutan ini. Nak, apa kalian tidak tahu kalau tempat ini sangat berbahaya? Sebaiknya kalian segera pulang kembali ke tempat kalian datang sebelum celaka." Kata si Pak Tua.

Karena metode kultivasi Vivadhi Ranata dan para kekasihnya yang sangat jauh berbeda dengan metode kultivasi tradisional di dunia ini, dimana fokus kultivasi mereka semua adalah untuk berevolusi dan menempa entitas mereka masing - masing untuk menjadi spesies yang lebih tinggi tingkatannya, bukan sekedar menghimpun energi kesaktian dan mengumpulkan kesaktian saja, maka Vivadhi Ranata dan para kekasihnya hanya terlihat seperti orang normal saja di mata para kultivator dan pendekar yang ada di hadapan mereka.

Bahkan Saladhina Olivia pun, setelah dibaptis dalam siraman rohani nan nikmat oleh madu putih Vivadhi Ranata, kultivasinya juga telah berubah dan kini telah semakin sejalan dengan rute kultivasi para wanita yang lainnya.

Mendengar kata - kata si Pak Tua itu, Saladhina Olivia langsung berjalan ke depan rombongan mereka.

Sang gadis berdiri di sisi Vivadhi Ranata dan berdiri berhadap - hadapan dengan Pak Tua tersebut.

Dan tatkala Pak Tua tersebut melihat Saladhina Olivia, tatapan matanya langsung berubah total menjadi tatapan bingung bercampur awas dan waspada.

"Nona Olivia, apakah itu anda? Apa yang sedang anda lakukan di tempat seperti ini?" Tanya Pak Tua tersebut.

Mendengar kata - kata Pak Tua tersebut, Si Botak di sebelah kiri dan si Pria Karismatik yang tadinya berdiri di sebelah kanan rombongan tersebut pun langsung berkumpul mendekati Pak Tua Berjubah Hitam tersebut sambil memperhatikan Saladhina Olivia yang berdiri dengan tenang di hadapan mereka.

Si Botak kekar membelalakkan matanya yang berbinar dengan tatapan penuh hasrat dan bersiul dengan nada mesum ketika lelaki tersebut melihat lekak - lekuk keindahan tubuh Saladhina Olivia yang begitu seksi karena sang gadis masih hanya mengenakan busana penari yang dengan penuh keterbukaan memamerkan setiap pesona keindahan tubuhnya yang ramping dengan lekak - lekuk yang menggoda di dada dan pinggul serta pahanya yang terlihat begitu ranum mengundang.

"Wah wah wah, tak kusangka akan bertemu dengan Sang Peramal muda yang sudah terkenal di seantero dunia ghaib dan persilatan di tempat seperti ini. Sungguh keberuntungan yang tidak disangka - sangka." Kata Pria Karismatik yang memegang Guan Dao di tangannya.

"Hm hm hm, seperti rumor yang sudah beredar luas di kalangan masyarakat kita, ternyata Sang Nona Peramal benar - benar adalah seorang gadis muda yang cantik jelita. Seksi pula." Kata si Pria Botak yang dengan tanpa malu mengumbar kata - kata dengan nada vulgar tersebut di hadapan orang - orang di sekitarnya.

"Hmph, seperti yang sudah kudengar dari gosip orang -orang, kamu Tetua dari Sekte Harimau Putih memang nakal seperti binatang liar ya." Sindir Pak Tua berjubah hitam kepada si Botak bermulut vulgar.

Tidak mau kalah, si Botak yang baru saja disamakan dengan binatang liar tersebut balik menyindir si Pak Tua berjubah hitam, "Ha lah, sok bermartabat, kamu kira kami semua tidak tahu, sudah berapa banyak anak dan istri orang yang jadi korban kebejatanmu, dasar dukun cabul!"

"Ha ha ha ha kita semua tahu, kamu buka praktek bayar nya pake badan, kamu gak cuma minta anak gadis mereka yang masih perawan, ya sekalian juga istri mereka kamu sikat." Kata si Pria Karismatik.

"Hmph, kamu sendiri dengan tampang playboymu itu sudah berapa banyak wanita yang kamu renggut kesuciannya?" hardik si Pak Tua berjubah hitam kepada sang Pria Karismatik.

"Hmph, mereka semua yang menawarkan diri mereka pada saya, ya masak saya tolak? Enggak mungkin kan? Ha ha ha ha ha. Saya beda dengan kalian berdua yang sukanya memaksakan kehendak kalian pada wanita - wanita yang lemah dan tak berdaya." Kata si Pria Karismatik dengan tatapan matanya yang tajam menatap si Pak Tua Dukun Cabul dan si Botak Binatang Mesum.

Nächstes Kapitel