webnovel

Malam Pertama Mereka Bertiga VIII

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane pun kini sudah merasa begitu bersemangat saat diri mereka masing – masing membayangkan seperti apa kira – kira ya rasanya menjadi seorang wanita sempurna, sehabis lulus dari kegadisan mereka berdua setelah ditembus oleh anak panah asmara milik Vivadhi Ranata di taman privat milik kedua orang gadis tersebut.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane pun secara kompak mengalihkan pandangan mata mereka masing – masing dan kini secara bersama – sama kedua orang gadis yang masih perawan tersebut menatap mata Vivadhi Ranata yang masih terbaring di atas ranjang.

Vivadhi Ranata hanya tersenyum saja ketika sang lelaki melihat tatapan mata Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane yang memandangi sang pria dengan tatapan mata yang berbinar penuh berisi rasa harap – harap cemas di dalam bola mata mereka berdua yang terlihat begitu indah bagaikan sepasang ratna permata mutu manikam di wajah cantik jelita mereka masing – masing.

Sang lelaki tua yang mendapat julukan "The Old Flame" setelah dirinya berhenti dari perburuan dan petualangan seksual penuh hasrat nafsu di masa muda saat sang pria sudah menikah tersebut pun memberi isyarat kepada Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane untuk datang ke dalam pelukannya.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane pun dengan serta merta menjatuhkan tubuh telanjang bugil penuh keindahan milik mereka berdua ke dalam pelukan Vivadhi Ranata yang begitu hangat dan penuh cinta.

Vivadhi Ranata mengelus, membelai dan bercumbu dengan mereka sejenak sambil sesekali mendaratkan kecupan manis nan hangat penuh cinta menghujani wajah cantik menawan dan leher putih mulus milik Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane yang merasa begitu bahagia dengan cumbuan sang lelaki pun membalas dirinya dengan menghujani sang lelaki dengan siraman cinta dan ciuman hangat penuh rasa kasih sayang dari bibir manis merekah milik mereka berdua.

Api hasrat nafsu yang tadinya telah mereda setelah diguyur oleh gelombang demi gelombang kenikmatan yang menghantam segenap jiwa dan raga mereka pun kini dengan perlahan telah kembali bangkit dan mulai berkobar – kobar melalap sekujur tubuh, hati dan pikiran ketiga orang insan yang sedang bercumbu dengan panas penuh gairah di atas ranjang tersebut.

"Kiseki, aku menginginkan dirimu lebih dulu." Vivadhi Ranata pun mengutarakan isi hatinya setelah sang pria melihat betapa kedua orang gadis yang sedang dicumbui oleh dirinya tersebut kini telah begitu siap untuk memberikan keperawanan yang mereka miliki kepada sang lelaki.

"Iya..., Ranata..., aku sudah siap...." Jawab Faladhina Kiseki kepada sang lelaki yang sedang memeluk dirinya yang sedang telanjang bulat tersebut, dengan penuh rasa malu – malu mau yang memenuhi hatinya, hingga paras wajah sang gadis yang begitu ayu tersebut pun kini terlihat telah memerah merona karena gejolak batin yang sedang dialami oleh sang gadis sementara kedua tangan sang perawan yang sedikit gemetaran merangkul leher Vivadhi Ranata, tubuh bugil mereka berdua yang sedang saling berpelukan kini dalam posisi yang sudah siap untuk memadu kasih.

"Apa kamu takut? Khawatir, Sayang...?" kembali Vivadhi Ranata menanyai Faladhina Kiseki sambil membelai rambut halus lembut milik sang gadis yang terurai dengan begitu panjang dari atas kepalanya hingga melewati lutut dari kedua belah kakinya yang jenjang tersebut.

Sementara itu, Myradhia Chikane dengan penuh pengertian telah pergi menyingkir ke pinggir ranjang untuk memberikan ruang pribadi yang cukup untuk Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki, setelah dirinya mendapatkan kecupan dari sang lelaki di keningnya.

Myradhia Chikane dengan sabar ingin menunggu kedua insan berbeda kelamin yang sedang berada di momen penting dalam hubungan intim mereka berdua tersebut, terutama bagi Faladhina Kiseki yang akan segera memberikan keperawanannya yang berharga kepada sang lelaki, Vivadhi Ranata.

Myradhia Chikane yang akan segera menyusul Faladhina Kiseki untuk menjadi seorang wanita yang seutuhnya pun juga berniat untuk menonton tontonan panas yang akan segera tersaji di hadapan matanya sesaat lagi dengan seksama dan ingin mempelajari kalau – kalau ada beberapa hal yang harus dia lakukan untuk memuluskan hubungan intim yang akan dia lakukan dengan Vivadhi Ranata yang kini sedang mencumbui wanita lain di hadapan matanya.

Dengan mata yang berbinar - binar, Myradhia Chikane duduk manis di atas kursi yang ada di sebelah ranjang, dicarinya posisi yang nyaman untuk dirinya menonton Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki yang akan melakukan adegan panas yang tidak boleh dilihat oleh anak di bawah umur di atas ranjang tersebut.

"Kiseki sayang, aku masukin sekarang ya...." Kata Vivadhi Ranata sambil dengan perlahan – lahan memposisikan batang tombaknya yang telah kembali membesar dan mulai memanas di hadapan lubang cinta milik Faladhina Kiseki yang telah menjadi begitu basah, siap untuk menerima serangan pertama yang akan merobek tembok suci yang ada di dalam taman pribadi milik sang gadis.

"Ayo.., Ran..., Aku sudah siap..." Kata Faladhina Kiseki sambil membuka kedua belah kakinya lebar – lebar, memamerkan segala keindahan yang terdapat pada lekukan – lekukan lembah selangkangannya yang begitu mempesona bagaikan sebuah maha karya seni.

Dengan perlahan – lahan, Vivadhi Ranata kini mulai menekan sedikit demi sedikit batang tombak pusakanya yang telah menempel dengan gerbang suci yang terdapat di tengah – tengah selangkangan Faladhina Kiseki.

Sang lelaki menekan maju batang tombak pusakanya yang telah membesar dan mengeras tersebut.

Dengan perlahan – lahan, Vivadhi Ranata menembus sedikit demi sedikit lorong cinta yang terlindungi di balik dua buah gerbang suci yang dengan begitu ketat menjepit batang tombak sang lelaki, seolah ingin beradu siapa yang paling keras, antara jepitan gerbang suci di selangkangan Faladhina Kiseki, atau kah batang tombak pusaka milik Vivadhi Ranata.

Bahkan dinding – dinding otot yang melingkupi segenap lorong cinta Faladhina Kiseki yang masih sangat sempit begitu pun juga turut menjepit batang tombak milik Vivadhi Ranata yang sedang mencoba untuk menerobos masuk lebih dalam lagi dengan kekuatan yang sangat luar biasa, seolah – olah dinding - dinding otot tersebut mencoba meremas dan melumat senjata pusaka yang mencoba menggali lebih dalam menembus lubang cinta sang gadis.

Sensasi jepitan serta remasan yang begitu kuat, dipadu dengan betapa ketat serta sempitnya lorong cinta milik Faladhina Kiseki yang terasa sangat basah dan hangat memberikan sensasi sensual yang begitu sangat luar biasa yang menjalar dari organ intim milik Vivadhi Ranata yang berada di dalam cengkraman lubang cinta sang gadis hingga merebak memenuhi segenap jiwa dan raga sang lelaki.

Faladhina Kiseki yang juga sedang merasakan sensasi nikmat tak terbayangkan dari hasil pergesekan antara tombak pusaka milik Vivadhi Ranata dengan dinding – dinding otot penuh ujung syaraf di sepanjang liang cinta milik sang gadis tersebut pun mulai mengeluarkan desahan panas dan erangan nakal dari bibirnya yang manis merekah begitu menggoda untuk diciumi oleh siapa pun yang melihatnya.

Dan tatkala ujung tombak panas milik Vivadhi Ranata telah berhasil membentur tembok suci yang masih mempertahankan keperawanan sang gadis tersebut, Faladhina Kiseki meninggikan erangan yang keluar dari bibir manis nya yang telah terbuka lebar – lebar, membentuk sebuah lengkingan bernada tinggi yang menandakan puncak getaran emosi yang sedang dirasakan oleh sang gadis.

Entah emosi itu rasa sakit, atau nikmat, atau campuran dari keduanya....

Siapa yang tau?

(-^_^-)

Nächstes Kapitel