webnovel

31. Lill Brat!

Masih berdiri ditempat yang sama tanpa menggeser satu inchi pun tungkainya untuk menjauh. Beranjak pun enggan, nyatanya, mendengar penolakan halus Yerin setelah dirinya menawarkan ajakan atau malah menyuruh agar Yerin segera ke kamarnya, membuat Jungkook sempat terdiam beberapa saat.

Jungkook bukan tidak sengaja mengatakan hal yang harusnya tidak dibahas meskipun perlu. Pun Jungkook sedang berusaha membujuk Yerin untuk kembali kekamarnya dan tertidur dengan alasan paling logis dan paling realistis. Yaitu; kampus. Walaupun dia tidak berbohong karena memang benar besok Yerin harus menemui rektor karena kemarin dia tidak hadir memenuhi undangan hari pertama perkuliahannya. Kemarin Jungkook berniat mewakilinya, tapi sayangnya itu tidak bisa dilakukannya karena pihak kampus membutuhkan kehadiran yang bersangkutan. Pun akhirnya Jungkook menurut saja.

Jungkook masih berpegang teguh pada titah nenek Kim yang mengutus Jungkook menjadi teman Yerin. Nenek Kim juga mengatakan padanya, tidak apa membuat Yerin sedikit tak nyaman dengan terbiasa bersama orang lain, karena nenek Kim sungguhan akan membuat Yerin menjadi pengganti untuk dirinya. Pewaris harus pandai bersosialisasi. Setidaknya jika pun hanya dengan orang-orang tertentu, itu sudah lebih baik daripada tidak sama sekali. Pun Jungkook melakukannya sekarang. Berlaku seperti seorang teman dan pikirnya tidak apa-apa ikut campur terlalu dalam. Pun kelihatannya Yerin tidak masalah jika dirinya terlalu dalam mengorek apapun tentang Yerin. Malahan Yerin sendiri lah yang seperti membuka gerbang untuk Jungkook masuk dan memporak porandakan semuanya. Termasuk hati dan pikirannya.

"Aku sudah akan naik tadi, tapi kau malah menyusul. Apa ada yang lain selain kau mau minum?" Yerin beranjak, meletakkan kembali botol berisi air dingin itu kembali ke kulkas.

Sengaja Yerin berucap pada Jungkook tanpa menoleh. Baiklah, Yerin setakut itu tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri jika sepasang netranya sudah bersirobok dengan manik hitam indah seluas galaksi itu.

Pun Jungkook yang malah menarik kursi didepannya dan mendaratkan bokongnya begitu saja. Duduk dengan menyilangkan kaki dan kedua sikunya menopang pada meja, sedangkan dua tangannya menangkup wajahnya sembari mengawasi setiap pergerakan Yerin. Semenarik itu Kim Yerin dimata seorang Choi Jungkook.

"Tidak ada." ucap Jungkook kelewat santai, membuat Yerin muak dan berakhir memutar malas bola matanya. Sebal.

Yerin pun berbalik badan, memutar tungkai dan melenggang begitu saja melewati Jungkook untuk berniat ke kamarnya. Melanjutkan tidurnya atau malah begadangnya. Karena sungguhan ia belum tidur sama sekali. Dan ini adalah rekor baru bagi Yerin, jam berjaganya lebih panjang daripada jam tidurnya. Biasanya tidak seperti itu, sudah dipastikan hari-hari Yerin sebelum hari ini adalah; lebih banyak jam tidurnya.

Namun langkahnya tiba-tiba memberat, serta pergelangan tangannya yang serasa ditahan dan di genggam dengan lembut. Seperti memang berniat menghentikan tapi dengan cara yang kelewat manis. Seperti sekarang saja, Jungkook telah menahan pergelangan tangan Yerin, hingga membuat gadis itu berhenti dan menoleh kepada pemilik lengan yang berani-beraninya menghentikan langkahnya.

Dalam benak Yerin bertanya, sekalipun yang terlihat hanya sorot mata menanti penjelasan. Tapi sungguhan Yerin sedang sangat penasaran. Apa memang Jungkook orangnya seperti itu? Selalu semaunya sendiri dan bersikap kelewat romantis seperti pada seorang kekasih daripada seorang teman bayaran?

Yerin mendadak terhuyung dan hampir limbung saat Jungkook menariknya dengan kuat, sengaja sekali agar tubuhnya menubruk dirinya. Modus!

"Jungkook!"

Yerin memekik geram setelah Jungkook berhasil mendudukkan bokongnya dipaha sekal miliknya. Meskipun mendadak, Jungkook tahu apa yang sedang dia lakukan.

Kurang ajar? Atau malah Jungkook sedang berusaha memberi sebuah sentuhan kenyamanan yang sebenarnya Yerin inginkan tapi gadis itu terlalu takut. Takut pada dirinya sendiri dan pada fantasinya.

Sedangkan Jungkook hanya terlihat menyungging senyum nakal, beriring dengan kerlingan dimata kanannya yang malah membuat Yerin ingin segera menggampar wajah yang kelewat sempurna bak dewa yunani itu. Menyebalkan sekali saat Yerin kesal dan berniat memberi sentuhan fisik berupa tamparan, tapi berakhir dia terpesona sendiri dan membatalkan niat biadab nya itu.

"Noona, cantik sekali sih." ucap Jungkook seperti berusaha menggoda, sedangkan Yerin masih kukuh dengan perangai sebalnya. Melipat kedua tangan didepan dada meskipun bokongnya sudah sangat gelisah karena duduk didudukan yang nyatanya nyaman sekali; paha sekal Jungkook.

"B-e-r-i-s-i-k." Yerin melafal kalimatnya perlahan. Padahal hanya satu kata, tapi memerlukan beberapa sekon lebih lama untuk menyelesaikannya.

Sekarang bukan sahutan ataupun bantahan, pun Jungkook sangat membenarkan apa yang Yerin katakan. Dirinya memang berisik sekali seharian ini. Memuji dalam diam semenjak pagi hingga malam, membujuk dengan sekuat tenaga agar Yerin menurutinya. Pun sekarang dia tidak perlu menahan lagi untuk melontarkan pujian tentang betapa manisnya seorang Kim Yerin. Seperti sekarang, yang Jungkook sungguhan melontarkan dengan kelewat lantang didepan Yerin yang duduk diatas pahanya. Sesekali bergerak tak nyaman yang malah membuatnya seperti sedang digesek-gesek seperti sedang diberi sebuah rangsangan. Sial!

Meskipun begitu, Jungkook masih sangat setia dengan senyumnya yang tidak menyurut barang sedetikpun. Merasakan desiran darahnya memuncak saat Yerin hendak beranjak dari pahanya, seperti tak rela sekali jika Yerin pergi dari sana.

Dengan vein dan bisep dilengan yang terbentuk begitu indah, tidak seorang pun bisa mengelak kekuatannya. Pun sekarang saat kedua lengannya mengangkat tubuh Yerin dan menempatkan Yerin menjadi duduk dikedua pahanya dan berhadapan dada dengannya. Dua kakinya jelas terbuka karena Jungkook seperti sengaja sekali membuat Yerin seperti sedang mengangkang untuknya. Seperti sungguhan Yerin yang sedang menggoda Jungkook untuk memberinya pelepasan, padahal jelas saja Jungkook yang kurang ajar pada noona nya!

"Brengsek kau!"

[]

Nächstes Kapitel