webnovel

23. Be Mine!

Gemeruh masih terdengar lantang, namun bukan lagi berasal dari sorak kemenangan sang pembalap mobil merah. Namun perihal perkelahian sengit yang bahkan tidak pernah terduga terjadi antara Choi Jungkook dan Choi Jimin. Terlebih lagi sorakan yang pilu dan semua sorotan yang langsung seperti menghakimi bahwa Jungkook lah pihak tersalahnya. Tak ingin tahu menahu lebih jauh, karena semua hal pasti akan ternilai berdasar apa yang terlihat. Tak ingin mendengar, pun tak ingin penjelasan yang bahkan mungkin tidak akan Jungkook buka. Biarlah sekarang dia lah yang akan menjadi bulan-bulanan semua pemilik ratusan pasang kaki yang telah menyaksikan kebrutalannya.

"Bangunlah! Kita akhiri disini!"

Jungkook bangkit dari atas tubuh Jimin. Membiarkan Jimin berusaha berdiri sendiri dengan susah payah. Jungkook sama sekali tidak menghiraukannya. Jangankan menolongnya, sekedar menciptakan pembicaraan lagi saja rasanya enggan.

Menatap Yerin yang masih terlihat sangat terkejut dan shok adalah tepat sedetik setelah Jungkook melangkah beberapa langkah menuju pijakan Yerin. Jungkook bisa melihat gadis itu sangat tidak bisa dikatakan baik-baik saja dari air mukanya yang memerah panik. Tangannya yang menangkup wajah masih terlihat gemetar walau Jungkook belum sampai di pijakan gadis itu.

Pun setelah Jungkook sampai dihadapan Yerin, Jungkook langsung menarik tubuh Yerin kearah dirinya. Mendekap dengan hangat gadis yang sangat dia sayangi. Bahkan mungkin dia lupa bahwa kekasihnya ada disana. Memperhatikan dengan raut tak suka yang melebur beserta sorot tak percaya. Tidak bisa disembunyikan, meskipun gadis itu berusaha untuk tetap terlihat tidak peduli.

Disisi lain Jimin yang seperti mendapat kejutan baru ditiap detiknya malam ini. Ternyata tidaklah mudah menyingkap semua tabir yang selalu abu-abu. Ingin segera mengungkap karena penasaran. Namun ia juga lebih penasaran pada perasaan Yerin yang sebenarnya pada Jungkook. Setelah dia tahu rahasia yang dia rasa bahkan sangat rahasia, ketika dalam satu waktu Jungkook juga tidak tahu bahwa dirinya mengetahui semuanya. Tentang siapa Jungkook dan asal usul Jungkook.

Tidak menolak pun tidak membantah. Semua perlakuan Jungkook, Yerin terima dengan balasan yang tak kalah erat. Sengaja membenamkan wajahnya didada bidang Jungkook. Seketika tidak sengaja menghirup feromon maskulin vanilla yang langsung menyerbak penghidunya, seperti memberi magis agar gadis itu tetap disana. Menghirup rakus sambil sesekali terisak penuh iba. Rasanya Jungkook seperti tertusuk ribuan jarum dihatinya saat mendengar isakan itu. Isakan yang dia tahu bahwa sang gadis menahannya dengan begitu panas di tenggorokan.

20 detik berlalu dan Yerin masih saja dipeluk erat oleh Jungkook. Dia tahu bahwa aroma Jungkook bisa sedikit mengurangi bebannya. Membuat semuanya yang semula begitu berat, menjadi sesuatu yang bisa dia atasi dengan baik. Namun perihal isakan dan rasa takutnya, Yerin masih berusaha menyembunyikannya. Meskipun dia sendiri juga sangat tahu bahwa menenggelamkan dirinya didalam pelukan Jungkook pun tidak bisa sama sekali membuat tangisnya teredam dalam kehangatan.

Jungkook beringsut melepas dekapannya. Merenggangkan menjauh dari Yerin dan berbalik menghampiri Sewon yang masih memandanginya sedari tadi. Jungkook tahu apa yang Sewon inginkan. Apa yang Sewon mau darinya. Jungkook tahu dan sangat paham. Jaraknya hanya beberapa meter dari pijakan Yerin, membuat Jungkook tidak memerlukan banyak waktu untuk akhirnya sampai dihadapan Sewon yang masih bersidekap dada menunjukkan keangkuhannya.

Jungkook kali ini muak. Sewon terlalu banyak drama dan terlalu menuntutnya. Padahal sejam yang lalu bahkan dirinya rela menukarkan noona nya demi gadis Park yang dia pikir bahwa dirinya sangat mencintainya. Namun sekarang semuanya berubah. Sewon itu bukan gadis yang seperti orang-orang elukan tentang betapa sempurnanya kekasihnya itu. Semuanya lenyap, cintanya, kasihnya, beserta harapan-harapan semu yang dulu pernah dia rencanakan bersama Sewon. Yang ada sekarang, hanyalah sebuah kebencian yang sama dalamnya dengan rasa cintanya.

Jungkook maju selangkah, merapat pada tubuh Sewon dan membisikkan dengan seduktif maksud dan tujuannya menghampiri gadis itu.

"Kita bertemu di apartemenku lusa malam, dan mari kita lakukan, nona Park Sewon."

Seketika gadis itu meremang, ternyata Jungkook bisa membuatnya hampir saja melayang hanya karena bisikannya yang kelewat seduktif. Menyalurkan afeksi pada daun telinganya dengan embusan nafas yang berkali-kali menyapa saraf telinganya yang entah bisa-bisanya langsung membuat seluruh tubuhnya linu menegang.

Namun bukan Park Sewon jika dia gentar. Senyum miringnya mewarnai riuh yang seketika hening saat Jungkook memutuskan sesuatu. Tawaran Jimin yang sempat dia katakan sewaktu dirinya dibuat begitu bodoh didepan kaca westafel besar itu. Tentang sebuah mengukur jalan sirkuit dengan tujuan menjadi yang pertama tiba digaris finish yang juga merupakan garis start.

Jungkook telah mengambil keputusannya. Mempertimbangkan dengan matang sekali pun dirinya sedang diliputi amarah. Bukan hanya sekedar amarah yang meminta pelampiasan, namun semua emosi didalam isi kepalanya sudah melebur menjadi satu keputusan gilanya.

Nächstes Kapitel