webnovel

18. Is that right?

Pengar dan panas. Hawa yang sudah terlampau biasa bagi seorang pria seperti Choi Jimin. Berada disebuah klub elit yang tidak pernah absen dari kata ramai. Pemandangan yang menggiurkan bagi siapapun mata pria memandang. Siluet tubuh S line yang sempurna dengan beberapa bagian yang menonjol dengan tidak santai. Saling bergesekan diatas lantai dansa dengan iringan debuman musik DJ yang seperti memalu kepala. Lampu disko yang berkerlap-kerlip nyatanya tidaklah kalah memusingkannya dengan sebotol vodka yang telah ia tenggak bersama pria yang sedang hanya menatapnya di dudukan seberang.

Jimin sengaja menyewa sebuah meja dengan dua sofa yang empuk diruangan yang tergolong privat. Ruangan yang sengaja dia sewa untuk menyambut seorang gadis yang katanya ingin sekali bertemu dengannya. Oh ralat. Maksudnya ingin menemuinya.

Jimin tidak sedang dalam mood yang baik jika diminta untuk ikut menari dengan para wanita klub diatas lantai dansa itu. Bau pengar yang pasti akan memenuhi penghidunya dan musik DJ yang seperti menyumpal pendengarannya. Tentu itu tidaklah jadi sesuatu yang menyenangkan ketika Jimin sedang berada didalam mood yang buruk.

"Tidak bergabung?" Jimin menepiskan botol vodka nya yang sudah tandas semenjak tadi. Memberikan sebuah pertanyaan pada seorang pria yang hanya duduk saja sembari memperhatikan keluar. Sorot matanya gelisah, seperti sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Walau sebenarnya dia memang sedang menunggu seseorang.

Orang yang dimaksudkan oleh Jimin pun menoleh, dialah Taehyung. Lee Taehyung. Seorang pria yang terlihat sangat sangat dari wajah dan penampilannya, namun dia adalah yang paling idiot tentang alkohol. Toleransi terhadap alkoholnya sangat rendah, bahkan hanya untuk meneguk beberapa tegukan Baileys beer saja, Taehyung akan tepar dengan ocehan yang tidak terkendali. Membuat siapapun yang ingin menjebak pria itu, pasti akan sangat mudah. Namun tidak juga semudah itu, Taehyung adalah sahabat dekat Jimin. Tidak akan ada yang berani menentang Jimin, sekalipun dirinya bukan anak presiden.

Jimin adalah rajanya balap liar. Dia selalu menang melawan siapapun, menjadikannya unggulan berkat mobil sportnya dan kelihaiannya dalam menyetir. Awalnya dia tidak sama sekali berminat pada mobil- mobil seperti itu, namun berkat Taehyung, dia akhirnya bisa merasakan sensasi yang membuatnya kecanduan dalam hal balapan. Sebelumnya memang Taehyung lah yang memegang predikat raja balapan, namun semenjak Jimin mendeklarkan dirinya menjadi anggota, perlahan posisi Taehyung tergeser begitu saja oleh Jimin. Namun Taehyung dengan senang hati menerimanya. Rivalnya bukanlah seorang bermuka dua. Jimin akan terang-terangan mengajak baku hantam jika seseorang itu betulan berbeda prinsip dengan dirinya.

"Sedang menunggu yang lebih manis." ucap Taehyung seduktif. Seperti ingin segera menunjukkan bahwa ia memiliki ketertarikan khusus pada gadis yang menyatakan dirinya ingin bertemu dengan Jimin.

Beringsut untuk hendak berdiri, namun Taehyung telah menemukan presensi gadis yang sedang ia tunggu mulai berjalan kearah ruangan miliknya. Tentu saja, sudah dia bilang bahwa gadis itu menarik. Setelan rok span kulit jauh seatas lutut dengan jaket kulit hitam yang terbiarkan tanpa resleting terpasang. Dibalik jaket itu, Taehyung bisa melihat bahwa gadis itu hanya menggunakan kaos tanpa lengan yang ketat. Surai legam yang terbiarkan tergerai sebawah bahu. Serta sepatu booth dengan hak 7 senti meter yang menambah tingkat kekaguman pada dua mata pria yang sama sekali tidak melepaskan obsidiannya barang sedetik pun. Karena sungguhan, pemandangan itu terlalu menyayangkan jika terlewatkan begitu saja.

Gadis itu pun berhenti tepat diambang pintu. Menyaksikan dua orang yang bahkan tidak menyambutnya sama sekali, malah membuatnya risih karena tatapan mereka berdua seperti menelanjanginya. Bagaimana kedua pria itu menunjukkan ketertarikan mereka akan kepuasan seksual, membuat gadis itu hanya berdecih heran. Alias; menjijikkan!

"Boleh aku bergabung?" Gadis itu mulai membuka percakapan. Menanyakan perihal apakah kehadirannya dinantikan atau malah diabaikan. Tapi nyatanya yang terlihat sekarang adalah perpaduan dua-duanya. Seperti sangat dinanti juga diabaikan.

Segera Jimin mengembalikan kesadarannya. Menyuruh gadis itu masuk hanya dengan sebuabh anggukan mantap. Ternyata Taehyung benar, dirinya tidak salah menjabarkan betapa gadis itu terlalu menarik dimatanya. Dalam segala aspek kehidupan, tetap menarik bagi Jimin.

Gadis itu menarik. Wajahnya yang imut meskipun sudah dipoles dengan make up badas dengan eyeliner tajam dan lipstik merah menawan. Bagaimana bibir itu tebal dan tipis dalam sekali pandang. Kelembaban yang terjaga membuat siapapun pasti ingin menyesap betapa manisnya bilah kenyal itu ketika saling beradu. Belum lagi mata besar dengan double eyelide yang tidak semua orang Korea memilikinya. Membuat gadis itu benar-benar istimewa dimata Jimin. Lagi, collar bone yang menonjol dengan segala sisi yang turut serta membuat pangkal pahanya sesak. Sungguh, hanya dengan melihat perangai gadis itu saja sudah membuat Jimin harus menelan salivanya sendiri dengan susah payah.

Sedangkan Taehyung baru saja terkesiap. Menyadari bahwa tatapannya terlalu mengintimidasi seperti hendak menelanjangi sang gadis. Berbeda dengan Jimin, Taehyung sudah pernah bertemu dengan gadis itu sekali, di sebuah rumah sakit saat Taehyung datang menjemput Jimin setelah dirinya pergi untuk membeli sebungkus kondom berperisa strawberry. Namun tetap saja Taehyung tidak bisa menyembunyikan apapun, karena apa yang dia lihat dirumah sakit bukanlah seperti yang dilihat sekarang didepan matanya.

Gadis yang dilihatnya di rumah sakit adalah gadis manis dengan make up tipis yang merona dengan setelan celana jeans panjang dengan kemeja biru yang membalut tubuhnya yang sangat ideal itu. Surainya yang tergerai yang terbiarkan beterbangan karena angin yang menyapunya kala gadis itu berjalan tergesa-gesa. Berbeda dengan gadis yang sekarang berdiri dengan perangai sangarnya dan bajunya yang kelewat seksi. Membuat dirinya harus mengakhiri semua pikiran-pikiran kotor yang sedari tadi menari-nari diisi kepalanya, dengan objek utamanya adalah; sang gadis.

"Jimin-ssi?"

Gadis itu langsung duduk saja tanpa perintah ataupun meminta ijin terlalu sopan seperti tadi. Pikirnya, percuma berlaku sopan didepan dua pria yang jelas saja adalah pria brengsek dilihat dari cara memandangnya. Matanya sungguh ingin dia colok dengan kedua jarinya. Andai saja dia tidak membutuhkan Jimin, mungkin dia akan membuat Jimin kehilangan penglihatannya.

Gadis itu langsung mengambil posisi di sofa yang sama dengan Jimin. Dengan jarak yang hanya satu hasta ternyata tidak membuat jantung Jimin berada didalam mode aman. Jantungnya berdebar, seperti sedang mengocok gelas berhadiah dengan harap-harap tak pasti.

Jimin mengangguk, mengembalikan mode berwibawanya dan melupakan sikapnya tadi yang ia nilai sendiri; terlalu kurang ajar.

"Iya. Dan dia Lee Taehyung. Ku tahu kau sudah mengenalnya." ucap Jimin sembari mengenalkan Taehyung pada sang gadis yang bahkan hanya tersenyum miring setelah menatap Taehyung. Seperti senyuman mengejek yang terkesan menyebalkan.

"Park Sewon." gadis itu mengulurkan lengannya, mengajaknya berkenalan untuk mengetahui namanya. Nama kebesarannya dengan marga yang selalu jadi momok mengerikan bagi yang sudah mengenalnya.

Park. Pemegang saham terbesar tempatnya menempuh pendidikan. Abel Red International University. Namun, sepertinya gadis itu tidak perlu mengenalkan lebih jauh tentang dirinya itu, mengingat mereka nampaknya tidak membutuhkan itu sama sekali. Melainkan dirinya yang sedang membutuhkan bantuan mereka.

"K-kau nona Park?" ucap Taehyung terbata.

Jimin hanya berdecih mendengarnya, harusnya Taehyung tidaklah seabsurd dan sekaget itu. Tentu nona Park atau siapapun itu, bukanlah suatu masalah besar bagi keduanya, mengingat keduanya juga adalah anak orang dengan perusahaan yang saling bersaing. Kecuali Choi Jimin yang sudah menjadi orang biasa hanya karena ayah keparatnya itu yang tak pernah puas dengan hanya satu wanita yang sudah dia nikahi. Ibunya bahkan sekarang sudah tidaklah menarik bagi ayahnya. Jelas saja, sedangkan selingkuhannya adalah kekasih anaknya sendiri. Bangsat!

Mendengar penuturan Taehyung yang lebih terdengar seperti pernyataan dari pada sebuah pertanyaan, Sewon tersenyum dengan sebelah sudut bibirnya terangkat. Sudah dibilang, Sewon tidak perlu mengatakan apapun, pasti orang lain sudah mengetahui fakta itu. Bahwa ia adalah anak sulung dari pria Park pemegang saham terbesar di sebuah Universitas terbaik di Seoul, terlebih kota Abel Red dengan berbagai prestasi bisnisnya yang sudah mendunia.

Tidak butuh jawaban lebih sepertinya, selain Sewon yang hanya mengangguk setelah menoleh kearah Taehyung sejenak. Kemudian kembali mengawasi Jimin yang terlihat tidak tenang berada di sofa yang sama dengannya. Aneh sekali, sepertinya Jimin yang dia lihat berbeda sekali dengan Jimin yang diceritakan oleh teman-temannya. Dimana Jimin yang sekarang lebih terlihat seperti anak itik yang penurut daripada seorang singa balap yang akan menerkam target kekalahannya.

"Jadi apa mau mu?" Jimin bertanya, menatap betapa tajamnya mata Sewon yang tak sadar membuat maniknya seperti ditembus oleh ujung tombak. Panas dan sekali lagi, tebakannya adalah gadis itu gemar mendominasi.

"Buat dia kembali padaku." Sewon menatap tajam, menyamarkan nanarnya pandangan karena menerawang jauh bahwa ia sendiri pun tak yakin bahwa kekasihnya akan sungguhan mendatanginya. Sedangkan dirinya sudah terlanjur membuat kesepakatan yang benar-benar mempertaruhkan reputasinya.

"Siapa?" Tentu saja Jimin penasaran, begitu pun juga Taehyung yang lebih memilih menyimak. Ia sudah muak berkali-kali diabaikan dan berakhir mendapat senyuman sinis. Tapi itu cukup menarik, membuat Taehyung memiliki sebuah ide gila di kepalanya, yaitu; ia akan membuat gadis itu mengerang dibawah kendalinya.

Ingatkan Taehyung jika dia melupakan kata-katanya!

"Kekasihku." ucap Sewon kelewat datar, membuat Taehyung dan Jimin yang memperhatikannya justru malah menaruh rasa penasaran yang begitu besar pada gadis itu.

Seperti; siapa kekasihnya? Dan untuk apa seorang Park Sewon meminta bantuannya?

"Kau hanya perlu membantuku, buat dirimu kalah saat bertanding di sirkuit nanti." ucap Sewon terdengar menggelitik telinga Jimin.

Mendengar penuturan tajam gadis itu, Jimin jadi berpikir, ternyata gadis didepannya adalah iblis dengan perangai manis. Bagaimana bisa tadi dia tidak bisa mengenali sisi itu dibalik wajah imutnya. Semuanya sama, seperti dirinya, licik dan ingin mendominasi dalam segala aspek. Katakan saja bahwa sekarang Jimin sedang bercermin. Dengan refleksinya adalah seorang nona Park Sewon yang sedang menanti kesanggupannya.

"Apa yang akan kudapat?" Jimin kembali meminta kepastian. Tentu saja ini perihal simbiosis mutualisme. Keduanya harus sama-sama untung. Tidak peduli jika pun ia sebenarnya hanya ingin sang gadis.

"Apapun akan kau dapatkan Choi-ssi."

Sewon beranjak, berdiri tepat didepan Jimin yang duduk dan mendongak mengikuti pergerakan Sewon. Tidak pernah disangka bahwa sekarang Sewon sudah menunduk, meraih dagu Jimin dan membuat Jimin terkesiap karena Sewon telah menciumnya.

"Brengsek!" Tentu. Bisa ditebak siapa yang mengumpat. Taehyung yang menginginkannya, malah Jimin yang mendapatkannya. Sial! Sial! Sial!

"Baiklah. Sebentar lagi dia datang. Jadikan aku taruhan. Dan buat dia menjadi milikku lagi."

"Mengerti?"

"Tentu, nona."

[]

Nächstes Kapitel