webnovel

14. Hospital scene

Jungkook akhirnya sampai didepan pintu ruang rawat Yerin yang ditunjukkan oleh bagian administrasi padanya. Dandelion I. Sebuah ruangan VVIP yang mewah. Dari luar saja sudah terkesan hanya orang-orang sakit yang mempunyai kuasa saja yang mampu menyewa ruangan elit semahal itu. Jungkook menjadi sedikit emosional. Bagaimana hidupnya berbeda dengan Yerin padahal harusnya mereka memiliki hak yang sama.

Seketika Jungkook terkesiap, merasa pundaknya ditepuk oleh seseorang dan reflek menoleh ke belakang.

"Hyung." pekik Jungkook setelah mendapati Jimin yang ada dibelakangnya.

Jungkook ikut saja tersenyum saat melihat Jimin melemparkan senyum padanya. Matanya yang menyipit dan pipinya yang menaik, sukses membuat Jungkook kembali teringat masa lalu. Masa dimana ia masih berusia 10 tahun dan Jimin yang sudah berumur 15 tahun. Keduanya seringkali menghabiskan waktu bersama. Tetapi tentu saja saat ayah Jungkook tidak ada dirumah, bisa menjadi perkara besar jika Jungkook ketahuan bermain dengan orang asing. Jungkook sedari dulu tahu bahwa ayahnya adalah manusia paling ketat peraturan, apalagi jika sudah menyangkut tentang dirinya. Bahkan ayahnya sempat melaporkan seekor anjing tetangga yang menggonggong padanya.

Sedari dulu Jungkook sempat atau bahkan sering sekali bertanya-tanya tentang mengapa ayahnya sangat posesif dan protektif padanya. Memang benar karena dipandang sebagai seorang ayah pasti akan sangat menyayangi anaknya. Tapi jelas Jungkook melihat ada yang lain dimata ayahnya, seperti kasih sayang yang diberikan padanya adalah sebuah keharusan, kewajiban akan sebuah tugas. Namun setiap kali Jungkook menanyakan pada ayahnya perihal ibunya dan kasih sayang yang tersorot didalam matanya itu, selalu yang Jungkook dapatkan hanya senyuman. Senyuman akan sirat kasih yang tentu saja membuatnya semakin bertanya-tanya.

Dan tentang ibunya, Jungkook tidak pernah melihatnya barang sedetikpun, yang ia tahu dari ayahnya adalah; ibunya meninggal saat melahirkannya. Perihal pernahkah Jungkook melihat rupa ibunya? Jawabannya adalah; pernah. Yaitu saat ayahnya menunjukkan sebuah foto hitam putih yang menunjukkan seorang wanita yang cantik dengan balutan dress bunga berlengan pendek. Rambutnya yang nampak lurus legam dengan sedikit poni yang menutupi sebagian dahi lebarnya. Senyumnya yang menawan dengan lesung pipi yang letaknya sama dengan dirinya. Matanya yang besar dan guratan samar yang bisa ia lihat di ekor matanya. Ibunya sangat cantik.

"Sudah menemukan jati dirimu ya?" tanya Jimin begitu inosen, membuat Jungkook awalnya tidak mengerti perihal apa yang Jimin tanyakan padanya.

Jungkook masih hanya diam saja, mendengar pertanyaan Jimin sama saja seperti mendengar sebuah pernyataan. Dimana Jungkook enggan menjawab, pun juga Jimin yang tidak membutuhkan jawaban. Seperti semua yang berkaitan dengan kota menyenangkan Abel Red adalah saling berbenang merah. Pun termasuk Jimin dan Jungkook.

Marga yang sama tidak selalu menyiratkan bahwa keduanya memiliki hubungan sedarah, namun melihat beberapa kesamaan dari keduanya, membuat siapapun juga pasti akan menyangka bahwa keduanya kakak beradik. Begitupun juga yang terlihat dimata Taehyung. Pria itu tampak berjalan dari arah belakang Jimin. Terlihat sepertinya akan berhenti diantara kedua Choi itu. Dan dugaan yang kelewat tepat saat benar saja Taehyung berhenti diantara pijakan Jimin dan Jungkook. Lebih tepatnya, Taehyung sengaja berdiri diantara dua orang itu, namun wajahnya tetap menghadap kearah Jimin dan secara tidak langsung membelakangi Jungkook.

"Jim. Mangsa baru. Ke sirkuit dan kibarkan benderamu." ucap Taehyung sedikit berbisik ke telinga Jimin.

Tentu saja Jungkook masih bisa mendengarnya, karena dengan jarak sedekat itu, dan juga karena dia tidak tuli. Tapi Jungkook memilih untuk tidak menghiraukannya. Anggap saja semuanya hanya angin lalu. Karena pun jika saja Taehyung mengajaknya untuk ke lajur sirkuit untuk taruhan, Jungkook masih belum siap untuk semua permainan nyawa itu.

"Terimakasih bantuannya hyung. Aku akan menemui noona." ucap Jungkook sembari sedikit membungkukkan badannya. Tanda terimakasih karena sudah menolongnya membawa Yerin ke rumah sakit.

Jungkook hendak mendorong pintu kacanya, namun belum juga sempat telapak tangannya menyentuh daun pintu, langkahnya memberat, ia merasa seperti sebuah tangan besar telah menggenggam pergelangan tangannya.

"Noona mu ya?" ucap Taehyung sembari mendekat kearah Jungkook. Nadanya lirih dan terkesan seduktif. Tipikal pria yang suka mendominasi. Tinggi badan yang sama membuat keduanya begitu mudah bertemu tatap. Tatap nyala yang siap berkobar jika ada salah satu yang memberi bumbu yang lezat berupa pancingan.

Tidak menjawab. Jungkook lebih memilih terdiam sejenak dan sesekali melirik Jimin yang malah mengedikkan bahunya, tidak peduli.

"Cantik juga. Sesekali bawalah ke bar, ku yakin dia akan menyukainya." ucap Taehyung lagi. Kali ini lebih menggelikan di telinga Jungkook. Satu kalimat yang mampu membuat kedua tangan Jungkook mengepal hingga buku-buku jarinya memutih saking kuatnya.

Geram. Jelas saja! Taehyung kurang ajar! Bagaimana bisa pria serampangan seperti Taehyung berkata seperti itu dan memperlakukan seolah-olah Kim Yerin adalah seorang gadis murahan. Yang akan bersedia menjadi bahan taruhan kemudian tidur bersama saat kalah di pertandingan. Menjijikkan!

"Sudah cukup, Tae. Kita harus segera pergi." ucap Jimin berusaha melerai. Walau tidak secara langsung, tapi melihat air muka Jungkook yang menegang itu cukup membuatnya harus menjauhkan temannya yang kelewat serampangan itu sebelum terjadi baku hantam. Tentu saja Jimin yakin bahwa Taehyung lah yang akan terkapar. Jimin sangat tahu bahwa Taehyung adalah idiot dalam bertarung, tapi untuk bergulat diatas ranjang, Jimin mengakui bahwa Taehyung adalah dewanya.

Mendengar perkataan Jimin barusan, membuat Jungkook sungguhan menjadi mengabaikan Taehyung yang kini sorot matanya sudah tidak setajam tadi. Urat matanya seperti meredup begitu saja, dan akhirnya Jungkook memutuskan untuk masuk kedalam ruangan dimana Yerin masih terbaring disana. Selang infus serta selang oksigen yang terpasang, melihat itu semua, Jungkook sebenarnya tidak tega. Ia akan menangis, oh bahkan sekarang Jungkook sudah terisak tanpa suara.

"Kau mendapatkannya?" Jimin buka suara setelah mendapati Jungkook beranjak dan terlihat dari luar Jungkook sudah menghampiri Yerin. Berbeda dengan Jimin yang seketika tersenyum saat melihat penampakan yang manis itu, Taehyung benar-benar muak. Terlebih karena fakta bahwa gadis secantik dan sesempurna Yerin tidak akan pernah berada di sirkuit sebagai bahan taruhan dan akan berakhir sampai pagi diatas ranjang Taehyung.

Bayangan dan angan. Tentunya akan selalu menjadi angan, jika saja gadis Kim yang dia dambakan ada diatas kasurnya itu memiliki adik seperti Jungkook. Badannya yang kekar tentu saja berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya memiliki sedikit bisep dilengan atasnya dan tummy stomach yang kalau kata Jimin akan lebih seperti buah pir.

"Mahasiswi baru."

"Kau gila ya? Bisa-bisanya kau mengajak mahasiswa baru sebelum masa orientasi?"

Taehyung menggeleng mantap. Nyatanya perkataan Jimin itu terang-terangan sekali. Taehyung juga memiliki pikiran yang sejalan dengan Jimin, tidak mungkin juga dirinya mengajak seorang mahasiswi baru untuk balapan yang menyenangkan sekaligus memuakkan itu.

"Dia mengirimiku pesan barusan." ucap Taehyung dengan begitu polosnya, menunjukkan layar depan ponsel mahalnya guna membuat Jimin mampu membacanya, privat number. Namun setelahnya Taehyung malah melihat hanya kikikan geli yang Jimin tunjukkan padanya, seperti mendapat sebuah mainan baru yang akan dia mainkan malam nanti.

"Namanya Park Sewon. Dia ingin menemui kita, dia sudah menunggu kita nanti malam."

Jelas sekali bahwa setelah Taehyung mengatakan itu, Jimin langsung menoleh dan tertawa sinis. Bibirnya tertarik keatas hanya satu sisi. Sedangkan Taehyung sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Sepertinya, mendapat perangai serius Jimin itu bukanlah hal yang baik, yang malah semakin mengukir pucat tergerus fakta-fakta mengejutkan.

"Sepertinya dia berniat sekali ingin membawa dirinya untuk digagahi olehmu , Taehyung."

"Tentu saja. Ini akan seru, bukan?"

Taehyung benar-benar pria brengsek! Serampangan! Dan semaunya sendiri! Tapi untung saja wajahnya yang tampan bak dewa yunani itu bisa mengelabuhi siapapun, berlagak seperti malaikat manis walau sebenarnya dia adalah iblis yang tak ber-nurani. Kesenangan adalah segalanya bagi Taehyung. Terutama kepuasan diatas ranjang yang berdecit dibarengi dengan suara kecipak cairan lubrikasi karena penetrasinya.

Taehyung tidak menunggu respon Jimin untuk kalimat terakhirnya. Karena dia tahu, bahwa seorang Choi Jimin tidak akan pernah bisa menolak sebuah kesempatan. Pintu surga dunia sudah didepan mata, mana mungkin Jimin dengan otak yang mengagungkan logika itu menolak begitu saja. Terlebih yang Taehyung sebutkan adalah seorang mahasiswi baru, dan kemungkinan 70 sampai 80 % nya adalah gadis segel. Menguntungkan baginya, jelas saja, dia bisa merasakan miliknya terjepit sembari mengerang penuh gairah. Pun jika Taehyung menginginkannya juga, mereka bisa bermain threesome, seperti biasanya.

"Park Sewon?" ucap Jimin lirih namun tetap terdengar ingin mendominasi penuh.

Taehyung mengangguk sembari kembali mengantongi ponselnya, menatap Jimin dengan tatapan serius menanti jawaban. Ia sedikit tak yakin kalau Jimin akan menyetujuinya, karena belakangan ini Jimin sedang terlalu pening karena ayahnya yang selalu memaksa Jimin untuk berhenti kuliah dan bekerja saja mencari uang untuk dirinya. Brengsek! Ayahnya itu pemabuk dan gila wanita. Sekarang bahkan semua aset keluarganya sudah berpindah tangan menjadi milik selingkuhan ayahnya, ayahnya terlalu bodoh sehingga wanita itu sangat mudah mengelabuhinya.

Pun kehidupan Jimin tidak berubah sepenuhnya, kecuali ayahnya yang langsung jadi miskin dalam sepekan. Jimin itu jenius, tentu selagi dia mulai mengetahui bahwa ayahnya berselingkuh dari ibunya, dia terus saja membuat ayahnya mengeluarkan uang untuknya, sebanyak yang dia mau dan dia inginkan. Jimin hanya berbekal sebuah fakta bahwa ia adalah anak tunggal, jadi apapun keinginannya, pasti ayahnya akan mengabulkannya. Dan Jimin berhasil meraup uang jajan hampir mendekati angka setengah milyar dalam dua bulan dia ber-kosplay menjadi anak berandal diluar tapi anak itik didalam rumah.

Dan sekarang, Jimin masih bisa menikmati kekayaan ayahnya meskipun pria tua itu sudah kehilangan semuanya. Mobil sportnya dan uang di kartu debitnya, masih menjadi miliknya dan ia juga tahu bahwa wanita itu tidak akan pernah berani mengusiknya. Karena wanita itu bukanlah orang lain yang dia tidak kenal. Menyedihkan sekali mengingat fakta bahwa selingkuhan ayahnya adalah kekasihnya sendiri, Jung Yeseul.

"Baiklah Park Sewon. Mari kita lihat, seberapa liar dirimu."

[]

Nächstes Kapitel