webnovel

BAB 27 Menceritakan Masa Laluku

Selama beberapa hari ini aku tak tahu harus minta maaf bagaimana? ini benar-benar kesalahan dari aku tidak memperhatikan perasaannya. Kalau misalkan, dia enggak mau memaafkan aku bagaimana?

Jika suatu saat, kita tidak bisa bersama lagi. Aku mohon jangan pernah meninggalkan salat lima waktu ya. Umur tidak pernah ada yang tahu jantung akan berhenti kapan? Hanya Allah yang tahu. Kita hanya menjalankan perintah saja, selama hidup di dunia untuk beribadah bukan mencari kesenangan saja.

Aku pun pernah merasakan hal yang sama seperti kalian, hanya saja enggak tepat kalau menjelaskan sambil berdiri. Lebih baik kita bicara sambil duduk, walaupun hanya sebatas berbincang sudah cukup buatku bahagia. Namun, sebelum itu aku mohon kepada kalian jangan pernah bilang ke siapa-siapa ya.

Yang tahu perihal ini hanya kalian saja, orang lain tidak akan kasih tahu. Terdapat masa lalu belum pernah ceritakan sebelumnya. Oke! Suatu ketika aku sedang menunggu seseorang. Heh... yang datang mantan pacarku. Sontak bingung mau bicara tentang apa dengannya?

Padahal semalam aku tidak chat maupun telepon sama dia. Otomatis bingung mau jelaskan mengenai kemarin tentang ucapan membuatnya tersinggung, aku sama sekali enggak mau bertemu lagi sama dia, "Kenapa diam saja sih? Aku sudah berusaha ke sini demi kamu."

Lah bukannya kemarin tuh aku chat sama Kakaknya. "Tunggu! Sebentar perasaan kemarin tuh aku chat sama Kakakmu, kenapa yang datang kamu?" tanya Frendy dengan wajah kebingungan. Aku pun tak menyadari yang datang ke sini dia, perlu deh cari alasan masuk akal.

Supaya langsung percaya. Dia memang susah kalau di bilang sekali, inginnya terus berada di sampingku. Jadinya privasi aku terganggu karena dia, "Hmmm... karena aku ambil handphone Kakak, soalnya aku kangen sama kamu. Masa kamu enggak kangen sama aku?" tanya perempuan dengan ekspresi kerinduan sama seseorang.

Idih siapa juga yang kangen sama dia, "Lagian aku datang ke sini untuk ketemu sama Kakakmu, jadi yang perlu di tanyakan adalah kenapa kamu yang datang bukan Kakakmu?" tanya Frendy dengan menahan amarah di hadapan mantan pacar.

"Jangan mengalihkan perbicaraan dong," ucap perempuan dengan penuh percaya diri. Jadi kesal deh sama dia aku tanya apa? Jawab ke mana saja. Enggak menyambung pertanyaan dari sebelumnya. "Sudah deh sekarang kamu lupakan kenangan bersamaku, jangan pernah bilang kepadaku rindu! Itu semua sudah tidak berarti lagi buatku."

"Kenapa sekarang kamu sudah berubah enggak seperti dulu lagi?" ucap perempuan menahan air matanya. Dalam diriku tidak merasa bersalah mengatakan seperti itu, "Terserah! Terserah! Aku sudah enggak peduli lagi sama kamu! Mending sekarang pergi dari sini."

Pada saat itu, aku sudah tidak terkontrol menahan emosi, yang ada dalam pikiranku bagaimana bisa berbicara seperti itu. Sampai sekarang pun aku belum minta maaf kepadanya. Tapi entah mengapa Kakaknya sama sekali tidak marah kepadaku? Yang sudah menyakiti adiknya?

Malah semakin akrab semenjak kejadian itu. Namun, kondisi hatiku sudah sepatutnya untuk minta maaf sebelum terlambat. Demi dia aku rela berbohong kepada orang tuaku untuk pinjam uang, tapi tak ada alasan yang pas mengenai kebohongan tersebut. Seharusnya, aku perlu meminta maaf kepada dua sosok yang pernah menyakiti hatinya.

Hingga akhirnya, aku pergi ke rumahnya untuk minta maaf. Namun, aku bertemu sama orang tua. "Kenapa kamu datang ke sini? Seharusnya kamu tidak pantas berada di tempat ini." tanya Bapak perempuan dengan wajah mau marah.

"Aku tidak seharusnya menyakiti hati putri Bapak, untuk itu aku mau minta maaf." ucap Frendy dengan sedikit cemas. Pada waktu itu, aku sudah enggak bisa berbuat apa-apa. Menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Melihat wajah orang tuanya tidak berani, aku pun meninggalkan rumahnya.

Seketika di hadapanku terdapat sosok perempuan yang mirip sekali sama mantan pacar. Setelah melangkah lebih dekat, sambil bahwa barang kesukaannya. Tanpa sadari ternyata ia sudah punya pacar. Entah kenapa hatiku semakin panas?

Apa mungkin aku cemburu sama dia? Masa ya sih, lagian selama ini aku sudah putus loh. Aduh semakin gawat kalau misalkan aku berada di sini. Terus kecemburuan semakin panas, lebih baik meninggalkan tempat ini.

Semenjak melihat seseorang lagi dekat dengannya, membuatku sudah yakin itu adalah pacar barunya. Namun, aku belum terlalu yakin sih. Apakah benar pacar barunya atau bukan? Perlu ketahui aku akan tetap tegar melupakan kejadian yang kemarin.

Beberapa hari kemudian, aku sudah melupakannya. Dan Kakaknya dia sudah jelaskan siapa yang kemarin lagi dekat dengannya? Dugaanku benar seseorang tersebut adalah pacarnya. Membahas hubungan sudah mendekat ke jenjang lebih serius.

Otomatis meminta maaf sudah tersampaikan melalui Kakaknya, terserah sih dia bakal memaafkan kesalahanku atau enggak. Pastinya dari lubuk hatiku sudah yakin untuk mencari pasangan hidup yang baru, masa lalu ya masa lalu untuk saat ini, prioritasku adalah mencari pekerjaan, itu semua demi keinginan orang tuaku walaupun sudah meninggal.

Aku di kasih tahu sama tetangga permintaan terakhirnya. Nah, sekarang sudah kerja bersama dua sahabatku yaitu Rita, dan Firdaus. Sekarang sudah punya komunitas untuk menyelesaikan masalah kalangan masyarakat sekitar, tapi untuk saat ini masih di kawasan Jakarta saja.

"Wah, cerita anda menarik sekali kenapa enggak di buat buku?" tanya masyarakat. Hmmm.... benar juga apa yang di katakan oleh kalian. Kenapa enggak di buat buku saja? wah tidak kepikiran soalnya. Dalam pikiranku hanyalah, "Masih banyak permsalahan aku yang belum di selesaikan,"

Bukan cuma itu saja sih, masih banyak kok tapi aku enggak mau kasih tahu dulu. Rahasia ini masih di pegang rapat karena terdapat banyak sekali masalahnya, membuat dua sahabatku bakal enggak setuju. "Oh ya, mantan pacarnya siapa namanya?" tanya warga sekitar sambil tersenyum.

"Hmm.... kasih tahu jangan yah, jangan deh cukup aku saja yang tahu namanya hehehe...." ucap Frendy sambil senyum. Yang perlu ketahui di sini sudah saling kenal sama dua sahabatku. Takutnya kalau sudah di beritahu kepada kalian, nanti di kasih tahu.

"Oke!" alhamdulillah aku sudah merasa lega sudah menceritakan semuanya. Walaupun ada beberapa tidak di ceritakan. Haha..... sudah pukul 14.00 siang saking seriusnya bercerita jadi lupa belum salat zuhur.

Beberapa langkah menuju ke Masjid. Ada anak kecil sedang bermain, aku dulu belum pernah main seperti ini. Tapi aku senang sekali melihatnya, walaupun membuatku mengingat kembali masa lampau.

Hingga akhirnya, aku menemukan jawaban mengenai permasalahan terlintas dalam pikiran. Hanya saja belum terlalu yakin sih, semuanya akan berjalan dengan lancar. Dan juga aku belum minta maaf sama Lusi. Persoalan yang kemarin gara-gara salah mengucapkan kalimat.

Pasti dalam hatinya tersinggung sampai sekarang WhatsApp dari aku belum di balas juga, mau sampai kapan sih seperti ini terus? Kalau misalkan merasa tersinggung atas ucapanku ya sudah aku minta maaf. Asalkan Lusi harus balas pesan dari aku karena ada keperluan mendesak.

Tidak bisa menjelaskan secara melalui sebuah aplikasi WhatsApp. Harus saling bertapapan antara aku sama kamu, jangan dulu berpikiran aneh-aneh. Aku sama sekali enggak ada niatan untuk merusak masa depanmu, dari lubuk hati yang paling dalam "Kuakan selalu menjaga kamu dalam kondisi bahagia maupun kesedihan,"

Itulah mengapa aku tidak gegabah mengutarakan perasaanku kepadanya? Harus ada penilaian terlebih dahulu. Walau kita berdua baru saling kenal selama beberapa bulan. Tapi dalam hatiku, "Entah mengapa hati ini merasa ada rasa suka terhadap seseorang perempuan di Bogor?" apa mungkin perempuan tersebut adalah Lusi.

Tapi belum terlalu pasti sih mengenai siapa perempuan tersebut, setidaknya sekarang aku perlu bertemu berdua sama kamu. Tanpa harus mengajak Firdaus. Nanti tidak bisa menyampaikan secara tenang, kalau misalkan ada dia yang ada malah grogi.

Paling penting di balas dulu, kalau seperti ini akan mengakibatkan orang sekitar bertanya-tanya. Termasuk tetanggaku paling suka memberitahu ke yang lain mengenai aku seperti apa. Malah sempat-sempatnya kabar bohong bahwa aku sedang ketawa sendiri di rumah kontrakan. Padahal lagi telepon sama teman Kampus.

Ya sudahlah paling dia iri sama aku punya teman, sedangkan ia sama sekali enggak punya teman. Namun, aku malah mengajak dia untuk berteman denganku heh.... di jawab dengan bahasa tidak pantas untuk di bicarakan. Tapi aku malah sabar menghadapinya.

Tak perlu bicara seperti itu, kalau memang dirimu tidak butuh teman ya sudah bicaranya secara lembut. Jangan mengandalkan emosi ya. Aku selalu terbuka untukmu kalau memang dia belum ingin bergaul sama seseorang di sekitarnya.

Perlu ia sadari hidup di dunia butuh seseorang yang selalu berada di sisimu. Mungkin saja kekasihmu, kerabat, dan juga sahabat terdekat. Sehingga suatu saat, dia akan merasakan kesepian yang pernah aku alami dulu. Tidak punya sosok yang selalu mengingatkan kepadaku, setelah tidak berteman lagi sama Firdaus.

Otomatis kehidupan sehari-hari cuma melamun, mabuk, dan paling parah mengikuti pergaulan yang menurutku tidak perlu dilakukan. Alhamdulillah selepas meninggalkan sosok terlibat dalam melakukan kejahatan akhirnya aku bertobat ke arah yang lebih baik.

Satu sisi masih punya sosok menyuruhku untuk bertobat. Namun, sayangnya beliau sudah enggak ada di bumi. Hahaha.... itulah mengapa aku tidak ingin ia terjerumus ke arah enggak baik, "Apapun alasannya jangan pernah mengikuti hawa nafsu kita, tapi ikuti hati kita."

Setiap kehidupan pasti mempunyai resiko ada bahaya maupun sedikit tidak berbahaya. Kalau melakukan kegiatan jangan pernah lupa untuk berdoa terlebih dahulu, keadaan seperti ini sering banget terjadi.

Aku pun menyadari hal tersebut akan mengakibatkan nyawa kita akan melayang, tapi kalau kita selalu ada Allah bakal melindungi dari maha bahaya. Takdir sudah ada di tangan Allah, kalian hanya bisa berdoa supaya masih di berikan umur panjang.

Entah itu dalam kondisi sedang bahagia maupun kesedihan. Tapi satu sisinya kita tak sanggup hidup seperti ini terus, pasti punya cara lain supaya kalian mendapatkan segalanya. Aku tidak menyarankan seperti itu, yang perlu ingat mereka harus ada mendampingi supaya selalu mengingatkan bahwa itu enggak baik untuknya.

Padahal dulu tidak memikirkan kondisi perasaan orang tua seperti apa. Dengan begitu banyak tanggapan dari kalangan masyarakat sekitar, "Heh.... tahu enggak Frendy sekarang jadi buronan loh apa tidak kasihan lihat orang tuanya sedang sakit,"

Sampai detik ini pun aku belum pernah melayat ke makam orang tuaku, dengan kondisi permasalahan yang belum di selesaikan. Keluarga besar sudah menyarankan jangan pernah mengunjungi ke makam orang tua.

Aku tidak sadar ada orang lagi duduk di sampingku, kaget seketika ternyata sosok tersebut adalah Lusi. Aku enggak percaya apa ini nyata atau enggak? Soalnya aku belum pernah kasih alamatku ke dia. Terus ia tahu rumah kontrakanku dari siapa? Mungkin dari Firdaus ya.

Kok kenapa enggak minta izin dulu? Supaya ada persiapan untuk ketemu sama seorang perempuan yang aku cintai. Tak ada yang pasti ke depan seperti apa. Apakah dirinya adalah jodohku? Mungkin saja ya. persoalan seperti ini hanya Allah yang tahu, aku hanya bisa berdoa, berusaha dan beriktiar.

"Lusi sejak kapan berada di sini?" tanya Frendy dengan sedikit gugup bertemu sama calon pujaan hati. Walaupun merasa berat bertatapan dengannya, aku semakin semangat memberitahukan perihal ini padamu.

"Sejak dari tadi," ucap Lusi dengan wajah bete. Hah.... Lusi kenapa ya hari ini? Berasa berbeda pertemuan pertama kali ketemu bersamamu di Bogor. Apa ada masalah ya? kali ini aku harus tanya takut terjadi apa-apa sebelum ke sini, "Hmmm.... aku boleh tanya enggak?" tanya Frendy.

"Mau tanya apa?" tanya Lusi dengan wajah dingin tanpa melihatku. Lantas aku makin khawatir dong sama Lusi. Perlu WhatsApp Firdaus kali saja tahu perihal masalahnya, "Assalamualaikum Firdaus tahu masalah Lusi apa?" ketik Frendy di roomchat dengan di kasih emot senyum.

Benar dugaanku kebiasaan Firdaus. Kalau balas suka lama jadinya bimbang mau kasih pertanyaan untuknya, baru kali ini menghadapi permasalahan sedang di hadapi oleh Lusi. Padahal aku belum terlalu yakin bisa menyelesaikan masalah dia. Memang apa yang membuat dirimu dingin menanggapi berbicara denganku?

Selama beberapa menit kemudian, akhirnya dibalas juga "Wa'alaikumsallam enggak tahu Frendy soalnya Lusi enggak cerita sama gue," ketik Firdaus. Waduh.... makin bingung saja apa mengulur waktu sampai ia mood kembali normal?

Terkadang susah juga kalau misalkan kita berdua tidak saling mencintai, bahkan aku tak tahu mengenai hati seorang perempuan seperti apa. Dalam pikiranku, "Bagaimana caranya supaya kita saling terbuka satu sama lain?" aduh secara kan aku orangnya benar-benar pendiam banget.

Kalau ada yang mengajak berbicara pun kadang di dengarkan misalkan bermanfaat buatku, menurutku lebih baik nanti saja supaya enggak semakin marah kepadaku. Persoalan kemarin juga aku belum minta maaf. Nah, baru saja dapat ide.

"Apakah perlu mengajak Lusi ke tempat toko buku? Lagian selama ini ia suka banget baca buku." ucap dalam hatiku sambil tersenyum mengarah ke atas. Sontak Lusi langsung berbicara kepadaku, "Kamu kenapa senyum sendiri?"

"Tidak apa-apa Lusi, oh ya sekarang kamu sibuk enggak?" tanya Frendy dengan kedua tangannya bergetar. "Memang kenapa?" tanya Lusi sambil lihat tanganku bergetar. Waduh sepertinya ada respon dari Lusi nih, membuatku semakin percaya diri.

"Aku mau mengajak ke toko buku," ucap Frendy masih keadaan kedua tanganku masih bergetar saking groginya. Tanpa sadari tenyata sekarang sudah kembali tersenyum, walau hanya sebentar sudah buatku makin penasaran.

Kalau lihat seperti ini membuatku mengenang kembali bersama mantan pacar yang sudah berakhir sekitar 7 tahun. Bahkan sampai sekarang hubunganku sama dia semakin kurang harmonis, sampai di bantu oleh temanku. Jika suatu saat, bertemu dengannya aku harap ia tetap seperti dulu. Namun, bukan berarti aku akan balikan lagi sama dia.

Kira-kira sekarang kerja di mana? Heh.... hampir lupa aku kan mau mengajak Lusi ke tokoh buku di Jakarta Selatan. Bismillah sebelum berangkat kita akan melaksanakan salat asar terlebih dahulu, supaya hati kita tenang.

Selesai salat asar, kita langsung berangkat ke toko buku naik sepeda motor. Agak bagaimana setelah sekian lama tidak di bonceng sama seorang perempuan? Hati ini terasa tentram banget kalau dekat dengannya. Seperti enggak ada beban sama sekali. Bukan berarti harus melakukan sesuatu yang dapat merusak masa depannya.

Atau memang tidak tahu perihal masalah Lusi. Setidaknya tahu kondisi perasaan Firdaus seperti apa. Aku memahami betul kondisi hati, salah satu dari kita akan melakukan persaingan untuk meluluhkan hati seorang perempuan.

Walaupun perempuan sama yaitu Lusi Az Zahra. Setidaknya aku harus tetap berpikiran positive thinking ke depannya, supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan kedua pihak. Aku pun tidak akan melakukan curang supaya percaya kepadaku.

Hanya saja sampai sekarang belum menemukan rencana sih, setelah sampai di toko buku daerah Jakarta Selatan. Aku baru mendapatkan sebuah ide menurutku tidak perlu di kasih tahu dulu, sampai ia dapat ide juga.

Masa ya beritahu, "Firdaus tahu enggak? Aku baru saja dapat ide mengenai meluluhkan hati Lusi." kan enggak mungkin dong yang ada nanti ide sama dengannku. Lebih baik di simpan dulu dengan rapat.

Supaya tidak terlepas memasuki ke dalam otak Firdaus. Agak aneh sih berkaitan dengan persaingan meluluhkan hati Lusi. Seperti kembali ke zaman SMA dulu, hanya saja aku melakukan kecurangan memberitahu kepada mantan pacar bahwa sosok lelaki tersebut suka berpikiran aneh-aneh, kalau lagi dekat sama perempuan. Heh... percaya dong kirain enggak percaya sama bicaraku.

Seperti perlu deh minta maaf sama lelaki yang sudah terlanjur mengundurkan diri gara-gara aku. Untuk kali ini akan berjalan secara spotif, persaingan secara sehat, dan tidak melibatkan bantuan dari orang lain.

"Lusi bagaimana suka enggak aku mengajak ke sini?" tanya Frendy dengan ekspresi bahagia bisa berjalan berdua dengannya. Walau belum di jawab sama dia. bukan berarti ia cuek kepadaku, soalnya dari tadi serius banget baca bukunya.

Sampai-sampai tidak ngeuh kalau kesini sama aku hmmm.... lebih baik tunggu saja deh sambil baca buku, tidak berselang lama ada suara perempuan menurutku mirip banget sama Rita. Apa mungkin dia sedang berada di sini?

Waduh kalau begitu berarti aku harus meninggalkan tempat ini, supaya tidak terjadi kecemburuan melihatku bersama Lusi. Soalnya pernah kejadian beberapa hari ke belakang aku sedang makan siang sama Lusi.

"Frendy sama siapa di sampingmu?" tanya Rita dengan wajah cemburu. Sontak aku tidak bisa berkata secara jujur, bahwa aku sedang mengalami jatuh cinta sama Lusi. Secara kan Rita orangnya paling agresif kalau melihat seorang lelaki dekat sama perempuan lain, termasuk aku pernah mengalaminya.

Pada waktu itu juga aku sama sekali enggak di jawab supaya apa? Supaya kecemburuan dia tidak semakin panas dalam dirinya. Jadinya aku diam selama lima menit, sampai ia sudah mereda hatinya. Baru deh di jawab, "Cuma teman kok, aku enggak ada hubungan sama dia. Please jangan cemberu ya." ucap Frendy dengan sedikit was-was.

Hah... sampai-sampai aku berkeringat seluruh tubuhku. Tidak menyadari bahwa aku memang bimbang pada saat itu, memilih salah satu dari kalian menjadi pasangan suami istri. Walaupun ada beberapa menilaian dari seseorang entah siapa namanya?

Ia pernah bilang kepadaku, "Hey anak muda kalau pilih perempuan harus sesuai dengan hati, jangan sampai salah pilih wanita." Nasihat tersebut sudah melengkat dalam ingatanku, sampai sekarang pun masih ingat kok. Aku pun langsung sharing ke Firdaus, dan lainnya. Pada saat sedang berkumpul di basecamp komunitas.

Ada beberapa orang yang percaya mengenai hal tersebut, ada juga tidak percaya. Malah di sebut bohong masih saja percaya. Walau aku merasa sedih mendengarnya, tapi tetap tegar menghadapi seperti ini.

Pasti setiap orang memiliki pendapat mengenai kondisi hati seseorang, tidak akan sama pendapatku dengan pendapat orang lain. Setelah diskusi aku pun meninggalkan tempat komunitas tersebut untuk menenangkan pikiran maupun hatiku.

Kalau tidak salah sih, aku menghindar dari kalian tuh ke sebuah tempat memang sepi. Tidak terlalu banyak orang membuatku nyaman di sana, sampai sekarang pun masih ke sana. Untuk mengunjungi temanku, walaupun enggak bisa berbicara.

Bukan berarti aku perlu menjelek-jelekan dia di hadapan orang tuanya. Seharusnya kita harus membantunya sampai dirinya bisa bicara. Walau harus butuh waktu lama, itulah namanya proses tidak perlu langsung bisa berbicara.

Tapi ada juga yang merasa aku tidak perlu berada di sisinya, selagi enggak punya uang. Padahal aku peduli loh sama dia, masa ya harus bayar cuma hanya ingin bantu doang?

Heh.... kalian tuh pikirannya hanya uang, uang, dan uang. Diluar sana masih banyak orang membutuhkan uang demi biaya anaknya untuk Sekolah. Sekali-kali mikir lah dengan keadaan seperti ini, masih saja ada berpikiran "Beruntung punya dia bisa di jadikan uang meluncur kepada kita,"

Pikiran seperti salah banget, sadar dong hidup di dunia hanya sementara. Mending sekarang sudah waktunya kalian untuk bertobat sebelum menyesal. Tanggapan dari kalian membuatku kesal, untungnya aku masih bisa menahan amarahku.

Begini saja deh kalian memang kalian butuh uang, ya sudah aku bayar per bulan sekitar satu juta. Sampai anak ini bisa bicara, kalau misalkan selama 1 bulan belum bisa sama sekali berarti 1 juta tidak berhak menerima uang tersebut.

Aku berhak untuk membimbing anak ini sampai bisa berbicara kepada warga sini, kalian pergi dari tempat ini. Masih melawan aku akan melaporkan ke pihak berwajib.

Itulah kisah anak kecil tidak mampu berbicara sekitar umur 5 tahun, alhamdulillah semenjak aku berada di sana ia mampu bicara sama orang tuanya. Oh ya hampir lupa namanya Rian Nugraha. Sekarang sudah mampu berbincang sama temannya.

"Jangan pernah melihat seseorang

dari fisik, tapi kasihlah semangat

untuknya untuk bisa berbicara seperti

teman-temannya."

(Frendy Nugraha)

Entah mengapa perasaanku tidak enak, kalau misalkan meninggalkan Lusi di sini. Demi menghindar dari Rita. Apa perlu telepon Firdaus untuk datang ke sini? Untuk berjaga-jaga kalau misalnya terjadi keributan di toko buku.

Nächstes Kapitel