Selesai membeli bucket bunga untuk Aldy, Rea kembali ke aula tempat dimana acara kelulusan Aldy berlangsung. Dengan senyum penuh semangat, Rea melangkah menuju tempat duduknya tadi.
"Ah, aku yakin Aldy pasti akan sangat senang dengan bucket pemberian bunga dariku ini. Apalagi jika ia membaca pesan dan kode dari pesan yang kutulis dikartu ucapan ini. Rasanya sudah tidak sabar, ingin segera melihat reaksi Aldi kala membaca pesan dariku ini," batin Rea.
Dengan mantap Rea melangkah, semangat yang ada didadanya seolah berkobar saat dia menuju aula tempat kelulusan Aldy kekasihnya sedang berlangsung.
Tak terbesit sama sekali dibenaknya tentang perempuan yang bertemu dengannya di toko bunga tadi. Dia berpikir, nama Aldy di dunia ini ada banyak, bukan hanya satu. Mungkin saja pemilik nama di bucket bunga tadu itu adalah Aldy dari jurusan lain, bukan Aldy kekasihnya.
Tapi sepertinya prediksi Rea salah, saat langkahnya sudah mulai memasuki gedung aula itu, dia melihat kedua orangtua Aldy sedang duduk mengobrol dengan seorang gadis.
Ya, seorang gadis. Gadis yang tadi bertemu dengannya di toko bunga. Gadis yang di kartu ucapannya itu, terdapat nama Aldy kekasihnya.
Langkah Rea gontai, antara percaya atau tidak. Ingin melanjutkan, atau cukup sampai di sini saja. Ditengah kebimbangannya, mata Aldy melihat sosok Rea yang sudah berdiri tak jauh dari tempat mereka berbincang.
Aldy melambaikan tangannya kearah Rea, memerintahkannya untuk segera datang dan kembali kesisinya. Rea mencoba kembali menata hati, berharap kalau tidak akan ada apa-apa yang terjadi di sana.
"Rea! Kemarilah cepat! Kenapa kau malah diam mematung di sana?" panggil Aldy.
Rea percaya pada Aldy kekasihnya. Sekian tahun telah mereka lalui bersama, rasanya tidak mungkin kalau waktu kebersamaan mereka yang telah bertahun-tahun itu harus luntur hanya karena akibat pikiran Rea yang terlalu takut. Takut untuk kehilangan Aldy kekasihnya.
"Ah, berpikir apa sih aku ini! Please Rea, dia hanya wanita biasa. Mungkin saja dia hanya teman Aldy yang ingin mengucapkan selamat atas kelulusannya bukan? Kenapa bisa, hanya karena kartu ucapan yang tidak seberapa itu, pikiranku berkelana kemana-mana," batin Rea kembali.
Rea mulai melangkahkan kakinya kembali kearah Aldy dan kedua orangtuanya. Saat kedatangannya, Aldy segera menarik pergelangan tangan Rea untuk duduk dan beralih kesisinya.
"Duduklah di sini, di dekatku. Aku akan mengenalkanmu pada seseorang."
"Siapa Aldy?"
"Rea, akhirnya kau sudah kembali sayang. Darimana saja kau Nak?" tanya ibu Aldy.
"Ini Bu, aku membelikan hadiah untuk Aldy."
"Wow, perhatian sekali kamu Rea. Apa yang kamu beli sebagai hadiahmu untuk Aldy?"
"Sebuah bucket bunga bu, mungkin tidak terlalu berharga untuk Aldy tapi sangat berharga bagiku, karena di dalamnya ada banyak kasih sayang dan cinta untuk Aldy," ujar Rea.
"Wah, Rea so sweet sekali. Aldy, kamu harus menyimpan bucket bunga itu dengan baik. Kalau perlu, kamu bingkai sekalian di kamar."
"Tenang saja Bu, pasti akan kulakukan. Semua pemberian darimu, pasti sangat berarti untukku Rea."
Aldy menatap Rea lebih dalam dari biasanya. Ada pancaran mata yang berbinar, saat dia mengatakan hal tulus itu kepada Rea.
"Hai, sudah sudah! Cukup sudah, drama yang kalian tunjukkan di depanku. Aldy, siapa wanita cantik ini? Kau belum mengenalkannya padaku," ucap Angel
"Hahaha...!! Maaf Angel, kami sampai lupa kalau ada kamu di sini. Aldy kenalkan Rea pada Angel!"
"Baik Bu. Angel perkenalkan ini Rea, kekasihku. Rea, ini Angel, dia teman terbaikku."
Angel dan Rea saling bersalaman. Rea senang sekali, Aldy memperkenalkan dia sebagai kekasihnya. Satu poin penting yang harus dilakukan seorang laki-laki di depan wanita yang dicintainya.
Terlebih wanita itu sedang berada di dekat teman wanitanya, Rea menambahkan poin plus pada Aldy kekasihnya itu.
"Kekasih? Wah, selamat Aldy! Kau benar-benar bisa melewati hidupmu dengan baik tanpa aku. Bahkan bukan hanya lulus, kau juga telah mendapatkan seorang kekasih yang cantik saat aku pergi dari sisimu beberapa waktu yang lalu."
Aldy hanya tersenyum mendengarkan ocehan Angel. Justru ayah dan ibu Aldy yang tampak bersemangat membahas hal itu. Hari-hari dimana wanita bernama Angel pergi dari sisi Aldy.
Mereka tidak hanya membicarakan hal itu, sepanjang acara kelulusan berlangsung mereka juga terlihat sangat akrab pada Angel. Lebih dari kedekatan Rea dengan camernya itu, Angel sedikit unggul di atas Rea tentang hal ini.
Angel lebih banyak tahu perihal Aldy dan keluarganya, dibandingkan Rea. Semakin lama, Rea seolah menjadi orang asing ditengah-tengah mereka. Justru Angel yang lebih pantas disebut kekasih dan calon menantu dari Aldy dan keluarganya. Dia lebih banyak tahu tentang semua hal yang ada dikeluarga itu.
"Angel bagaimana kabar Mamamu? Apa dia sehat?"
"Tentu saja Bu, bahkan mama juga merindukan kalian semua. Dia minta maaf, karena tidak bisa ikut datang hari ini. Tapi dia menitipkan salam untuk kalian semua."
"Tidak apa-apa, lain waktu kita bisa bertemu lagi," sahut ibu Aldy.
Meskipun Rea nampak senang kala Aldy mengenalkan dirinya sebagai kekasih di depan Angel. Tapi nyatanya, Rea cemburu pada kehadiran Angel di sana.
Bagaimana tidak, Angel seolah menjadi seorang bintang hari itu. Calon mertua Rea, sangat dekat dengannya. Aldy juga begitu, mereka seolah larut dalam dunia mereka sendiri. Dunia dimana tak ada Rea di dalamnya.
***
Acara wisuda Aldy telah selesai dengan baik dan lancar. Meskipun tidak selancar dalam bayangan Rea. Rea seolah menganggap dirinya hanya sebagai hiasan saja diacara itu. Ada tapi seolah tak ada.
Semua itu terjadi karena munculnya Angel secara tiba-tiba di acara itu. Wanita yang datang dari masa lalu Aldy dan merebut perhatian Aldy beserta keluarganya dari Rea hari itu.
Hari itu juga Angel diundang oleh ibu Aldy untuk datang ke acara syukuran wisuda Aldy, malam nanti di rumahnya. Ibu Aldy ingin membuat acara pesta makan-makan kecil di rumahnya.
"Angel, jangan lupa nanti malam kamu datang ya ke acara Aldy di rumah."
"Acara apa bu?"
"Acara syukuran kecil-kecilan untuk wisuda Aldy. Kamu harus datang pokoknya! Ibu tidak menerima alasan atau penolakan apapun!"
"Hahaha...!! Baik bu, aku pasti datang ke acara nanti malam. Aku pamit duluan ya Bu, aku tidak bisa lama-lama di luar."
"Loh, kenapa Angel? Apa kau tidak ingin pulang bersama kami?"
"Aku sudah janji pada Mama tak akan pergi terlalu lama. Aku tak ingin membuat mama khawatir."
"Anak manis, baik pulanglah Angel. Hati-hati di jalan ya."
Angel berpamitan pada mereka semua. Kini tinggal Rea yang ada di sana. Aldy pamit pada ibunya untuk mengantar Rea pulang ke rumahnya.
"Bu, Rea pamit pulang juga ya."
"Kau tidak langsung ikut kami pulang Rea?"
"Tidak Bu, aku ingin pulang lebih dulu."
"Baiklah, jangan lupa nanti malam datang ke rumah. Acara Aldy akan sia-sia tanpa kehadiranmu."
"Aku pasti akan datang Bu, Ibu tenang saja."
"Bu, aku antar Rea pulang dulu."
"Baiklah kalian hati-hati ya anak-anak."
Aldy mengantar Rea pulang ke rumah. Saat mereka berada di dalam mobil, Rea bertanya sesuatu kepada Aldy.
"Al, bolehkah aku tanya sesuatu padamu?"
"Tanyakanlah, tak perlu minta ijin seperti itu."
"Siapa Angel? Kenapa dia terlihat sangat akrab dengan keluarga kalian? Khususnya dengan ibumu."
"Dia adalah teman masa kecilku. Angel adalah bagian masa lalu dari keluargaku."