webnovel

Yang sebenarnya terjadi

Pagi yang indah disebuah terminal kota Bekasi. Suara mobil mulai bergemuruh, serta aroma bensin yang menyengat di pagi hari. Orang-orang mulai berjalan untuk memulai aktivitasnnya. Ada yang pergi ke pasar, memeriksa kondisi kendaraan, menaiki kendaraan umum, dan lain sebagainya. Sudah saatnya bagi seorang pemuda, untuk memulai aktivitasnya.

Pemuda itu bernama Syamsudin, seorang pengangguran yang menyandang gelas sebagai "Panjang Tangan". Gelar ini ia dapatkan, ketika dirinya menduduki bangku SMA di salah satu sekolah terkenal di kota itu. Waktu itu dia berhasil mencuri phonsel milik salah satu siswi disana. Bukan hanya itu, dia berhasil menjamah seluruh isi dompet milik salah satu pengguna jalan.

Sebenarnya dia tidak ingin melakukannya. Namun karena masalah ekonomi yang melanda keluarganya, serta desakan dari pihak sekolah, maka terpaksa ia harus melakukannya. Syamsudin bukanlah anak yang cerdas, sehingga ia tidak mendapatkan beasiswa dari pihak sekolah. Sepulang sekolah selain mencuri ia bekerja sebagai tukang parkir di kawasan mini market.

Itu semua tidaklah cukup, maka dia mencari penghasilan tambahan sebagai seorang pencopet. Dia sering beraksi saat orang-orang tertidur lelap. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Begitulah pribahasa sedang ia rasakan, ketika aksinya terbongkar oleh salah satu CCTV di sekolahnya. Mengetahui aksinya pihak sekolah langsung mengeluarkannya.

Hari ini dia berencana untuk memulai aksinya, waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi. Namun dia belum menemukan mangsa. Orang-orang antusias memegang dan menjaga erat barang berhargannya. Suatu hari terjadi keributam di sebrang terminal. Keributan itu terjadi karena seorang anak punk mengambil sebuah dompet merah terbuat dari kulit.

Kemudian seseorang bertubuh kekar melerai semuanya. Beberapa menit kemudian datanglah seorang wanita, berusia dua puluh delapan tahun berbaju kotak dan celana jins. Rambutnya keriting menjulur ke bawah, namun terikat seperti ekor kuda. Wajah anak punk itu babak belur, namun mereka tidak memperdulikannya. Lalu wanita itu menjelaskan, bahwa dompet itu adalah milik temannya saat tertinggal di dalam bus. Karena panik temannya berteriak dan menunduhnya sebagai copet.

Padahal anak punk itu berusaha untuk mengembalikannya. Samsyudin tidak menyia-nyiakan kesempatan, lalu dia memakai topi, serta penutup wajah. Setelah itu dengan lihainya, Syamsudin berhasil mengambil dompet seorang pemuda, berjaket merah di dalam saku belakang celananya. Lalu ia berjalan secara perlahan seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Aksi yang dia lakukan cukup profesional. Sudah sepuluh korban aksinya tidak di ketahui, namun yang dia lakukan hanyalah sebuah trik kecil. Masih banyak trik yang dia lakukan dalam menjalankan aksinya. Setiap langkah kakinya, tak ada seorang pun yang menyadari aksinya.

Dirinya bagaikan berjalan di dalam kegelapan, namun entah mengapa pemuda itu sadar lalu memalingkan wajah ke arahnya. Spontan dia pun berteriak sekencang mungkin, lalu dia beserta warga sekitar berlari dan berusaha untuk menangkapnya. Syamsudin pun langsung berlari sekencang mungkin, menghindari amukan masa.

Lampu pun berganti warna, keberuntungan sedang berpihak padanya. Dengan lincah ia menyelinap diantara celah mobil. Kemudian ia memutar lalu menyelinap diantara padatnya lalu lintas. Sikap individualis, yang dimiliki oleh para pengguna kendaraan memudahkan aksinya.

Kemudian lampu di seberang jalan, berganti warna menjadi hijau. Dengan nekat Syamsudin pun menyebrang, tiba-tiba dia mendengar suara tabrakan. Seketika ia pun menoleh ke belakang. Sekilas dia melihat sebuah mobil truck terangkat ke atas, namun ia pun tidak memperdulikannya. Kemudian dia pun memanjat pagar, salah satu rumah warga. Dia pun bersembunyi hingga aman.

Setelah aman dia kembali memanjat pagar, lalu berjalan menuju tempat tongkrongannya. Tongkrongan itu, berada dekat disebuah perumahan kumuh, samping jalan dekat rumahnya. Samping jalan terlihat sebuah sungai membentang luas. Sungai itu berwarna coklat, mirip seperti coklat panas, yang biasa kalian nikmati ketika hujan.

Disana terdapat berbagai hiasan yang terbuat dari plasti dan sterofom. Plastik itu di sponsori oleh berbagai perusahaan minuman ternama. Sehingga menambah keindahan di sungai. Sekian lama di perjalanan dia pun sampai. Sebelum itu dia ambil seluruh uang yang ada di dompet. Sisanya dia buang di sebuah tong sampah tak jauh dari tempat tongkrongan.

Tongkrongan tak lain adalah bekas pos hansib. Sedangkan pos itu sendiri sudah berpindah lokasi, di tempat yang lebih strategis. Tepatnya di pertigaan jalan utama dengan dua gan kecil. Disana terdapat dua orang temannya, yang sedang menikmati secangkir kopi hitam.

Teman itu bernama Zuki dan Ferdi. Zuki memiliki postur tinggi 165 cm, berbadan cungkring, berkulit sawo matang, serta kedua tangannya yang kekar. Dia memakai baju bengkel motor ternama, berwarna merah bergaris hitam, serta logo bengkel di punggung tempat dia bekerja. Sedangkan Ferdi memiliki tinggi 170 cm, hidung mancung, berbadan kekar, serta memiliki model rambut seperti cucuk.

Hari ini Ferdi memakai baju werpak, berwarna biru berlengan pendek, serta celana bahan berwarna hitam. Sesampainya di lokasi Syamsudin pun langsung memberikan tos kepada mereka. Lalu dia membuat secangkir kopi hitam, dengan satu saset kopi dan dispenser, yang berada di belakang mereka. Setelah itu dia pun duduk diantara mereka, sambil merangkul kedua pundak temannya.

"Coba tebak hari ini, gue dapet berapa?" Kata Syamsudin.

"Palingan elu dapet dua ratus, yakin dah gue," kata Ferdi.

"Jangan begitu elu Fer, paling dia dapet gocap." Menatap wajah kedua temannya, dengan sedikit menyombongkan diri.

"Satu juta bosku." Melepas rangkulannya, lalu mengambil uang hasil curiannya di saku celanannya, setelah itu menunjukkannya kepada mereka berdua.

Mendengar hal itu mereka berdua merasa senang. Rencananya malam ini Syamsudin akan meneraktir mereka, dengan minuman berakohol. Mereka pun semakin tidak sabar untuk menikmatinya. Namun mereka harus menunggu hingga matahari terbenam. Kemudian Syamsudin, menceritakan bagaimana ia melakukan aksinya. Kedua temannya antusias mendengarkan kisahnya. Selesai bercerita kini giliran dua temannya untuk bercerita.

Dimulai dari Ferdi, satu bulan yang lalu ketika ia sedang bekerja. Ferdi berhasil mencuri tiga phonsel, milik karyawan disana. Dia mencurinya ketika Sang Korban, meninggalkan phonselnya ketika sedang mengisi daya, bersama karyawan yang lain. Tempat itu adalah tempat biasa bagi mereka untuk mengisi daya. Sempat menjadi perdebatan, ketika berada di dalam bus mobil jemputannya.

Satu persatu karyawan di periksa, seluruh isi dari kantong dan tas di keluarkan satu persatu.Namun hasilnya nihil, sehingga pihak korban harus merelakannya. Aksinya dia lakukan tidaklah sendiri, melainkan temannya yang berprofesi sebagai satpam. Sehingga temannya bisa menghapus segala bukti di kamera CCTV.

Sungguh aksi yang cukup cerdas yang mereka berdua lakukan. Setelah menjalankan aksinya, mereka berdua menjualnya pada salah satu deler phonsel ilegal. Setiap penjualan, mereka berhasil mengantongi uang sebesar sepuuh juta rupiah. Terkadang mereka hanya mendapatkan tiga bahkan empat juta rupiah. Semua itu tergantung dari kualitas phonsel tersebut.

Sedangkan Zuki dia adalah salah satu begal yang bengis dan kejam. Biasanya dia menjalankan aksinya ketika semua orang sedang tertidur lelap. Sekali aksinya, dia berhasil mendapatkan sebuah motor beserta barang berharga milik korban. Jika korban yang ia temui adalah seorang wanita, maka ia tak segan-segan untuk memperkosannya. Kemudian ia bunuh dan dikubur secara tidak layak.

Syamsudin pun pernah terlibat dalam aksinya, keuntungan yang ia dapatkan lebih besar dari hasil mencopetnya. Bahkan dia pernah membunuh, bahkan memutilasi korbannya hingga tak dikenal. Pekerjaanya sebagai seorang montir, yang Zuki lakukan, tak lain hanyalah kamuflase belaka. Ketika ia sedang bekerja tanpa sepengetahuan karyawan yang lain.

Zuki mengambil informasi seputar alamat korban. Setelah mengetahui alamat korbanya, dia pergi bersama komplotannya, untuk merampok rumah korban. Begitulah kisah bengis dari ketiga penjahat, yang sedang bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Tak terasa hari sudah berganti malam. Sudah saatnya bagi Syamsudin untuk meneraktir kedua temannya, di salah satu bar di pinggiran kota Bekasi.

Lebih tepatnya bar itu berada di samping jalan, tak jauh dari pantai. Di tempat itu tak hanya menyediakan minuman alkohol, melainkan beberapa obat terlarang, yang dijual secara ilegal. Sudah delapan tahun lamanya transaksi itu berjalan. Namun sampai sekarang transaksi itu belum terbongkar.

Sebelum berangkat dia membersihkan diri terlebih dahulu, lalu dia pun pergi untuk mampir ke rumah temannya. Setelah itu Syamsudin bersama temannya, pergi ke bar dengan dua buah sepedah motor. Sesampainya disana Syamsudin bersama tiga temannya, duduk di kursi depan, lalu mereka pun berpesta pora.

Beberapa wanita cantik, serta minuman berakohol menghiasi kebahagiaan mereka. Tanpa mereka sadari ada sosok berbaju merah mengikuti mereka. Sosok itu adalah seorang wanita cantik, ia menggunakan kebaya merah dengan motif bunga, selendang kuning, kedua kakinya diselimuti oleh kain batik berwarna coklat, berambut panjang, dan menggunakan mahkota terbuat dari emas. Dia memiliki mata berwarna merah, berkulit putih, dan berhidung mancung. Serta mengenakan mahkota.

Sosok itu tak lain adalah Kirana, Sang Ratu Buaya penguasa seperempat wilayah Jawa Barat. Wilayahnya meliputi kota Cirebon hingga Bekasi. Sosoknya menjadi legenda karena kesaktiannya, serta sosoknya yang misterius bagi para makhluk gaib. Sudah seribu tahun lamanya, Kirana tidak keluar dari jangkauan istana.

Kini karena suatu alasan dia berani keluar istana, bahkan berani pergi seorang diri, bersama teman manusiannya yaitu Juliet. Sejak kejadian yang dialami oleh Juliet, dia terus mengikuti Syamsudin kemanapun ia pergi. Sekarang dia duduk diatas atap, lalu menatap Syamsudin sambil tertawa. Lalu dia pun berkata.

"Ara-ara coba kita lihat, manusia seperti apa yang berani berbuat jahat pada Juliet." Duduk menyilangkan kaki, salah satu tangannya memegang dagu.

Pandangannya hanya tertuju, pada orang yang sudah mengambil dompetnya. Tiba-tiba dari samping kanan munculah sosok kuntilanak. Kuntilanak itu memakai baju terusan berwarna putih, berambut panjang, menggunakan jepit rambut berbentuk bunga matahari, di samping kanan. Dia bermata sipit berwarna coklat, serta parasnya yang cantik. Jika dilihat dengan indra ke enam, wajahnya mirip sekali dengan penyanyi youtuber asal Negeri Ginseng, yaitu "Lee Raon".

"Sedang meminta tumbal?" Tanya kuntilanak itu.

"Tidak hanya sedang mengamati, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Juliet?"

"Tanpaku beritahu sepertinya, Ratu Sudah tau."

"Begitu yah, sungguh pria yang malang. Sudah aku bilang sebelumnya, jangan memanggilku Ratu. Cukup panggil nama depanku saja."

"Baiklah terserah, jadi apa kamu sudah menemukan dompetnya?" Tanya kuntilanak.

Kemudian, Kirana pun memegang dan menunjukkan dompet di belahan oppai-nya (Payudara). Sepertinya dia sangat bangga sekali dengan ukuran, yang ia miliki. Melihat hal itu dia menarik nafas panjang, lalu menunduk sambil menghembuskannya. Setelah itu Kuntilanak pun bertanya, tentang mengapa Kirana sampai melakukan hal itu.

Kirana pun tertawa lalu dia memberitahu, bahwa suatu saat nanti dirinya akan segera mengetahuinya. Kuntilanak itu penasaran, namun tak ada yang bisa dia lakukan, selain menikmati kisah yang sedang berlangsung, di depan mata. Lalu Kirana bertanya.

"Sekarang ceritakan padaku, seperti bagaimana dia tinggal, apa favoritnya, dan apa saja yang dia lakukan selama hidupnya." Memegang dagu sambil Syamsudin.

"Sudah aku duga kamu akan bertanya seperti itu. Baiklah aku akan memperkenalkanmu, pada tiga narasumber terpercaya. Kalian bertiga keluarlah!"

Dari samping kiri, munculah tiga makhluk halus di balik kegelapan. Tiga makluk itu adalah genderuwo, pocong, dan terakhir sosok berkulit merah dengan sebuah tanduk. Mereka memiliki tinggi 150 cm, wajah dan tampilan mereka seperti remaja berusia 12 tahun. Mereka pun menghampiri Kirana, lalu memperkenalkan diri.

"Sampurasun Nyai, perkenalkan aku adalah Susi," kata kuntilanak.

"Perkenalkan saya Bode, yang berarti Bojong Gede." Selesai berbicara, sosok bertanduk pun tertawa terbahak-bahak secara tidak jelas.

"Baiklah, selanjutnya." Menatap Bode, dengan ekspresi wajah sedatar mungkin.

"Aku adalah sosok yang paling di takuti, diseluruh Nusantara. Kehadiranku membawa teror dan ketakutan, di kalangan masyarakat. Dan aku adalah.."

"Suep!" Kata Susi den Bode, sambil menarik tali serta kain kafan hingga terlepas.

Kirana dan Kuntilanak itu tertawa terbahak-bahak, ketika melihat wujud asli di balik balutan kain kafan. Sosok itu berkepala botak, berkulit pucat, mata seperti panda, serta sebuah kain putih yang menutup selangkangannya. Suep pun merasa malu karena di perlihatkan sosok aslinya secara paksa.

Namun dia kembali tegar, lalu berdiri dengan rasa bangga. Setelah itu mereka pun bercerita tentang kehidupan Syamsudin. Kirana pun mendengarkan cerita mereka dengan serius. Sedikit demi sedikit, aura tubuh Kirana mulai berubah.

Sebelumnya terlihat netral kini terlihat seperti sosok iblis yang meminta tumbal. Seluruh bagian matanya berubah menjadi merah. Kukunya memanjang, gigi taringnya memanjang, dan sebagian kulitnya mulai berubah menjadi kulit reptile. Dinginnya udara serta ganasnya dentuman ombak, membuat suasana semakin mencengkram.

Tiga makhluk itu menjadi sangat ketakutan, sedangkan Kuntilanak itu memperhatikan Syamsudin dengan santai. Semua yang dia lakukan saat ini, semata-mata hanya untuk mengekspresikan rasa senangnya. Sebab dia sudah tau apa yang harus dia lakukan. Lalu Kirana pun bertanya.

"Ini sangat menarik. Hei kalian bertiga, kalian masih pemula bukan?" Menatap mereka dengan wajah mereka bertiga.

"Iyah." Jawab mereka bertiga dengan tubuh gemetar.

"Baiklah kalian semua bantu aku, lalu aku akan tunjukan bagaimana caranya menakut-nakuti hingga mampus!" Menatap mereka bertiga, dengan wujudnya yang mengerikan, lalu tertawa dan bertingkah layaknya psikopat.

Tiba-tiba petir pun bergemuruh diangkasa. Semua orang di luar bar masuk ke dalam, sedangkan mereka berlima duduk diatas atap sambil tertawa. Sepertinya sebentar lagi, Syamsudin beserta dua temannya akan mengalami hal buruk. Sebelum itu terjadi semoga mereka bertiga segera menyadari kesalahannya masing-masing.

Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Itulah yang akan segera terjadi padanya. Jangan lupa komentarnya :D

Tampan_Beranicreators' thoughts
Nächstes Kapitel