Demi apa pun, niatannya memang tak ingin macam-macam selain dari pada kebahagiaan sang anak.
Mungkin memang faktor terbesarnya bukan tentang Zeno yang mengharapkan keinginannya bisa terpenuhi tanpa penghalang, Nathan yang tak pula terlalu lengah jika keteguhan dirinya masih mantap sedari awal. Namun memang Max yang menjadi makin semena-mena karena merasa di butuhkan, membuat pria itu semakin tak tahu malu untuk menunjukkan sikap aslinya yang begitu menganggu.
Lihatnya siapa yang datang di waktu pagi buta dengan setelan lengkapnya, senyum lima jari yang seperti nyaris saja merobekkan bilah bibir pria jangkun itu. Nathan yang bahkan masih menatap buram dengan pandangan terbatasnya, harus memastikan terlebih dahulu yang berhadapan dengannya dengan punggung tangan yang menggosok mata dengan kuat.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nathan dengan nadanya yang mulai bersungut jengkel. Bibirnya bahkan berkerut, hampir saja menggoda Max untuk menciumnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com