webnovel

PART 4 : THE PLAN

"... Jika Aerin hanya dapat bergantung denganmu, maka aku juga."

*****

Selama lima hari langit selalu menyuguhkan tampilan hangat. Matahari bersinar sebagaimana mestinya membagikan cahaya pada seluruh sisi alam semesta. Juga selama lima hari Son Kyungsan buta akan silaunya sinar alat-alat penerangan, termasuk sejumlah lampu rumah. Tubuh rentanya berdiri lagi di depan jendela kaca dalam keheningan. Hatinya memekik lagi meminta Tuhan mengembalikan si cucu kesayangan yang diduga tewas sebagai korban selanjutnya Lily Joker. Setiap malam Son Kyungsan menangis meratapi kebodohannya mengabaikan peringatan sang cucu kala itu. Jika saja dia lebih cerdas mengatasi datangnya bahaya, pasti Aerin tidak akan menjadi korban.

Punggung rapuh itu membelakangi bisingnya pertikaian antar beberapa anak-cucu dengan Hyejoo yang disebutkan memasuki salah satu kamar hotel Sunrise mengenakan gaun bermotif flora bersama dosen laki-lakinya sendiri di malam tewasnya Aerin. Belum berhasil menepikan sedikit demi sedikit duka kehilangan anggota keluarga tercinta, sudah muncul lagi permasalahan bawaan wartawan yang jelas datang mengancam untuk mendapatkan sejumlah uang. Bukan hanya sekali KS Group diperas oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab, khususnya media yang berani mempublikasikan berita tak tentu benar.

Berulang kali penyangkalan ditekankan. Sayang sekali berapa kali pun penyangkalan tersebut terlantun keluar secara keras, keberadaan bukti foto hanya semakin menjadikan Hyejoo seorang pembohong paling berengsek. Beberapa saudara bahkan mengungkapkan bahwa benar mereka melihat Hyejoo mengenakan gaun flora malam itu setelah mengunjungi ibunya di rumah sakit. Tidak, itu bukan fitnah. Hanya sebuah kesalahpahaman yang menyudutkan Hyejoo karena gadis itu terlalu takut mengungkap kebenaran sebagai perlawanan ampuh.

Ketukan tongkat Kyungsan pada ubin rumah menghentikan pertengkaran sengit anggota keluarga. Sepasang kakinya berhenti sebentar tepat di sebelah meja alas vas bunga putih. Dia menoleh pada pengawal pribadinya yang sempat berusaha melindungi Hyejoo dari pukulan seorang bibi. "Katakan pada Wartawan Kim Junsae bahwa mereka telah menikah dan sengaja tidak mempublikasikannya karena status Hyejoo sebagai mahasiswa. Berikan juga dia uang untuk menutup berita itu," titahnya.

"Baik, tuan."

*****

Lima orang lelaki muda yang sempat duduk tenang di masing-masing tempatnya itu harus lebih hati-hati agar tubuh mereka tidak menjadi sasaran kemarahan Son Hyejoo. Berbagai barang telah hancur dilemparkan membentur dinding hanya demi mengekspresikan kekecewaannya terhadap keputusan gila sang kakek. Sungguh tidak logis karena dia harus menikah sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kelakuan buruk yang bahkan tidak pernah dia lakukan sama sekali.

Benar. Benar bahwa malam itu Hyejoo keluar dari rumah sakit mengenakan gaun flora seperti gambar dalam foto kiriman wartawan Kim Junsae, tetapi tujuannya bukanlah hotel, melainkan kelab malam.

Mendatangi kelab malam bersama sekumpulan teman, meneguk banyak minuman alkohol hingga mabuk dan terpaksa tidur di rumah salah satu sahabat laki-laki hanya akan jadi bumerang mengingat betapa Son Kyuhyun protektif menjaga kondisi serta pergaulan adiknya. Mengungkap kebenaran tersebut justru bisa menjadikan Hyejoo seonggok mayat yang nantinya akan dibuang keluarga tanpa upacara pemakaman. Dia tidak ingin menikah. Selain itu, dia tidak ingin menikah dengan pemuda yang masuk ke hotel bersama almarhum sepupunya. Pemuda bermata abu-abu yang merupakan dosen menyebalkan di universitas tempatnya malas menempa ilmu.

"Kau bisa meminta bantuan Dosen Byun untuk menjelaskannya, Hyejoo-ya." Lee Haechan memberikan saran.

Lee Jeno mengangguk-angguk setuju. "Benar. Jika Dosen Byun benar kekasih Aerin-noona, dia pasti tidak akan sudi menikahimu," timpalnya.

"Dia menerimanya, bodoh!" hardik Hyejoo.

"Kau serius?!"

"Aku tidak tahu apa yang mereka sembunyikan, tapi kakek membuat laki-laki itu sudi menikahiku. Sialan," gerutu Hyejoo.

"Apa menikah dengannya seburuk itu? Dosen Byun kaya dan sukses." Seo Changbin akhirnya bersuara.

Hampir saja Changbin menerima lemparan botol kaca dari Hyejoo jika keempat sahabatnya tidak buru-buru melindungi. Hyejoo kemudian berseru, "Siapa pun dia, aku tidak sudi menikah dengan cara seperti ini!"

*****

"Polisi menempatkan kasus itu dalam salah satu pembunuhan Lily Joker. Hasil tes menyebutkan bahwa tubuh Aerin mengandung racun arsenik, dan racun itu ditemukan dalam anggur merah pesanannya. Sekarang polisi masih terus menyelidiki hotel Nirvana, termasuk Yang Yoseob, pelayan yang mengantarkan anggur merah ke kamar Aerin."

"Laki-laki berengsek itu?"

"Baekhyun-ah, sudahlah,"

"Bagaimana dengan laki-laki berengsek itu?"

Informasi seputar kasus tewasnya pimpinan Bar Roshyn adalah sesuatu yang selalu diinginkan oleh Baekhyun. Penuh kerja keras Kyungsoo mendapatkan berita hanya demi memuaskan hasrat sang sahabat yang terus dibayangi rasa bersalah sebab mendorong kekasih palsunya masuk dalam jerat lelaki berengsek macam Kwon Jiyong, padahal polisi tidak pernah mencurigai arsitek tampan itu apalagi menjadikannya terdakwa.

Berdasarkan penuturan Kyungsoo, bahkan Jiyong merupakan orang paling vokal yang mengamuk pada hotel Nirvana dan mendesak pihak kepolisian untuk segera memenjarakan si pelaku.

"Dia hampir setiap hari mendatangi kantor polisi untuk memastikan mereka mengungkap kasus pembunuhan Aerin dengan benar," ungkap Kyungsoo.

"Apa hubungannya dengan Lily Joker?" gumam Baekhyun. Punggungnya bersandar pada kepala bangku di ruangannya, sedangkan kepalanya menengadah dan kedua matanya terpejam.

"Itu berkaitan dengan KS Group," ucap Kyungsoo.

"Apa maksudmu?" tanya Baekhyun.

"Aku tidak bisa mencari informasinya lebih jelas, tapi sepertinya Lily Joker memiliki hubungan dengan KS Group. Bukankah ada baiknya kau tanyakan sendiri pada Son Kyungsan?"

Nama pimpinan KS Group muncul bersama deringan ponsel Baekhyun yang tergeletak di atas meja. Sorot matanya menjelajah jauh pada sosok Kyungsoo di hadapan ketika telinganya mendengar si pemanggil bersuara, menyampaikan undangan makan malam sekaligus membicarakan beberapa hal krusial yang sepertinya sangat perlu dibahas cepat. Pria itu ingin meminta bantuan Baekhyun menemukan jawaban atas keraguannya selama beberapa hari belakangan.

*****

Aphrodite dikenal sebagai dewi paling cantik dalam cerita Yunani Kuno. Jadi pasti Bae Irene adalah hawa pewaris kecantikan sang dewi karena setiap kali satu manusia menatap parasnya, hanya akan ada decak kagum tertinggal tanpa sadar. Beribu lelaki memuja pahatan luar biasa Tuhan pada ketua tim pemasaran Hotel Pascal Sho cabang Seoul tersebut.

Beribu perempuan secara terang-terangan mengaku iri dengan seluruh kesempurnaan Bae Irene mulai dari wajah, karier hingga kepribadiannya yang dikatakan sehangat pelukan ibu dan sama memesonanya dengan pelangi malam. Lee Hongbin si anggota tim pemasaran pernah mengatakan bahwa pesona Irene juga terletak pada kemampuannya memikat klien.

"Apa kau benar Kwon Jiyong yang kukenal? Kenapa begitu terpukul hanya karena kehilangan seorang perempuan?" Irene menyuarakan cibiran saat meletakan tas jinjingnya di atas meja makan apartemen Jiyong, kekasih yang sudah lama tidak dia lihat.

"Jika kau tahu aku berselingkuh, kenapa tidak pergi saja dan mencari laki-laki lain? Kau sangat cantik untuk bisa memiliki banyak pasangan," sahut Jiyong yang sejak tadi berusaha mengurut kening.

"Aku tidak sepertimu, maaf," jawab Irene.

"Jika kau tidak sepertiku, maka pergilah," ujar Jiyong.

"Kau tidak seperti ini saat kehilangan Hyomin."

"Mereka berbeda."

"Berbeda dengan Hyomin yang kau bunuh, Aerin justru dibunuh oleh orang lain saat kau benar-benar mencintainya?"

"Bisakah kau tidak memperburuk suasana?"

Kedua bahu sempit Irene terangkat sebentar memberi tanda tidak peduli atas perasaan kurang nyaman Jiyong terhadap kehadirannya. Sebuah pita berhias manik-manik perak dari dalam tas dikeluarkan oleh perempuan cantik itu dan digunakannya untuk mengikat rambut agak tinggi. "Aku selalu bertahan dengan kelakuanmu yang seperti ini dan tidak pernah protes. Berpikir kau selalu dapat kembali. Aku juga selalu menjadi orang yang membersihkan nama baikmu. Merapikan kekacauanmu, tapi kau tidak pernah berterima kasih," ungkapnya.

"Jujur saja, kau menjadikanku kekasih hanya untuk sebuah status agar hidupmu terlihat sempurna, bukan? Semua tahu bahwa kau terlalu perfeksionis," balas Jiyong.

"Jika aku terlalu perfeksionis, tidak akan sudi aku berkencan dengan laki-laki berengsek sepertimu."

"Tapi kau memang selalu nyaman bersama orang-orang berengsek. Pria yang sedang dekat denganmu itu, bukankah dia sudah memiliki istri?"

Perempuan secantik Irene memang wajar didekati oleh laki-laki dari segala kalangan serta tingkatan umur. Dia sempat terdiam mendengar serangan menohok Jiyong. Kedua bibirnya saling menjauh membiarkan karbon dioksida keluar perlahan sebelum mendengus dan memasang senyuman masam. "Sekarang kau bahkan memosisikanku dalam gambaran perempuan yang juga berengsek, hmm?"

Jiyong ikut membalas dengan sebuah seringai. Tubuhnya mencondong ke depan hanya untuk menyentuh surai si cantik yang aromanya sejak tadi menyeruak ke indra penciuman. "Jangan terima cinta pria tua itu atau kau hanya akan kecewa. Tetaplah berada di sisiku seperti biasa." Jiyong menegaskan.

*****

Sekali lagi pertemuan mendadak keluarga untuk membicarakan kekacauan hasil ulah Hyejoo, harus berakhir menjadi sebuah pertengkaran ketika gadis berbibir apel itu mulai jengah selalu disudutkan tanpa memiliki kesempatan menyatakan pembelaan.

Perdebatan Hyejoo dengan salah seorang paman menjadi kian panas. Sakit sekali hatinya disebut sebagai orang tak berguna yang hanya tahu cara mempermalukan keluarga. Emosinya semakin meningkat mendengar dirinya dianggap sebagai pengaruh buruk bagi Park Chanhee, anak bungsu si paman yang juga kuliah di Haewon.

"Itu sebabnya paman tidak suka Chanhee dekat-dekat denganmu. Kau bahkan tidak belajar dengan benar dan hanya bermain-main. Pergaulanmu terlalu liar," cibir Park Taejun, ayah dari Park Chanhee.

"Paman tahu apa tentang pergaulanku? Jika memang tidak suka Chanhee dekat denganku, maka seharusnya dia yang paman omeli!" seru Hyejoo.

"Lihat, bahkan kau berani melawan pamanmu sendiri. Ayahmu pasti malu dengan kelakuanmu ini, Son Hyejoo!" lanjut Park Taejun.

"Jangan bahas ayahku. Paman tidak lebih baik dalam mengurus anak!" balas Hyejoo tak kalah kasar.

"Apa-apaan kau itu? Jaga bicaramu!"

"Paman pikir Chanhee bahagia dengan kehidupannya? Dia menderita! Dia selalu mengeluh soal orang tuanya yang tidak pernah akur, tidak memiliki waktu untuknya, tapi terus-terusan menuntut hasil memuaskan." Hyejoo mulai melakukan penyerangan balik.

"Jangan mengada-ada. Chanhee tidak sepertimu."

"Memang tidak. Dia tidak sepertiku yang bahagia memiliki pilihan hidup sendiri. Alih-alih mengurusiku, alangkah baiknya paman mengkhawatirkan keadaannya. Ingatlah, setelah Hyomin-eonnie meninggal, kau hanya memiliki Chanhee sebagai penerus."

"Anak kurang ajar ini ..."

Satu tamparan keras hampir saja mendarat tepat di sisi kanan wajah Hyejoo dan meninggalkan jejak merah panas andai saja tangan seseorang tidak lebih dulu mengambil tindakan menahan Park Taejun dari aksinya yang terkendali emosi.

Semua pasang mata menatap si pelaku dengan berbagai jenis pertanyaan berbeda. Wajah itu menjadi tidak asing di kalangan keluarga sejak beberapa hari lalu karena foto kiriman seorang wartawan pemeras. Rautnya begitu tenang mengekang pergelangan tangan Park Taejun hingga pria itu mengerutkan dahinya kebingungan mencari cara terlepas.

"Perlu diketahui, aku sedang berusaha melindungimu, tuan." Pemuda tak lagi asing itu adalah Baekhyun. Dia mulai membuka suara sementara orang-orang di sana sedang memberinya tatapan membunuh. "Gadis ini hampir membunuh rekan sesama mahasiswa beberapa hari yang lalu. Aku hanya takut dia juga akan mencekik lehermu," lanjutnya.

"Kau adalah laki-laki yang pergi bersamanya ke hotel itu, 'kan?!" seru Park Taejun.

"Anggap saja begitu. Bahkan jika aku mengatakan yang sebenarnya, kalian tidak akan percaya," ucap Baekhyun.

"Tahukah kau apa yang sudah—"

"Baekhyun-ssi." Sahutan Shim Changmin si pengawal pribadi pimpinan KS Group menghentikan kalimat Park Taejun. Tanpa menjauh dari pintu kayu salah satu ruangan besar, laki-laki berperawakan tinggi itu menambahkan, "Tuan Son sudah menunggumu. Masuklah."

*****

Mereka benar tentang bagaimana ramahnya seorang Son Kyungsan. Betapa dermawannya dia menyisihkan banyak harta untuk masyarakat kurang mampu. Betapa baiknya dia memperlakukan orang-orang asing dengan setulus hati. Ruangan pribadi pria itu jelas memiliki definisi apartemen mini sebab fasilitasnya yang bahkan membuat Baekhyun yakin tak akan sering-sering keluar hanya demi mencari makan atau membutuhkan istirahat.

Menghempaskan tubuh pada sofa cokelat berkualitas tinggi, berbagai makanan pun menjadi suguhan khusus teruntuk Baekhyun selama perbincangan berlangsung. Bukan hanya kue-kue manis berpenampilan cantik, tapi juga potongan buah segar dan camilan berbahan dasar daging.

Malam ini minuman pilihan pendamping menikmati makanan adalah teh jahe yang diharapkan dapat mengurangi stres serta tekanan besar. Uap panasnya membaur bersama udara ruang, menciptakan aroma khas yang menghangatkan pikiran.

Pembicaraan berawal hanya dengan perkenalan penuh basa-basi mengingat Baekhyun dan Kyungsan belum pernah bertemu secara langsung meski telah saling terhubung. Son Kyungsan mengambil pisau kecil, memotong kue keju berhiaskan strawberry dan menempatkannya di piring porselen milik Baekhyun. Tak lupa pria itu mengungkap alasannya hanya melahap buah potong. Alasan kesehatan, tentu saja. 

Sebuah benda kecil lantas dikeluarkan dari dalam saku celana. Baekhyun menggesernya di atas meja, melewati beberapa piring makanan dan berhenti tepat di samping alas gelas milik Son Kyungsan. Lewat ekor matanya pria paruh baya itu berusaha menyelidiki. Ternyata flashdisk.

Satu lagi sesapan teh baru saja berakhir. Gelas kembali berlabuh pada alasnya yang memiliki lukisan bunga. Kyungsan mengambil sepotong buah persik dan memindahkannya lagi pada piring Baekhyun tanpa penawaran atau izin. "Dari semua buah, Aerin memilih persik sebagai favorit," ungkapnya.

"Itu adalah dua dokumen yang seharusnya melengkapi bukti penyeretan Kwon Jiyong ke penjara." Baekhyun berucap, mengabaikan topik buah kegemaran Son Aerin karena kondisi hatinya sendiri belum siap mulai mengingat.

"Aerin bicara banyak tentangmu."

"Karena Oh Sehun tiba-tiba menghilang tanpa jejak dan tidak bisa dilacak apalagi dihubungi, kita tidak akan bisa menyeret Jiyong ke penjara. Sehun membawa semua buktinya." Sekali lagi Baekhyun berusaha mencari bahasan lain.

"Sepertinya kalian lebih dekat dari yang aku kira."

"Jauh lebih baik mencari Sehun untuk saat ini."

"Bahkan dia lebih mempercayaimu daripada kakeknya sendiri."

Tanpa sadar telapak tangan Baekhyun menampar meja sehingga muncul suara khas yang tidak begitu keras. "Hentikan, tolong. Apa aku datang untuk mendengarmu membicarakan hal-hal yang tidak perlu?" protesnya.

"Dia tidak pernah membicarakan laki-laki padaku. Mendengarnya terus bercerita seperti itu membuatku sadar. Dia pasti sangat menyukaimu." Pernyataan Kyungsan sukses memaku lawan bicaranya dalam keheningan tanpa pergerakan. Memang tidak secara frontal mengucap jelas, tetapi Kyungsan mampu mendapatkan tatapan pilu raja hutan yang kehilangan pendamping. "Itu sebabnya aku tidak bisa mempercayai orang lain untuk memulai kembali rencana kalian. Jika Aerin hanya dapat bergantung denganmu, maka aku juga," tambahnya.

"Lalu kenapa? Kenapa kau ingin melanjutkan rencananya?" tanya Baekhyun.

"Apa menurutmu Aerin benar dibunuh oleh Lily Joker?" Kyungsan balik melempar pertanyaan.

"Katakan saja apa maksudmu berkata seperti itu."

"Ada keraguan besar dalam diriku. Lily Joker selalu mengeksekusi korbannya dengan cara teramat sadis. Menikam, memecah kepala hingga memutilasi tubuh, tapi racun arsenik ... terasa aneh karena metodenya tiba-tiba berubah."

"Jika itu benar Lily Joker, apa wajar Aerin menjadi korbannya?"

Mata berkerut Kyungsan tiba-tiba bergetar. Dia mengulur sedikit waktu untuk sekedar bertanya singkat, "Aerin memberitahumu sesuatu?"

"Tidak. Aku bertanya padamu, jadi katakan agar aku mengerti."

"Korban-korban Lily Joker adalah para pejabat Yayasan Seorin."

Lebih dari lima belas tahun lalu, berdiri Yayasan Seorin di Kota Daejeon yang mengoperasikan sebuah rumah sakit serta sekolah khusus perawat. KS Group memiliki peran besar dalam proses perkembangan Yayasan Seorin dengan dana yang beberapa kali mereka suntikkan sampai akhirnya yayasan pimpinan Son Gyunwoo tersebut mampu melangkah secara mandiri.

Mengawali dengan sebuah citra baik, desas-desus isu buruk mulai berkembang di kalangan masyarakat yang perlahan menemukan bahwa Rumah Sakit Seorin sengaja melakukan malapraktik demi membunuh pasien sehingga mereka dapat menjual ilegal banyak sekali organ manusia. Juga dikatakan bahwa murid-murid perempuan sekolah perawat dijadikan pelacur dan bahkan melayani para petinggi yayasan itu sendiri.

Sebagian besar korban Lily Joker adalah para pejabat Yayasan Seorin yang sempat berbahagia menikmati hasil perbuatan kotor mereka, sementara sisanya hanya pengalihan isu dari kasus lain yang sengaja dibuat polisi agar tampak seolah berada dalam rangkaian kegilaan Lily Joker. Secara langsung Son Kyungsan membayar besar petinggi-petinggi kepolisian untuk mengecoh publik demi menepikan kesadaran mereka terhadap nama KS Group. Bukan bermaksud egois, tetapi ada banyak sekali orang yang akan menangis jika KS Group mengalami penurunan saham atau bahkan runtuh sebab terungkapnya kasus lama.

Penjelasan Kyungsan memicu dengusan keluar sempurna dari mulut Baekhyun. Untuk pertama kalinya sejak datang beberapa saat lalu pemuda itu memasukkan sepotong kecil kue keju ke dalam mulut, mengunyahnya sebentar dan mengalirinya menggunakan teh jahe hangat. "Jika kau bahkan meminta polisi menutup kasus Yayasan Seorin di masa lalu dan memberikan korban-korbannya uang kompensasi, bukankah artinya orang di balik Lily Joker adalah mereka yang dulu paling vokal dalam menuntut?" ucapnya.

"Banyak dari mereka yang tak terima." Kyungsan menjawab lemah.

"Jadi sekarang apa? Kau tidak percaya jika pembunuh Aerin adalah Lily Joker?"

"Sebelumnya mereka tidak pernah membunuh anggota keluarga para pejabat Yayasan Seorin."

"Lalu siapa menurutmu yang membunuhnya?"

"Kwon Jiyong."

Sudah kuduga. Diam-diam Baekhyun menyeringai mendengar sebuah mama yang juga dicurigainya selama beberapa hari belakangan. Baekhyun kemudian bertanya lagi, "Kenapa?"

"Aerin pernah mengatakan bahwa Kwon Jiyong adalah laki-laki yang bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan seseorang. Terlebih jika orang itu mengganggu kehidupan pribadinya."

"Atas alasan itu kau menggunakan Son Hyejoo untuk melanjutkan rencana."

"Menikahlah dengannya."

"Hanya dengan beberapa syarat, di luar keuntungan mendapatkan tanah dan Studio Ragnar."

"Sebutkan."

"Jangan pernah terlibat dalam rencana ini. Tetap diam. Jangan penasaran apalagi bertanya, biar aku yang mengambil alih. Lalu tentang pernikahan, jangan beritahu siapa pun termasuk keluarga. Biarkan mereka tahu bahwa kami hanya berkencan. Selain itu, biarkan Hyejoo tinggal di apartemenku."

---To be Continued---

Nächstes Kapitel