Alisha mengambil kotak tisu dan menyerahkannya pada Pradita. Segera saja, Pradita mencabutnya tiga helai dan mengusap pipi dan hidungnya yang basah.
"Bener ya, Dit. Mama boleh telepon ya."
"Iya, Ma."
"Makasih ya, Dita. Mama bersyukur karena Mama punya kamu dalam hidup Mama. Bagaimanapun juga kamu dan Pralinka adalah harta mama yang paling berharga di dunia ini."
Pradita mengangguk. "Makasih, Ma."
"Gak, Dit. Mama yang terima kasih sama kamu."
Pradita mengusap air matanya dengan tisu. Ia sungguh tak menyangka jika ia dan ibunya akan berhasil untuk rujuk kembali. Ternyata tidak sesulit itu berbaikan dengan orang tua yang telah melahirkannya itu.
Meski rasa sakit hati itu masih ada, tapi Pradita akan berusaha untuk menyembuhkannya. Ya, bagaimanapun juga ibunya tetap adalah ibunya. Mungkin ada mantan istri, mantan suami, tapi tidak akan ada yang namanya mantan ibu.
"Ya udah, Ma. Dita tutup dulu teleponnya ya. Eh iya, Ma, berarti bukan Mama yang bayarin kamar hotel Dita ya?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com